Kecelakaan terjadi dan melibatkan dirinya, seorang wanita dari keluarga NUGRAHA akhirnya harus ikut bertanggung jawab dengan sosok laki-laki yang akhirnya lumpuh.
Masa depan yang sudah terpampang indah harus hancur karena sang kekasih meninggalkan dirinya, hingga permintaan untuk menggantikan posisi wanitanya diajukan untuk sebuah kekecewaan.
Akankah pernikahan keduanya berakhir Bahagia?
Muncul kah benih-benih Cinta pada akhirnya?
Bagaimana keduanya akan menjalani sebuah pernikahan tanpa dasar Cinta?
yuk..kita ikuti keseruan Karya Author terbaru, semoga bisa menghibur dan memuaskan para pembaca dengan kisah ini.
(Salam sukses, sehat dan jangan lupa Bahagia.. Author Sinho)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Setelah sarapan pagi bersama, kedua keluarga saling bercengkerama untuk mengenal lebih dekat, Anita ibunda Zafian tentu saja masih shock dengan kenyataan dimana ternyata mempunya besan seorang konglomerat ternama dari keluarga Nugraha.
"Maaf Bu Reyna..saya benar-benar tidak percaya kalau nak Afita dari keluarga Nugraha, maafkan sikap kami terutama anak saya jika kurang berkenan" ucap Anita.
"Ibu Anita lebih tua dari saya..silahkan panggil saya Reyna saja, biar saya tidak berasa terlalu tua" jawab Reyna disambut tawa dari yang lainnya.
Ibu Anita sangat bersyukur karena ternyata keluarga dari Nugraha begitu rendah hati dan tidak sombong sama sekali, bahkan mereka bisa membawa diri dengan baik dan sangat menghormati orang lain tanpa memandang status.
"Emm..jadi saja harus manggil bunda juga kan?" Tanya Afita dengan senyum manisnya.
"Tentu saja, sekarang kamu punya dua ibu yang harus kau jaga dan hormati" sahut Reyna.
"Siap Mom..syurga ku bertambah lagi.. Alhamdulillah" ucap Afita membuat Anita terkejut dan menoleh ke arah Zafian.
Zafian tersenyum, mengusap tangan ibunya untuk mengurangi keterkejutannya.
"Maaf nak Afita, maksud nya bagaimana?" Tanya Anita.
"Syurga ada di telapak kaki ibunya kan bunda, jadi aku punya telapak kaki bunda dan juga Mommy.. keduanya harus aku jaga tentunya, iya kan?" Jawab sumringah Afita.
"Bagus..ingat itu baik-baik, jangan lupa juga Ridho setiap langkahmu sekarang ada pada suamimu" sahut sang Daddy membuat Afita nampak berubah malas.
"Siap Dad..kalau itu masih belajar, mudah-mudahan nanti lulus" jawab Afita.
"Af..!!" Sahut Aftan sang kakak memperingatkan.
"Iya kak..iya!" Sahut Afita sengit.
Reyna dan Anita saling pandang dan tersenyum, sepertinya hati seorang ibu bisa merasakan kalau sebenarnya kedua anaknya masih belajar untuk saling mengenal dan memahami.
Tak lama kemudian, setelah acara perpisahan Afita dan keluarganya, kini kedua penganten baru yang tidak saling mengenal itu berjalan-jalan dipinggiran pantai, Afita setia mendorong kursi roda suaminya sambil berbincang.
"Lumayan juga pemandangan dan udara disini" ucap Zafian membuka pembicaraan.
"Hem..indah, siapa yang memilih tempat ini?" Pertanyaan Afita keluar begitu saja.
Sejenak Zafian terdiam, kenangan indah bersama dengan Eliza kembali terbayang, bagaimana melihat wajah bahagia kekasihnya yang watu itu memesan tempat ini untuk acara suci mengikrarkan pernikahan.
"Tidak perlu kamu jawab..pasti kekasih mu kan..lumayan juga seleranya" ucap Afita dan membuat Zafian terkejut.
"Itu..iya..Eliz yang menginginkan tempat ini"
"Iya..tidak perlu kau jelaskan, aku sudah tau"
"Dari mana kamu tau?" Tanya Zafian.
"Dari wajahmu yang tiba-tiba saja begitu menderita saat aku tanya tadi" jawab Afita.
"Aku tidak menderita.. jangan terlalu mengada-ada" sahut Zafian tidak senang dengan ungkapan Afita.
"Terserah.." ucap Afita yang kemudian berlari ke bibir pantai meninggalkan Zafian diatas kursi rodanya.
Zafian masih terdiam melihat apa yang dilakukan Afita, sedikit senyuman mengembang ketika melihat Afita berteriak dan berlari mengejar ombak dan kembali berlari menghindar.
"Hati-hati..!,nanti kamu basah..!" Teriak Zafian.
Afita seolah tidak mendengar dan terus berlarian menikmati ombak dengan riang, apa yang dilakukan untuk mengurangi beban pikirannya, dimana sebenarnya dia tidak yakin akan pernikahan yang dijalaninya saat ini.
"Bagaimana bisa dia belajar mencintaiku kalau masih ada cinta yang tertanam kuat dari wanita masa lalunya..ya Allah..aku pasrah kan semuanya padamu.." batinnya di tengah dia tertawa dan berlari di pinggiran pantai.
Matahari makin merangkak naik, kini keduanya sudah berada di dalam kamar hotel setelah makan siang, rasa lelah membuat keduanya ingin segera beristirahat menikmati hari selama masih ada cuti sampai empat hari.
"Nonton apa?" Tanya Afita melihat Zafian tengah duduk santai di atas kasur.
"Film, seru dan Romantis"
"Ohh.." sahut Afita sambil mengambil cemilan di tangannya.
"Aku ingin itu..!" Ucap Zafian menunjuk cemilan yang di pegang oleh Afita.
Afita mengangkat alis, lalu segera maju mendekat dan memberikan apa yang di inginkan Zafian, melihat keseruan film yang tengah di tonton, Afita tertarik untuk menonton juga dan perlahan duduk di samping Zafian.
"Seru juga..Action?" Tanya Afita.
"Hem..keren kan filmnya?"
"Lumayan.." sahut Afita sambil nonton.
Ditengah-tengah keseruan yang tengah di nikmati bersama, tiba-tiba saja ada adegan yang tidak terduga, dimana jari jemari seorang laki-laki tengah masuk dengan perlahan ke organ in-tim sang wanita untuk mencari kenik-matan.
"Emhh.. baby.. aku suka tangan nakalmu" suara wanita dengan manja.
"Aku masukkan lebih dalam lagi?" Pinta sang laki-laki.
"Yess..so good, aku suka..ooohhg!"
Selanjutnya suara rinti-han dan era-ngan makin terdengar jelas, membuat tubuh Zafian terasa panas begitu juga dengan Afita yang mulai merasa gerah.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Afita waspada, saat netranya bertemu pandang.
"Kau sendiri kenapa menatapku?"
"Aku waspada terhadapmu" jawab Afita.
"Aku justru khawatir padamu, takut kau menginginkan hal itu"
"Zafian..!!" Teriak Afita langsung berlari pergi.
Zafian terkekeh "Dasar..!" ucapnya lirih dan segera memindah tayangan sebelum dirinya benar-benar kelepasan.
Afita menyiapkan selimut dan bantal di sofa kembali, sebelum kegiatan malamnya akan dilakukan, Zafian yang sudah lebih dulu ada di atas tempat tidur hanya mengamati.
"Tidurlah di sampingku..biar tubuhmu tidak sakit semua saat bangun" ucap Zafian.
"Tidak perlu..aku bisa tidur disini" jawab Afita.
"Bisa, tapi aku jamin besok punggungmu sakit lagi seperti hari ini, jangan dikira aku tidak tau" shut zafian.
"Jangan khawatir.. masalah itu bisa ku atasi"
"Jangan membantah, ini perintah suami, gak nurut bisa jadi dosa.. ingat kata-kata Deddy mu, Ridho istri ada pada su_"
Brug
Zafian kaget sebelum menyelesaikan ucapannya, sebuah bantal dan juga selimut melayang dan hampir saja mengenai wajahnya.
"Kau ini..tidak bisa pelan-pelan!!" Teriak Zafian yang tentu saja sangat kesal.
"Tidak bisa.. secepatnya lebih baik, dari pada keduluan mendengar ocehan mu" sahut Afita yang kini sudah berjalan menuju tempat tidur.
Afita memberikan batas sebuah bantal diantara dirinya dan Zafian, dengan sengit Zafian membuang pembatas itu ke lantai.
"Aku tidak akan menyentuh mu" ucap Zafian.
"Bener..bisa dipercaya?"
"Lagian siapa yang mau menyentuh orang tidur dengan pakaian lengkap seperti itu, mulai kepala sampai ujung kaki di bungkus semua" omel Zafian.
"Syukurlah.., aku tidur dulu, selamat malam" sahut Afita lega.
"Malam.." jawab Zafian segera miring memunggungi istrinya.
Tepat tengah malam Zafian terbangun saat mendapati posisinya begitu tidak nyaman, rupanya sebuah tangan tengah merangkul nya begitu posesif, hingga susah membuatnya bernafas.
Zafian bersiap teriak namun segera diurungkan ketika menatap wajah Afita yang begitu damai saat tertidur, terlihat begitu cantik walaupun hijab yang di pakainya berubah bentuk menjadi tidak karuan, bahkan sedikit rambut menyembul dari pinggiran wajahnya.
Perlahan Zafian mengusap lembut pipinya, membenarkan hijab yang di pakai tak kunjung usai, akhirnya dengan terpaksa di tarik perlahan hingga terlepas.
Zafian terkesiap melihat keindahan wajah dan rambut istrinya dalam jarak yang begitu dekat.Tangannya maju begitu saja ingin menyentuh nya hingga..
Dug..
"Akh.. sh-it.!!" Teriak Zafian lirih menahan senjatanya yang tanpa sengaja terhantam lutut Afita begitu saja.
Mendengar ada sedikit suara tertangkap Indera pendengarannya, Afita terbangun dan membuka mata perlahan, lalu..
"Aaa..!!, Kenapa kau disini?!" Teriaknya.
Zafian langsung mengamankan telinganya dengan kedua telapak tangan.
"Tidak bisakah kau kontrol suaramu, telingaku sakit..!" Ucap keras Zafian makin emosi saat bukan hanya senjatanya saja yang tersakiti, tapi juga telinganya.
"Aku akan teriak lagi kalau kau tidak menjauh!" Sahut Afita yang masih baru sadar dari tidur nya.
"Kau itu ngomong apa, lihat baik-baik siapa yang mendekat!" Ucap Zafian bertambah dongkol.
Afita segera mengamati sekitarannya, dirinya juga terkejut mendapati bahwa dirinyalah yang ternyata melanggar batas tempat tidur hingga masuk ke area Zafian.
"Hah..kok bisa..hehe..sorry..silahkan tidur lagi.." ucap Afita yang langsung balik kanan tanpa dosa, lalu bergeser dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Jangan lupa VOTE, HADIAH, LIKE, dan KOMENnya.
Bersambung.
