Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Kecewa
Bel apartemen berbunyi, Nina segera membukakan pintu, dan ingin langsung menutupnya lagi.
Keanu mendorong pintu itu hingga membuat Nina hampir saja terjatuh.
"Heh, yang sopan kalau masuk tempat tinggal orang!"
"Dan kamu, sopanlah pada orang yang datang ke tempatmu!"
"Rean, Rion, daddy datang."
"Mau apa kamu ke sini?" tanya Raya.
"Tentu saja aku mau menemui kedua anakku."
"Kamu tidak boleh menemui mereka!"
"Rean, Rion, ini daddy bawakan mainan kalian."
Wajah Rean dan Rion langsung berbinar. Keduanya mengambil kantong-kantong belanjaan itu.
Rean dan Rion langsung mengeluarkan mainan itu satu persatu, yang bisa Raya lihat kalau mainan-mainan itu sangat mahal.
"Daddy pulang dulu, ya. Kapan-kapan kita jalan-jalan lagi."
Lagi?
Bukankah itu artinya mereka sudah jalan-jalan bersama?
Wajah Raya langsung terlihat pias. Dia melihat Rean dan Rion, juga Nina.
Nina menunduk, merasa bersalah karena belum cerita pada Raya, sampai akhirnya perempuan itu malah tahu sendiri dari Keanu.
Raya?
Entahlah.
Dia merasa dikhianati. Ada rasa sesak di hatinya melihat wajah Rean dan Rion saat ini. Melihat wajah yang begitu bahagia, memegang mainan-mainan termahal itu.
Genoa mengatakan apa-apa, Raya langsung masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan mereka berempat dengan sejuta luka.
Raya mengunci pintu kamarnya. Menangis, menekan dadanya kuat-kuat seolah semua itu akan menghilangkan rasa sakitnya.
Sakit yang tak berdarah.
Rean dan Rion melihat kepergian Raya, merasa takut.
Apa mereka telah menyakiti hati mommy mereka?
Apa salah jika mereka pergi dengan daddy mereka?
Apa salah jika mereka mendapatkan barang-barang ini?
Bukankah seharusnya mommy mereka merasa senang, karena Raya tidak perlu bekerja keras untuk bisa membelikan mereka semua ini?
Keanu hanya menatap datar.
"Pergilah. Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi Aya. Jangan hancurkan lagi kebahagiannya. Tolong jangan selalu menjadi iblis!"
Rean dan Rion diam saja. Kenapa mommy dan mama mereka sangat membenci daddy mereka?
Apa daddy mereka begitu jahat?
Tapi sepertinya tidak.
Lihat saja, daddy mereka mau membelikan mereka semua ini tanpa mereka minta.
Malam semakin larut, Raya masih mengurung dirinya di dalam kamar. Tidak menyahut saat dipanggil oleh Nina, bahkan oleh Rean dan Rion.
"Aya, kamu makan dulu, setelah itu baru minum obat."
Raya diam saja, sibuk dengan tugas-tugasnya.
Dia benci menjadi miskin.
Dia benci tidak memiliki kekuasaan.
Jadi, dia harus segera lulus. Mendapatkan pekerjaan, lalu setelah modalnya cukup, dia akan membuat perusahaan sendiri.
Tapi apa bisa?
Dia bukan orang yang terlahir dengan sendok emas.
Dia tidak memiliki backing-an apa-apa.
Rasa muaknya dengan keadaan, justru membuat Raya semakin cepat menyelesaikan tugas-tugasnya.
"Mama, apa mommy malah pada kami?"
Iya, tapi Nina hanya bisa mengatakan itu dalam hati.
"Mommy kecewa karena kalian pergi tanpa pamit. Kalian masih terlalu kecil, jadi belum mengerti apa-apa. Nanti, setelah kalian dewasa dan tahu yang sebenarnya, baru kalian akan mengerti."
"Bagaimana calanya agal mommy tidak malah lagi pada kami?"
"Turuti semua yang mommy katakan. Mommy sangat sayang pada kalian, tidak mau kalian pergi meninggalkan mommy. Mama juga sayang pada kalian, tidak mau kalian pergi meninggalkan mama."
