Bukan Sekedar Kebebasan

Sebuah surat kembali sampai ke tangan Henry saat mereka sudah bersiap untuk kembali, itu berasal dari Pangeran ke tiga. Dia mengatakan bila istana dalam keadaan genting saat ini, terjadi banyak perubahan setelah Pangeran Mahkota resmi bertunangan dengan kekasihnya.

Itu juga sudah dapat di perkirakan oleh Aurora, menurut novel yang dia baca. Bella memang akan merubah seluruh istana, dia akan menjadikan Istana sebagai arena pertumpahan darah dan mengadu dombakan beberapa pelayan setia Raja.

“Apa yang harus kita lakukan sayang?” Tanya Henry pada sang istri, selama kehidupannya di masa lalu. Aurora tak pernah merasakan menjadi manusia seutuhnya.

“Apa di kehidupan sebelumnya, kamu pernah berkuliah?” Tanya Aurora, Henry menganggukkan kepalanya.

“Apa kamu percaya bila ada seseorang yang bertransmigrasi?” Henry tentu saja percaya akan hal itu, karena itu di alamat pendirinya sendiri.

“Bella adalah mahasiswi dari masa depan, dia akan melakukan perubahan besar di Istana dan tujuannya adalah menjadi Ratu. Dia akan melakukan kudeta pada Raja saat ini, menggulingkan kekuasaannya dan mengangkat Pangeran Mahkota sebagai Raja, sedangkan dirinya sendiri akan menjadi Permaisuri. Setelah itu, dia akan membunuh Pangeran Mahkota dan dia akan di nobatkan sebagai Ratu.” Ucap Aurora, Henry terdiam sejenak.

“Kamu mengatakan itu seolah telah membaca seluruh alur di dunia ini,” Ucap Henry, memang itu benar.

“Sebelum itu terjadi, kita harus menyelamatkan Raja.” Ucap Aurora lagi, Henry menghela nafas berat.

“Sebelumnya aku sempat berfikir untuk menjadi wanita paling kaya dan membuat pasukan khusus yang tak akan terkalahkan. Namun sepertinya rencana ku akan gagal, sekarang tujuan ku adalah hal lain. Aku ingin menyelamatkan dunia ini dari kehancuran.” Ucap Aurora, Henry tersenyum dan mengecup kening sang istri.

“Aku tak ingin menjadi Raja, maafkan aku.” Ucap Henry, Aurora tersenyum.

“Aku juga tak ingin engkau menjadi Raja, aku ingin Vios menjadi Raja dan menjadi masa depan kerajaan kita sayang. Kita akan hidup damai setelahnya, dan hidup bahagia.” Ucap Aurora, Henry terkekeh dan mengecup bibir sang Istri.

“Aku setuju akan hal itu, terima kasih.” Bisik Henry, Aurora tersenyum dan hari itu mereka akhirnya pamit dan pulang menuju Kerajaannya.

Pangeran Mahkota yang merasa curiga akan gurun pasir akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu, mereka menemukan sebuah tambang permata di gurun pasir. 

Pangeran Mahkota bersyukur akan hal itu, setidaknya dia tidak merelakan gurun pasir berharga itu. 

Sedangkan Aurora dan Henry sendiri tujuan mereka adalah tanaman obat yang ada di padang rumput yang jumlahnya tak terbatas, itu lebih berharga dari permata tentunya.

Mereka pulang dalam waktu 3 hari, mereka akhirnya sampai di Kerajaan Barat.  Keadaan Istana benar-benar kacau setelah sang Raja sakit.

Henry yang tiba di sambut oleh Pangeran ke tiga, Henry juga langsung mengobati Raja hingga sembuh total. Namun Henry memerintahkan pada Raja dan Vios untuk tetap berpura-pura untuk sementara waktu.

Beberapa hari setelah itu, Aurora menjadi sering datang ke istana bersama dengan Henry. Hal itu tentu saja sangat di curigai oleh Bella.

“Kenapa kamu selalu keluar masuk istana?” Tanyanya di sebuah taman Istana tak kala Aurora melintas.

Ingin sekali Aurora merobek mulut tak punya sopan santun itu, namun Auraoa masih berusaha bersabar untuk menunggu tikus besar masuk perangkap.

“Aku ke Istana untuk membantu Ayah ku dalam pekerjaannya, beliau sering mengeluh sakit. Jadi aku datang menawarkan diri untuk membantunya.” Ucap Aurora, dia juga tidak menggunakan bahasa formal.

“Lady Bella sendiri bagaimana? Apakah seorang Baron juga memiliki pekerjaan di Istana?” Tanya Aurora tertawa dalam hati, dia sebenarnya ingin lebih menghina Bella. Namun dia harus bersabar untuk sementara waktu.

