Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelaku sebenarnya
Aku dan Sinta menoleh kebelakang dan di balik pintu itu memang terlihat ada bayangan seseorang,kami berlari mendekatinya, tapi sepertinya orang itu sudah menyadari pengejaran kami, aku membuka pintu dan orang itu sudah berlari menuruni tangga hanya terlihat bayangannya di ujung tangga itu,aku terus mengejarnya hingga akhirnya aku kehilangan jejaknya di lantai 3.
Akupun terus mencari di ruangan HRD tapi tak seorangpun ada disana karena memang itu adalah jam istirahat makan siang, aku terus berkeliling hingga kudengar ada seseorang di dalam pantry lantai 3 itu, setelah kubuka ternyata itu adalah Wahyu yang sedang menikmati makan siangnya.
"Lho Dit kaget aku, kamu ngapain ngos-ngosan seperti itu?"
"Yu kamu lihat orang lari ke arah sini?"
"Memangnya ada apa toh Dit?"
"Nanti aja aku ceritanya, kamu lihat nggak?"
"Wah baru saja aku mendengar suara langkah kaki seperti orang berlari di luar, tapi aku ndak lihat itu siapa, karena aku sedang makan di dalam pantry ini."
"Ke arah mana dia Yu?"
"Sepertinya menuju tangga darurat Dit."
"Ok, makasih Yu aku mau kejar orang itu sampai dapat."
Belum sempat aku meninggalkan tempat itu tiba-tiba terdengar suara nada dering ponsel dari arah Wahyu.
Setelah kutengok ternyata benar itu suara ponsel Wahyu, kemudian Sinta pun masuk ke ruangan itu.
"Ketemu." Ujar Sinta.
"Ketemu apa Sin?" Aku bertanya padanya.
Sinta lalu menunjukan ponsel nya padaku dan ternyata dia sedang menghubungi nomor pelaku yang diberikan oleh Riri.
"Sepertinya pelaku belum sempat mematikan ponselnya karena terburu-buru ketika kami kejar, betul Wahyu?" Ujar Sinta.
Akupun terdiam karena belum mengerti apa maksud ucapan Sinta.
Sinta pun kemudian mengakhiri telpon nya tapi tak lama menghubungi nomor itu lagi, dan lagi-lagi terdengar nada dering dari ponsel Wahyu.
"Sudah tau kan Dit siapa pelakunya?" Ujar Sinta.
Akupun tersadar dan baru memahami apa maksud Sinta, jadi selama ini Wahyu yang kuanggap sebagai teman baik di kantor ini adalah pelaku tersebut.
"Tapi Sin masa Wahyu sih, selama ini kan aku dekat sama dia." Ucapku yang masih tidak percaya bahwa pelaku yang kami cari adalah Wahyu.
"Selama aku mencari bukti memang dia lah orang yang kubilang telah kucurigai Dit, karena kamu tau siapa yang menyebarkan gosip di kantor ini tentang kita, aku sudah menanyakan masalah gosip ini ke semua anak HRD dan mereka bilang bahwa Wahyu lah yang menyebarkan berita bahwa kita berpacaran." Ujar Sinta.
Aku masih terdiam tak percaya semua kata-kata Sinta.
"Kamu tahu bukti apa lagi yang kutemukan? Saat kita pergi ke Bali selama 3 hari saat itu juga Wahyu Izin tidak masuk kantor selama 3 hari karena sakit..Kamu mengikuti kami ke Bali kan Wahyu?"
Wahyu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
"Kenapa Yu? Kenapa kamu lakukan semua itu, padahal aku sudah anggap kamu sebagai temanku." Ujarku.
"Maaf Dit, Bu Sinta saya terpaksa."
Akupun tersulut emosi karena kata maafnya, kutarik kerah bajunya dan hampir saja aku mendaratkan pukulan ke wajahnya sebelum akhirnya Sinta menahanku.
"Jangan Dit, jangan mengotori tanganmu untuk memukul orang seperti dia, Wahyu coba kamu ceritakan kenapa kamu melakukan ini semua, apa masalahmu dengan kami?"
Wahyu pun mengakui bahwa selama ini dia yang mengirimi Riri foto kebersamaanku dengan Sinta.
"Maaf Dit sebelumnya, aku terpaksa melakukan ini semua karena Ibuku."
"Apa hubungannya masalah kami dengan Ibumu? Jangan mengarang cerita kamu Yu."