Di dalam kamarnya, Raya menghela nafas berkali-kali. Dia tidak ingin marah pada anak-anaknya, karena mereka masih kecil dan tidak tahu apa-apa.
Tapi si sialan itu justru memanfaatkan anak-anaknya yang masih kecil dan polos ini. Raya memandang langit malam dari balkon kamarnya.
Di lantai yang paling atas, Keanu juga menatap langit dari lantai kamarnya.
Rean dan Rion menyimpan barang-barang yang dibelikan oleh Keanu. Mungkin nanti mereka akan memainkannya diam-diam jika tidak ada Raya atau Nina.
Keesokan harinya, Raya bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan sarapan untuk mereka berempat.
"Kamu sudah bangun? Aya, maafkan aku. Sebenarnya kemarin saat aku dan anak-anak ingin ke apotek, kami bertemu dengannya. Dia membawa Rean dan Rion. Aku terpaksa ikut dengan mereka, karena takut Rena dan Rion makan tidak akan dikembalikan. Aku ingin cerita, tapi menunggu kamu sembuh dulu. Tidak aku sangka dia malah datang ke sini."
"Terima kasih, sudah menjaga Rean dan Rion."
"Kamu tidak marah?"
"Aku memang kecewa Rean dan Rion pergi dengan pria itu. Tapi ya mau diapakan lagi, semua sudah terjadi."
Rean dan Rion keluar dari kamar mereka.
"Mommy, maafkan kami."
"Jangan diulangi lagi, ya. Sekarang kalian makan, mommy harus pergi pagi-pagi sekali."
Malam harinya, Keanu dan kedua orang tuanya bertemu dengan rekan bisnis mereka.
"Ini putri semata wayang saya," ucap pria paruh baya itu.
Perempuan muda di hadapan Keanu menatap pria itu.
"Sayang, Tuan Keanu ini salah satu rekan bisnis daddy. Masih muda dan sangat sukses."
"Kalian bisa ngobrol-ngobrol."
Nyatanya, kedua tetap diam saja. Keduanya merasa gelagat-gelagat perjodohan. Ya meski harus perempuan itu akui, kalau pria di hadapannya ini begitu tampan. Siapa yang tidak akan suka?
"Kamu sudah bekerja?" tanya Jenia.
"Belum, Nyonya. Saya masih kuliah."
Jenia mengangguk. Dia memperhatikan gadis yang menjadi kandidat calon menantunya ini. Cantik dan berkelas, tidak jauh berbeda dengan pilihannya sendiri.
Tentu saja Jenia sebagai ibu Keanu, akan memilih yang terbaik dari yang terbaik.
Perempuan itu hanya menjawab apa yang ditanyakan, tidak banyak bicara. Ya setidaknya Keanu merasa lega, ternyata gadis di hadapannya ini tidak cerewet dan banyak tingkah, karena dia tidak suka dengan perempuan seperti itu.
"Saya kadang membantu daddy di perusahaan, untuk mencari pengalaman. Jadi nanti saatnya terjun langsung ke bisnis, tidak akan kaget."
"Itu bagus sekali. Keanu dulu juga seperti itu. Memang tidak boleh menjadi gadis yang manis meski dilimpahi kekayaan."
Sebenarnya ini bukan pertemuan pertama mereka. Tapi saat itu, Keanu dan gadis di hadapannya ini juga tidak mengobrol.
"Bagaimana menurut kamu dengan gadis itu?" tanya Justin pada istrinya setelah mereka pulang.
"Terlihat baik, tapi lihat saja nanti. Aku juga harus mengenalkan pilihan aku padamu, kan?"
Justin mengangguk saja. Dia yakin pilihannya adalah yang terbaik. Sedangkan Jenia juga berpikir, pilihannya lah yang terbaik.
Masalahnya, apa Keanu mau dengan pilihan mereka?
Yang jelas siapa pun itu, harus mau menerima kehadiran Rean dan Rion.
Di saat kedua orang tua Keanu sibuk dengan pembicaraan calon menantu pilihan mereka, Raya masih sibuk dengan pekerjaannya. Dia memilih lembur agar bisa mendapatkan uang lebih banyak. Tidak peduli kalau tubuhnya sudah merasa sangat lelah.
Karena benar apa kata orang, dengan uang, kamu bisa melakukan segalanya.