"Kita ini Kaka beradik, Boy. jadi kamu tidak boleh mencintaiku!" Aya.
"Kita Kaka adik hanya dalam kartu keluarga. tapi kenyataanya kita tidak ada hubungan darah. jadi Aku bisa menikahi kamu!" Boy.
Boy dan Aya memiliki hubungan yang rumit. papah mereka punya istri dua. Boy anak dari istri kedua sedang Aya anak dari istri pertama. tapi Aya bukan anak kandung, melainkan anak adopsi.
Boy dan Aya sedari kecil selalu bersama. sampai akhirnya Boy punya rasa nyaman dan cinta pada Aya. sayangnya cinta Boy di tolak Aya karena Aya tidak mau membuat keributan di dalam keluarganya. Bagai mana kisah cinta mereka. yuk lanjut baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tuti yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belanja Di Mall
Hari ini Boy mengajak Aya dan Ayu jalan jalan ke Mal. Boy menyuruh Ayu dan Aya membeli apa yang mereka di inginkan. Ayu membeli tas gendong yang sangat bagus untuk anak yang mau remaja. Sedang Aya membeli tas bermerek yang berharga 150 juta kalau uang rupiah.
"Kalian mau beli apa lagi?" Aya dan Ayu saling tatap.
"Ngga ada lagi. Ini sudah cukup," jawab Aya.
"Bener nih sudah sudah cukup."
"Bener Bang. Ayu sudah cukup beli sepatu aja."
"Ya sudah kalau gitu. Sekarang kalian mau ke mana lagi?"
"Ayu mau beli es krim Bang."
"Ok. Ayo kita beli es krim."
Boy mengandeng tangan Ayu menuju tempat penjual Es krim di lantai atas. Aya mengikuti keduanya di belakang.
Sampai di tempat es krim, Ayu meminta pakai cap besar. senang Aya pakai cap kecil.
"Kamu jangan yang cap kecil. cap besar saja biar kita makan bersama."
"Tapi rasa nya aku mau yang maca. Kamu kan sukanya coklat."
"Ngga papa maca juga. Aku doyan kok."
Aya akhirnya mau cap yang besar dan rasa maca. Setelah itu ketiganya duduk dan menikmati es krimnya.
"Dek, mau nonton ngga? Ada film Avatar tuh." Boy sambil menunjuk ke bioskop.
Ayu menengok dan benar ada Avatar.
"Mau kak."
"Ya sudah habiskan dulu es krimnya."
Boy dan Aya makan satu cap. Boy meminta Aya sesekali di suapi oleh Aya.
"Ih Abang kaya anak kecil aja sih, makan es krim nya di suapi."
"Iya nih Abang, kaya anak kecil ya Dek."
Boy hanya tersenyum tipis sambil mengusap kepala Ayu.
"Ih Abang. rambut Ayu jadi berantakan."
Setelah selesai makan es krim, ketiganya lanjut nonton ke bioskop. Boy membeli tiket. Sedang Aya dan Ayu beli cemilan dan minuman.
"Sudah beli semuanya?"
"Sudah Bang."
"Ya sudah yuk, kita masuk."
Ketiganya masuk ke dalam bioskop. Ketiganya menikmati film Avatar. Aya duduk di tengah. Jadi Boy bisa mengambil tangan Aya untuk di genggamnya. Ketiganya menikmati film sampai selesai.
Selesai nonton film, Boy mengajak Aya dan Ayu jalan jalan untuk melihat gedung gedung bersejarah di Belanda. Ketiganya jalan kaki dengan santai.
Sekitar jam 5 sore waktu Belanda, Ayu meminta pulang karena sudah capek. Boy memutuskan naik taksi agar lebih nyaman.
Ketiganya pulang ke rumah dengan rasa lelah karena seharian berada di luar rumah.
Ayu langsung ganti baju, setelah itu tidur. Karena Ayu merasa sangat lelah.
Sedang Aya mandi dulu biar badanya segar. Begitu juga Boy. Boy selesai mandi keluar dari kamar dan menuju dapur untuk buat coklat hangat.
Saat coklat hangat sudah jadi, Boy membawanya ke ruang depan. Boy tidak hanya buat satu gelas. Tapi Boy buat tiga gelas. Buat Aya dan Ayu juga.
Boy lalu mengetuk kamar Aya. Aya yang sedang menyisir rambut langsung ke pintu untuk membukanya.
"Ada apa?"
"Aku buatkan coklat hangat. Ayo di minum dulu, biar badanya hangat."
"Iya tunggu. Aku selesaikan menyisir dulu."
"Ayu tidur?"
"Iya. Sepertinya kelelahan. Makanya langsung tidur."
"Ya sudah aku tunggu di depan ya."
"Iya."
Boy pergi ke ruang depan. Sedang Aya menyelesaikan menyisir rambutnya.
Setelah itu baru Aya keluar dari kamar dan mendekat ke Boy.
"Minum dulu coklatnya selagi hangat."
"Iya."
Aya mengambil gelas yang berisi coklat hangat di meja. Aya lalu duduk dan mulai menikmati coklat hangatnya.
"Besok aku sudah mulai kuliah."
"Iya. Tapi masih cuti kerja kan?"
"Iya masih. Sampai kamu dan Ayu masih di sini."
Boy duduk menyamping dan melihat ke Aya. Tangan Boy sambil mengusap pipi mulus Aya.
"Aku mungkin pulang ke Indonesia dua tahun lagi."
"Iya ngga papa. Kan kita masih bisa telfon dan vc."
"Tapi beda rasanya sayang."
"Ya mau gimana lagi," sambil Aya melihat ke Boy.
Keduanya saling tatap dan saling diam.
"Tapi nanti kalau aku wisuda, kira kira kamu bisa pulang ngga?"
"Aku ngga tau dan ngga bisa janji. Kamu kapan wisuda?"
"Kalau ngga ada halangan satu tahun lagi. Ini aku sedang cari bahan untuk skripsi."
"Semoga saja aku bisa pulang. Biar bisa lihat kamu wisuda."
"Iya semoga."
Boy mengambil tangan Aya, lalu di cium tangan Aya. setelah di cium, Boy meletakan telapak tangan Aya di pipinya.
"Capek ngga?"
"Lumayan. Kaki ku yang rasanya pegal."
"Mau aku pijitin ngga?"
"Em... Boleh."
"Kemari kan kaki kamu," Boy mundur duduknya, lalu Aya mengangkat kakinya.
Boy memijit kaki Aya dengan pelan. Kaki Aya putih dan mulus. membuat adik Boy lama lama bereaksi dan bangun.
"Kita pindah ke kamar aja yuk. Biar aku pijit kaki kamu lebih enak."
"Ngga ah. Nanti kamu macam macam lagi."
Boy tersenyum karena Aya bisa menebak apa yang ada di pikirannya.
"Kamu tuh selalu aja pikirannya kotor terus ke aku. Aku tuh mau pijit kaki kamu biar enak tempatnya."
Boy lalu menggendong Aya ke kamarnya, Aya tidak bisa protes karena memang Aya ingin di pijat kakinya.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...