"Sungguh Dit aku tidak berbohong, Ibuku bekerja sebagai asisten rumah tangga pada salah satu keluarga kaya raya, tapi satu bulan yang lalu ibuku dipecat karena beliau sakit keras, saat itu aku bingung harus mencari uang dimana untuk berobat beliau karena aku adalah anak sulung dari 3 bersaudara dan kedua adikku masih kecil.
Tapi 3 minggu yang lalu keluarga kaya itu menemuiku dan berjanji akan menanggung semua biaya perawatan Ibu di rumah sakit asalkan aku membantu mereka."
"Membantu mereka...Membantu apa maksudmu?"
"Mereka akan menanggung semua asalkan aku mau menghancurkan hubunganmu dengan anak pemilik perusahaan ini, awalnya saat bertemu kamu aku tak mau melakukannya karena kamu itu adalah orang baik, kamu mau berteman dengan orang seperti aku, tapi disisi lain penyakit Ibuku semakin parah dan aku harus segera mendapatkan uang untuk merawatnya, akhirnya aku terima tawaran itu Dit." Kata Wahyu sambil bersimpuh di kedua kakiku.
"Lalu Siapa keluarga kaya itu dan kenapa mereka mau menghancurkan hubungan kami."
"Nama keluarga kaya itu adalah keluarga Sugondo mereka bilang mereka mau kalian hancur seperti kalian menghancurkan anak semata wayangnya."
"Anak semata wayangnya, memangnya siapa anak mereka?"
"Aku tidak tahu namanya tapi mereka bilang karena kalianlah anak mereka dipenjara."
Saat itu di otakku hanya ada satu nama..Ya mungkin itu adalah keluarganya Roy.
Aku pun kemudian menyuruh Wahyu untuk berdiri dan kuputuskan saat itu juga untuk memaafkannya karena musuh sebenarnya bukanlah dia, melainkan keluarga Sugondo.
Malam harinya aku menceritakan semuanya pada Riri dan Riri mengatakan bahwa nama panjang Roy adalah Roy Sugondo.
"Wah kalau begitu kita harus hati-hati ya Ri karena kelihatannya keluarga Roy sangat dendam sama kita." Ujarku.
"Roy dan keluarga nya sama saja ya, tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar, oh iya Dit lalu setelah itu Wahyu gimana?"
"Wahyu meminta maaf dan menyesali perbuatannya."
"Kasihan ya Wahyu Dit, dia cuma butuh uang untuk merawat Ibunya tapi malah dimanfaatkan orang untuk berbuat jahat."
"Iya maka dari itu aku memaafkannya."
Tapi keesokan harinya aku mendengar kabar dari Sinta bahwa hari itu Wahyu mengundurkan diri dari kantor, mungkin dia merasa malu atas apa yang telah dilakukannya.
Akupun meminta alamat Wahyu pada Sinta dan kemudian menghubungi Riri untuk mengunjunginya selepas bekerja.
Sore itu Riri menjemputku ke kantor bersama Pak Iwan setelah selesai kuliah, kamipun segera menuju ke kediaman Wahyu, setelah mencari ke alamat yang diberikan Sinta sampailah kami di area perkampungan yang amat sangat kumuh.
Setibanya dirumah Wahyu kami melihat keadaan rumah Wahyu yang memprihatinkan, sebuah rumah bilik yang sudah sangat reyot dan tak layak huni, kami mencarinya tapi sore itu kami mendapat kabar dari tetangganya bahwa Wahyu baru saja pergi ke Rumah Sakit, lalu kamipun menyusulnya kesana.
Setibanya di rumah sakit kami mencari Wahyu dan menemukannya sedang mengobrol bersama seorang pria paruh baya menggunakan jas, setelah melihat kami pria itupun kemudian pergi.
"Wahyu." Akupun memanggilnya dari kejauhan.
Tapi setelah melihatku sepertinya dia mau menghindari kami.
"Wahyu tunggu aku mau bicara." Kataku lagi.
Akhirnya dia menghentikan langkahnya dan mau menemui kami.
"Yu kamu kenapa berhenti kerja?"
"Aku malu Dit, malu sama kamu sama Ibu Sinta sama pacarmu juga."
"Oh iya Yu ini kenalkan Riri pacarku yang sering aku ceritakan."
Mereka pun berkenalan dan kemudian Wahyu meminta maaf pada Riri.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu