Aaron Dixon Destawara Adiyaksa, adalah laki-laki dingin berwajah tampan itu adalah CEO DDA Group. Dia cucu dari seorang konglomerat yang banyak menyukainya dan mengaguminya.
Alya Dinara Austin, gadis yang melamar jadi pelayan di rumah Aaron.
"Kenapa kamu mau jadi pelayan?"
"Hanya butuh pekerjaan."
"Pelayan itu pekerjaan rendahan."
"Tidak mengapa, pekerjaan apapun itu baik dan hasilnya uangnya juga halal."
Akhirnya Aaron menerima Alya sebagai pelayan di rumahnya untuk melayani dan mengurus kakeknya yang sedang koma beberapa bulan. Awalnya pelayan biasa, tapi lama kelamaan jadi pelayan yang dapat di percaya. Bahkan di senangi oleh sang empunya rumah.
Apakah ada percikan cinta antara Aaron dan Alya? Simak kisah mereka yang penuh intrik dan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jaminan Untuk Alya
Dua hari Alya mendekam di penjara, sahabatnya Mita kaget dia masuk penjara. Dia pun menjenguk Alya di penjara, dan baru dia yang menjenguk ke kantor polisi.
"Kenapa kamu bisa masuk penjara Alya?" tanya Mita heran dengan keadaan sahabatnya.
"Sudahlah, tidak perlu di bahas. Biar mereka puas aku berada di penjara ini, lagi pula cuma satu minggu kok kata polisi jika belum ada bukti di setorkan ke kantor," kata Alya.
"Lho, bukti apa? Kamu melakukan kejahatan apa?" tanya Mita lagi.
"Aku di tuduh meracuni tuan Adiyaksa, tapi sampai dua hari ini bukti belum di serahkan. Entah apa maksudnya, apa memang aku di suruh keluar dari rumah itu," ucap Alya menarik napas panjang.
Bahkan Aaron juga belum mencari tahu siapa yang sebenarnya meracuni kakeknya, Alya berpikir mungkin laki-laki itu sudah tidak percaya dengannya.
"Oh ya, bagaimana dengan papamu? Apa beliau tahu anaknya di penjara?" tanya Mita.
"Papaku tentu belum tahu, beliau di luar negeri. Tapi sejauh ini beliau tidak datang menjengukku, berarti aku tidak punya masalah," jawab Alya santai.
"Hei, bagaimana bisa orang tua seperti itu? Harusnya panik dan mereka berusaha menyelamatkanmu, mengambil tindakan dengan menyewa pengacara. Aneh papamu itu," ucap Mita lagi.
"Hahah, aku tidak bisa menghubungi papaku. Ponselku di sita polisi, mana mungkin aku menghubungi papaku," ucap Alya.
"Ya ampun Alya, kamu setenang ini dalam penjara. Apa di dalam kamu baik-baik saja? Konon katanya di penjara itu banyak para penjahat, kamu satu kamar dengan para pembunuh atau para maling?" tanya Mita lagi.
"Aku sendiri, di kamar," jawab Alya.
Mita diam tidak percaya, biasanya di kumpulkan satu ruangan dengan yang lain.
Tak berapa lama, penjaga polisi untuk kunjungan sudah selesai. Polisi memberitahu pada pengunjung kalau waktu kunjungan segera habis.
"Ya sudah, aku pulang dulu. Aku bawakan kue kesukaanmu. Yang biasa kamu beli, meski mahal tapi aku rela belikan kamu dua kotak Alya. Aku kasihan sama kamu, pasti di penjara makanannya tidak enak," ucap Mita.
"Ya ampun, harusnya tidak usah beli lagi. Uang kamu kan tidak cukup buat beli kue itu," ucap Alya tersenyum.
"Jangan menghinaku, itu hanya dua kotak saja. Kalau aku beli tokonya, mana bisa aku membelinya," ucap Mita jengkel dengan sindiran sahabatnya.
"Hahah, baiklah. Terima kasih ya Mita, kamu memang sahabat yang pengertian," ucap Alya.
Mereka berpelukan sebelum berpisah, Mita keluar melambaikan tangan. Alya membalasnya, dia masuk lagi menuju selnya. Membawa makanan kesukaannya, kue bronis kukus dua kotak dari sahabatnya, Mita.
