NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Damar menggeleng kepala cepat . "Jaga-jaga saja. Terus sekarang gimana ayah?"

Malik tersenyum. "Kamu mengkhawatirkan kondisi ekonomi keluarga mereka? Setelah tulang punggung dalam keluarga itu terancam tidak bisa bekerja?"

"Ya itu juga."

"Kalau begitu kamu belum pernah melihat langsung rahmat Allah meliputi segala sesuatu. Orang kekurangan fisik, orang tak mampu, bahkan orang tidak punya akal. Begitu juga keluarga Pak Hamdan. Lihatlah dan tunggu saja Nak, pasti ada bantuan dari Allah dengan cara tak terduga."

"Kok ayah cuma senyum-senyum bukannya ikut bantuin!"

"Di situlah Allah menunjukkan cintaNya pada orang-orang beriman. Saat tak ada orang lagi yang mungkin dengan kerelaan hati mau membantunya, Allah bisa menolong dengan caraNya. Seperti saat Ayah kecelakaan, ayah berbulan-bulan tidak bisa bekerja, tetapi Pak Hamdan dengan kerelaan hati merawat Ayah, dan rejeki datang dari segala arah tanpa disangka-sangka padahal saat itu kondisi kaki ibumu juga seperti itu, tak bisa jalan."

Damar termenung teringat saat kelas 1 SD. Setiap jam 6 pagi Pak Hamdan sudah datang mengurus ayah yang hanya bisa terbaring selama beberapa bulan.

"Ada apa ini seru banget?" Tanya Rini yang baru datang merasa penasaran dengan lamunan putranya tetapi sang suami malah senyum-senyum. Namun, belum sempat mereka menjawab terdengar suara ketukan pintu.

"Bu Rini! Tadz!"

"Assalamualaikum!" Rini mengangguk dan mendekati sang tamu.

"Walaikumsalam." Juminten masuk setelah dipersilahkan. Dia duduk di depan ustadz sambil menaruh telur di kursi kayu. Sebuah dompet diambilnya, dikeluarkan uang 5 lembaran merah. "Tadz, saya mau mengembalikan uang. Hasan sudah gajian."

Rini tersenyum dan memandang suaminya yang berbicara, "sudah nggak dipinjam lagi?"

"Aku bilangnya tiga hari, Tadz." Juminten tertawa ringan dan mengerutkan kening karena tiga orang itu memakai masker.

"Sebentar, aku buatkan minuman dulu."

"Terimakasih Bu Rini. Tapi saya mau langsung jemput cucu saya di sekolah." Bu Jum menatap mata ustad. "Sekali lagi terimakasih, Ustadz. Saya langsung pamit."

"Hati-hati di jalan. Assalamualaikum," kata Bu Rini yang mengantarkan janda itu ke pintu.

"Walaikum salam."

"Tehnya diminum ayah," kata Rini ketika sang suami memasukan uang ke dalam dompet. "Ibu mau nyuci dulu."

"Terimakasih tehnya, Bu." ucap Ustad Malik.

Damar masuk ke dalam kamar. Dia menutup pintu dan mendengar suara ibu.

"Mar, baju kotormu keluarin!"

Damar berjongkok mengeluarkan satu persatu baju kotor dari keranjang. Dia melirik celana sarung yang tergantung di kursi. Dikeluarkan biji tasbeh dari sarung lalu membawa ke meja belajar.

Tangan yang lain memindahkan gelas berisi air bening dari nampan. Dia tempatkan biji-biji tasbeh itu diatas nampan yang cekung.

Setelah pergi memberikan baju kotornya. Damar menutup pintu. Dia duduk dan menatap delapan biji tasbeh. "Ann, Ann, aku sudah bilang aku mau melamarmu lewat Abi."

Damar menuangkan air bening ke nampan dan mencampurnya dengan cairan antiseptik lalu diaduk-aduk. Segera ia memindahkan kristal-kristal hitam itu ke tisu. Dia menyalakan kipas angin dan rebahan sebentar menunggu tasbehnya kering.

"Kenapa kamu tidak menolak saat Azzam mengajakmu naik mobil itu? Kamu kan bisa naik mobilku dan duduk di samping Winda, Ann." Ia mengelus dada yang sakit pada interaksi mereka berdua saat akan masuk mobil.

Damar bangkit dengan pandangan mata mengitari dinding. Ia meraih sebuah tali kemudian dirangkai manik-manik itu menjadi garis lurus. "Ya Allah! Ampunilah Damar. Hamba cuma meminjam dan bukanlah mencuri. Aku pusing karena kepikiran Anna terus Ya Allah, aku tidak bisa tidur pulas sejak melihat wajahnya. Aku tidak bisa tenang setelahnya dan menjadikan ketakutan bila-bila dia tidak akan menjadi istri Damar."

Digantungkan rangkaian itu di sisi kelambu tidurnya. Dia terlentang dan memandangi manik yang berkilau karena terkena pantulan cahaya dari luar jendela yang terbuka. "Aku akan mengembalikannya tapi tidak dalam waktu dekat ini. Jangan terima lamaran ya, Na?"

.

Ustad malik menghabiskan teh dan melirik jam 10. Dia wudhu saat sang istri sedang duduk di bangku sambil menyikat sarung Damar sampai busa memenuhi kedua tangan istrinya yang berkulit sawo matang.

Setelah menunaikan sholat dhuha 6 rakaat, Malik pamit dengan istrinya yang sedang mengepel dapur dan masih memakai masker. Dia keluar rumah dan naik ke mobil Civic tua. Saat mobilnya hendak jalan dia melihat kakek tua tengah melambaikan tangan.

Ustad Malik turun dari mobil dan menghampiri si kakek berusia 80 tahun.

"Tadz, saya mau mengembalikan hutang," suara kakek itu bergetar dan sedikit ngos-ngosan, tampak sekali dadanya turun dan naik.

"Eh, padahal Kakek tidak perlu jauh-jauh ke sini, bisa kapan saja. Juga perasaan saya minta itu uangnya untuk Kakek Rudin saja!"

"Tidak Ustadz, hutang tetap hutang, saya tidak mau bila nanti ditagih di Padang Mahsyar," ucapnya dengan nafas terputus-putus.

"Mashallah baiklah. Terimakasih ya kakek Rudin?Padahal ini cuma 500." Hamdan tersenyum penuh arti saat memasukkan amplop ke dalam saku celana.

"Saya yang terimakasih semoga ustadz selalu sehat," katanya sambil mengelus-elus lengan ustadz dengan pandangan mata penuh keteduhan.

"Aamiin. Kakek Rudin mau kemana? Biar saya antar."

"Pulang, Tadz."

"Ayo naik mobilku." Malik tak seperti biasanya yang sangat dekat atau menuntun, kini dia lebih menjaga jarak. Takut bila dirinya membawa penyakit. Kasian si kakek berbadan kurus yang hanya tinggal tulang tanpa daging itu.

Dibukakan pintu mobil bagian belakang untuk menjaga jarak saat duduk, lalu diantar kakek sampai ke depan rumah, yang kebetulan dilewatinya.

Malik ke Masjid besar yang menempuh jarak 2 kilometer tetapi macet. Sesampainya di sana dia berwudhu lalu meneruskan bacaan Alquran di depan mic masjid yang on. Dia melanjutkan bacaannya dari mulai surat Toha.

Jam 11 ustadz Malik mengakhiri bacaannya. Dia keluar lalu duduk di serambi masjid sambil memperhatikan anak-anak kecil bermain dengan riangnya di dekat air mancur tak peduli akan terik matahari yang membakar kulit.

Memiliki cucu rasanya pasti menyenangkan! Dia terharu pada Juminten yang sampai meminjam uang demi bisa menambahi uang demi membelikan sepeda di hari ulang tahun sang cucu.

Sampai adzan dhuhur berkumandang ia menunaikan sholat. Dalam berdoanya, ustadz mohon penjagaan Allah agar keluarganya dijauhkan dari penyakit TBC.

Sebelum pulang, Malik mampir ke rumah sakit lalu dihampiri Sarah dengan jantung berdebar kencang, wanita itu melamun saat menunggu di kursi luar. "Assalamualaikum, Sar!"

"Walaikum salam." Sarah menerima dua kantong belanjaan dengan plastik bertuliskan Alfamart. "Ustad repot sekali!"

"Sudah itu buat ngemil."

Sarah duduk pelan seraya menaruh belanjaan itu di pangkuannya. Ia melihat ke dalam kantong ada aneka roti, aqua besar 3, tisu, pempes dewasa isi 8. "Ya Allah, Tad, terimakasih?"

"Sana kamu kalau mau beli makan siang. Kamu belum makan pasti." Malik duduk di samping Sarah dengan selisih satu bangku.

"Masih kenyang, Tadz." Mata Sarah terlonjak saat tangan kirinya tersentuh sesuatu. Dia menunduk untuk memeriksa tangan kirinya.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!