“Kau!” Pekik Bella tak terima, Aurora berpura-pura melihat sang Ayah.

“Astaga Ayah, saya akan segera ke sana!” Ucap Aurora yang pergi dari hadapan Bella.

Bella mengepalkan tangannya, selama ini dia kurang memperhatikan Aurora dan dia tak menyangka bila Aurora akan bersikap arogan di hadapannya.

Henry yang diam-diam mendengarkan perbincangan mereka hanya terkekeh saja, sedangkan beberapa pasukan khusus di kerahkan untuk menjebak tikus besar.

Satu bulan kemudian, Pangeran Mahkota telah mengajukan untuk melangsungkan acara pernikahannya dengan Bella. Raja merestui mereka dan akhirnya acara megah itu akan di langsungkan.

Gaun di beberapa butik ternama telah ludes oleh para Lady yang ingin menghadiri pesta, sedangkan Aurora dan Henry tak melakukan apapun.

Beberapa undangan yang di kirimkan ke Negara tetangga juga di tanggapi dengan baik, bahkan Putri Helena yang mendapatkan undangan itu membalas akan hadir begitupun dengan Putri Mahkota Tang Yi.

Jujur Bella terkejut dengan keantusiasan mereka, dia tidak tahu bila Henry dan Aurora baru saja melakukan kerja sama di Kerajaan Timur satu bulan lalu.

Bella menjadi besar kepala saat itu, dia juga semakin sombong dan angkuh. Keluarga Baron Arabel juga menjadi bahan pembicaraan beberpa waktu kebelakang.

Sedangkan Henry dan Aurora akan melangsungkan pernikahan mereka setelah pernikahan Pangeran Mahkota, Helena dan Tang Yi yang mendengar itu terkejut namun mereka menyambut dengan antusias.

Pesta megah di langsungkan di Istana Kerjaan Barat satu minggu sebelum pernikahan di langsungkan. Seluruh tamu undangan nampak telah tiba, Helena dan pasangannya yang tak lain si kucing besar juga tiba. Tang Yi tiba bersama Permaisuri karena Pangeran Mahkota kala itu memilih melakukan tugas lainnya.

Sebuah pesta luar biasa megah di adakan dengan sangat meriah, festival di adakan di jalan-jalan kota dan mereka semua juga tahu setelah pesta itu usai, seminggu kemudian acara pernikahan lain akan di langsungkan.

PRANG!

“Dia ingin menyaingiku rupanya!” Pangeran Mahkota melemparkan gelas di tangannya, sedangkan Bella nampak terdiam.

“Tenangkan diri mu sayang, kita berhasil mengundang para Putri dari Kerajaan tetangga, itu dapat di artikan sebagai sesuatu hal yang baik.” Ucap Bella berusaha menenangkan calon suaminya.

“Kamu benar sayang ku, kita tidak akan kalah dari pria itu!” Pekik Pangeran Mahkota. Pria yang di sebut Pangeran Mahkota tak lain dan tak bukan adalah Henry.

Henry memang sengaja melakukan itu, meski nyatanya pesta pernikahan untuk dirinya dan Aurora akan di langsungkan dua minggu mendatang. Semua itu di lakukan Henry dan Aurora sudah jelas untuk memancing Pangeran Mahkota dan juga Bella, agar mereka tidak mengawasi pergerakan Vios dan Raja saat ini.

Semua berjalan sesuai dengan kehendak mereka, Vios juga mencari sosok yang di beritahukan oleh Aurora bersama dengan para pengawal Harvis yang terlatih. Sedangkan du kamar Raja, seorang artis di bayar Raja untuk menggantikan posisinya di Istana untuk sementara waktu, sedangkan akhirnya tinggal di Kastil Harvis.

Sedangkan di sisi lain, Aurora pagi itu tak dapat beranjak dari tempat tidurnya, kepalanya pusing dan selalu saja mual. Duchess Barrel yang melihat kondisi putrinya jelas beliau merasa sangat khawatir.

Sedangkan Henry yang mendengar kabar itu langsung bergegas dari kastilnya menuju ke Kastil Barrel, dia merasa sangat khawatir saat mendengar kabar itu dari Kesatria Barrel.

“Sayang?” Henry tak memperdulikan para pelayan yang menatap Henry dengan aneh, Henry justru langsung berlari menuju kamar sang istri dan wajahnya tiba-tiba saja panik saat Paus Agung juga nampak berada di sana.

“Ada apa dengan istri ku?” Tanya Henry, mata semua orang tertuju pada penampilan Hany kala itu. Sontak Aurora tertawa melihatnya.