_
Hari ketiga Alya di bebaskan dengan uang jaminan. Meski tidak ada bukti menyatakan Alya sebagai orang yang berusaha meracuni tuan Adiyaksa, tapi polisi tidak membebaskannya. Alya sendiri yakin dirinya tidak pernah melakukan apa pun pada tuan Adiyaksa. Dan di kantor polisi dia di perlakukan baik.
Kini dia bebas dengan jaminan dari Aaron, pak Gun yang datang menjemput Alya di kantor polisi.
"Maafkan aku Alya, lama untuk mengurus pembebasanmu karena tuan besar tiba-tiba kritis selama dua hari. Jadi tuan muda dan aku fokus pada kesembuhan tuan besar lebih dulu," kata pak Gun.
"Kenapa bisa jadi kritis? Sewaktu aku masuk ke ruang ICU itu beliau kelihatan baik-baik saja, apa ada seseorang yang masuk secara diam-diam ke ICU?" tanya Alya.
Karena dia tahu pasti sewaktu di ICU itu tidak terlalu parah, hanya napasnya yang tersengal waktu itu ketika baru sadar dari pingsan setelah di tangani dokter.
"Mungkin, tapi kamar tuan besar di jaga oleh suster dengan ketat. Tuan muda yang meminta pada suster dan dokter," ucap pak Gun.
"Waktu aku pulang ke rumah itu, aku langsung masuk ke dalam kamar tuan besar. Cari bukti kalau nyonya Ratih yang membuat tuan besar pingsan, tapi aku di jebak oleh nyonya Ratih dan tuan Jerry. Mereka sepertinya sekongkol ingin mengeluarkanku dari rumah itu, aku di tangkap polisi. Sialnya di rumah tidak ada siapa pun, jadi mereka leluasa menangkapku," ucap Alya.
"Aku dan tuan muda sudah sepakat memang tidak mempekerjakanmu lagi Alya, karena kamu jadi terancam oleh mereka. Dan setelah tuan besar membaik akan di bawa ke Singapura, berobat di sana saja. Itu juga tidak boleh ada yang tahu di mana rumah sakitnya," ucap pak Gun lagi.
"Baguslah, memang tuan besar harus di rawat di rumah sakit yang bagus. Juga di rawat oleh suster yang sanggup menjaga beliau dua puluh empat jam," ucap Alya.
"Tuan muda bilang kamu akan mendapatkan rumah di luar kota, Alya. Dia berterima kasih sama kamu karena telah merawat tuan besar dengan baik," ucap pak Gun.
"Merawat dengan baik? Aku bahkan sampai lalai, tuan besar pingsan dan sekarang kritis? Pak Gun jangan bercanda, aku tidak mau rumah itu. Dan uang hibah yang di tentang oleh nyonya Ratih dan tuan Jerry aku tidak akan menerimanya," ucap Alya.
"Itu untukmu Alya, jangan menolak. Tuan besar merasa senang telah memberikan uang itu untukmu, kamu bisa menggunakan uang itu untuk buka usaha atau masuk kuliah magister misalnya," ucap pak Gun.
"Tidak pak Gun, aku tidak mau. Aku sudah punya usaha sendiri, ya lumayan sih buat diriku sendiri," ucap Alya.
"Perusahaan travel itu? Aah ya, kamu lebih memiliki segalanya dari pemberian tuan besar dan rumah dari tuan muda," ucap pak Gun.
"Pa Gun tahu dari mana? Itu bukan apa-apa dan bukan milikku," ucap Alya merasa malu identitasnya di ketahui oleh kepala rumah tangga itu.
"Hahah, tuan besar bercerita banyak padaku Alya."
"Jangan ceritakan pada siapa pun pak Gun, aku tidak mau banyak yang tahu tentang diriku," ucap Alya.
"Ya, memang sebaiknya aku memanggilmu nona Alya, tapi aku merasa penasaran kenapa kamu mau jadi pelayan di rumah tuan besar?" tanya pak Gun.
"Mencoba sesuatu yang baru saja," ucap Alya tersenyum kecil.
"Baiklah, kamu hebat nona Alya," bisik pak Gun.
"Hahah, pak Gun bisa saja."
_
_
******
"
si ratih pasti ngundang si samangka 😅