Ig: Tantye 005
Juara Favorit pembaca Air mata Pernikahan 2
Menikah karena perjodohan membuat Harun membutuhkan waktu lama untuk mencintai istrinya-Haura. Di hari Aniversarry mereka yang pertama, pria itu berencana mengatakan cintanya pada Haura.
Namun, kebenaran tentang wanita itu membuat Harun mengurungkan niatnya. Alih-alih mengatakan cinta, Harun malah mengusir Istrinya dari rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21 ~ Tabir Pernikahan
Haura dan Ezra saling beradu tatapan dengan arti yang tentu saja berbeda. Harun dengan raut wajah seriusnya setelah menceritakan keluhan yang dia derita selama ini. Sementara Ezra, sedang mencoba menahan diri agar tidak memberi selamat atas kehamilan istri sahabat bodohnya.
"Keluhan aku seperti orang hamil saja. Bukannya kehamilan simpatik itu ada? Apa Haura sedang hamil?" Harun kembali melontarkan pertanyaan yang sama.
Terlebih pria itu berpapasan dengan istrinya di lorong rumah sakit. Ezra bertemu dengan Haura, bukankah itu memperkuat kecurigaanya selama ini? Bahwa Haura sedang hamil.
Namun, pertanyaanya. Apa anak yang ada di rahim Haura benar darah dagingnya?
Harun mengerutkan keningnya ketika Ezra memutus tatapan dan berdehem sejenak. Ezra tertawa sambil memukul-mukul meja kerjanya.
"Kamu berharap Haura hamil, tapi kau malah mengusirnya dari rumah, sangat lucu. Haura tadi hanya berkunjung untuk mengembalikan uang yang aku pinjamkan."
Maaf Harun, aku terpaksa berbohong.
Ezra langsung menghindari tatapan Harun yang berubah menjadi penuh selidik. Tidak ingin Haura semakin menderita dengan memberitahukan pada orang lain tentang kehamilan wanita tersebut.
Tunggu sampai waktunya tiba, mungkin tiga atau 5 hari, maka saat itu tiba Ezra akan mengatakan semuanya pada Harun. Katakanlah saat ini Ezra lancang karena melakukan tes DNA secara diam-diam. Toh pria itu baru saja mengambil sampel darah Harun dengan berbagai alibi.
Harun berdecak kesal melihat respon Ezra, pria itu mengira akan mendapatkan kejutan jika berkunjung keruangan Ezra.
"Sudahlah, kau tidak berguna!"
"Kau lebih tidak berguna!" teriak Ezra ketika Harun meninggalkan ruangannya.
"Dasar calon ayah," guman Ezra sambil tersenyum.
***
Berjualan online dan mendapatkan banyak pelanggang dalam hitungan hari, adalah keajaiban yang tidak pernah Haura bayangkan sebelumnya. Mungkin jika tidak ada pekerjaan ini, entah Haura akan makan apa setiap harinya.
Wanita cantik tanpa hijab itu mengusap peluh di keningnya yang mulai bercucuran karena terik matahari. Haura tidak memakai hijabnya sebab berada di rumah sendirian saja, terlebih sedikit berhaya kalau saja jilbabnya tidak sengaja menyengol wajan penuh minyak.
"Sedikit lagi Ra," gumamnya menguatkan diri sendiri karena mulai lelah, padahal pesanan belum selesai.
Haura juga belum mengisinya dengan kotak atau memberi toping sesuai pesanan. Wanita itu melirik pintu kontrakannya ketika terdengar suara ketokan dan ucapan salam dari seorang perempuan.
Haura lantas mematikan komper, lalu berlari pelan masuk ke kamar untuk memakai hijab sebelum membuka pintu. Kening wanita itu mengerut melihat gadis dengan rambut tergerai berdiri di depan pintu.
"Cari siapa kak?" sopan Haura.
"Ini rumah kak Haura? Saya yang chat tadi mau jadi kurir pribadi."
"Ah iya benar, masuk dulu!" Haura langsung membuka lebar-lebar pintu lalu mempersilahkan gadis itu duduk lesehan dengan karpet tipis yang Haura beli beberapa hari yang lalu.
Keduanya berbasa-basi sebentar, Haura tidak lupa menyuguhkan air minum sebab melihat wanita itu tampak kelelahan.
"15 rb per orderan gimana kak?" tawar sang gadis bernama Diana.
"Ini jauh dekat asal masih di dalam kota?"
"Iya benar."
Haura sedikit berpikir dan menghitung untung dan ruginya sebelum menganggukkan kepala.
"Kalau begitu bisa mulai kerja besok, nanti saya hubungi kalau orderan telah siap."
"Makasih ya kak sudah terima saya."
"Sama-sama."
***
Harun, pria itu tidak langsung pulang kerumahnya setelah dari rumah sakit. Dia malah singgah di sebuah Cafe tepat bersebrangan jalan dengan gang yang sering kali di lalui oleh Haura. Entahlah, tapi setiap harinya perasaan Harun tidak tenang jika tidak melihat istrinya.
Mungkin efek ikatan batin antara pria itu juga janin di rahim Haura. Harun mendesisi pelan dengan kening mengkerut ketika Haura belum juga lewat padahal sudah sore.
Jika ada perut yang meletus maka perut Harulah yang pertama. Sudah terhitung 5 kali pria itu memesan kopi di Cafe untuk menemaninya menunggu selama hampir 4 jam. Sungguh dokter satu ini sangat gabut dan tidak berguna.
Di tengah-tengah lamunannya, ponsel yang ada di atas meja berdering, dengan malas Harun menjawab panggilan dari adiknya.
"Vivian aku ...."
"Tolong aku kak, ak-aku ada di kampus ... Aaakkkkkkhhhhh!"
favorit
👍❤