NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 - Rumah sakit

Selama 30 tahun hidup di dunia, tak pernah sekalipun Jingga merasakan apa itu jatuh cinta, perasaan berbunga-bunga, perut yang penuh dengan kupu-kupu berterbangan, pipi memerah karena ungkapan cinta.

Pernyataan cinta yang Jean katakan padanya saat itu tak berarti apapun untuknya. Bayangkan saja, kau mendapatkan ungkapan cinta saat sedang dilecehkan. Lebih lagi, setelah ungkapan cinta tersebut orang itu kembali menyakitimu.

Jingga tidak segila itu sehingga menganggap Jean benar-benar mencintainya. Semua itu ia anggap omong kosong! Omong kosong dari seseorang yang berniat menghancurkan hidupnya.

Dia terkena trust issue, keadaan di mana seseorang tidak mudah percaya dengan orang lain. Dia dulu juga mengira Mario orang yang baik, tetapi nyatanya?

Jika Jingga meragukan Jean, maka pria itu kebalikannya. Selama satu minggu ini, otaknya selalu di penuhi dengan wajah anak kecil yang ia temui di panti asuhan. Bahkan dia selalu menghubungi Ibu Ani, untuk menanyakan apakah Juan datang ke sana.

Sempat terbesit pemikiran bahwa Juan anaknya bersama Jingga, tetapi ia hanya memasuki Jingga satu kali. Tidak mungkin langsung jadi, kan?

Brukk!

Terlalu fokus dengan ponsel yang berada di tangannya, Jean tidak melihat ada anak kecil yang berlari kencang dan kehilangan keseimbangan, anak tersebut berakhir menabrak tubuh tegapnya.

"Ouchhh..." ringis bocah itu.

Jean yang sama terkejutnya refleks berlutut dan membantu anak itu. "Kau tidak apa-apa, Nak? Ayo Paman bantu," ucapnya dengan meraih lengan anak tersebut.

Anak itu mendongak, tatapannya kembali bertemu dengan Jean. "Juan!" seru Jean.

"Berdiri dulu," perintahnya dan segera menarik pelan kedua tangan si kecil.

Juan menurut tanpa banyak bicara, lututnya terasa sakit. Lagipula dia sudah pernah melihat Paman ini, jadi mungkin dia orang yang baik.

"Terima kasih," ucap anak itu dengan tulus.

"Di mana orang tuamu?" tanya Jean dengan tatapan khawatir.

Mereka berada di lorong rumah sakit, awalnya Jean hendak menengok keponakannya yang sedang sakit. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan sosok yang ia rindukan selama beberapa hari ini.

"Mama pergi ke toilet," jawab Juan. Anak itu meringis dan menatap lututnya yang berdarah.

Jean yang melihat hal itu segera membawa Juan untuk duduk di kursi tunggu, "Paman panggilkan perawat dulu ya? Juan tunggu di sini sebentar," ucapnya setengah panik.

Si kecil menggeleng keras. "Tidak! Juan ingin Mama!" tolaknya dengan mata yang berkaca-kaca.

Tatapan memohon itu, membuat hati Jean lemah seketika. "Baiklah. Ayo Paman antar bertemu Mamamu," balasnya. Dia merentangkan tangannya berniat menggendong Juan, tetapi bocah itu tidak bergerak sama sekali.

Jean yang menyadarinya tersenyum kecil. "Tidak perlu takut, Paman hanya ingin membantumu. Lututmu berdarah, pasti saat kau pake berjalan akan terasa nyeri," jelasnya dengan lembut.

Setelah beberapa saat, Juan dengan malu merentangkan lengan kecilnya dan masuk ke dalam pelukan Jean. Hangat, itu yang ia rasakan. Berbeda dengan pelukan yang biasanya di berikan oleh Ayah Nathan.

Jean menggendong Juan menuju toilet, langkahnya begitu pelan karena ia tidak ingin momen berharga ini segera berakhir.

"Kenapa kau berpisah dengan Ibumu?" tanya Jean.

"Juan bosan! Mama lama sekali," balas bocah itu dengan bibir yang mengerucut.

Jean yang melihatnya tidak bisa menahan rasa gemas. Pria yang biasanya jarang tersenyum itu kini menampilkan senyum manisnya di depan banyak orang.

Banyak pasang mata yang melihat keduanya dengan tatapan berbinar, sekali melihat saja mereka langsung tau jika keduanya adalah sepasang ayah dan anak. Duplikat yang sempurna.

"Lain kali jangan pergi sendiri, ya. Kasihan Ibumu nanti kebingungan mencarimu, bagaimana jika kamu jatuh seperti tadi dan tidak ada yang menolong?" jelas Jean memberi pengertian.

"Mengerti anak manis?" tambahnya sembari mengelus pipi Juan.

Si kecil yang berada di dalam gendongan mengangguk, meskipun ia tidak begitu mengerti apa yang diucapkan oleh Paman yang menggendongnya. Kalimat itu terlalu panjang untuk ia pahami.

Tanda panah ke arah toilet sudah terlihat, Jean masih berusaha mengajak Juan mengobrol meskipun hanya di berikan anggukan maupun gelengan oleh anak itu.

"Mama!" teriak Juan. Bocah itu meronta ingin turun dari gendongan Jean, ia ingin segera menghampiri Ibunya.

Jean melihat ke arah sosok yang di panggil Mama oleh Juan. Waktu seolah berhenti, tatapan keduanya bertemu setelah 7 tahun lamanya. Wajah yang dulunya terlihat lugu dan lemah itu, kini terlihat dewasa.

Juan maupun Jingga, saling menatap tanpa berkedip. Jantung keduanya berdetak kencang,

Jean yang terlampau bahagia, dan Jingga yang nyatanya belum siap untuk bertemu.

"Turun!" pinta Juan karena Jean tak kunjung diturunkan dari gendongan.

Begitu tersadar, Jean segera menurunkan si kecil dan dengan pelan Juan melangkah menuju Ibunya.

"Mama! Juan jatuh. Maaf Mama," lirih si kecil di depan Jingga.

Meskipun Jean melihat Jingga berdiri mematung di sana, ia kira wanita itu bukanlah Ibu Juan, karena bukan hanya Jingga yang keluar dari area toilet.

Jingga yang mendengar rengekan anaknya memutuskan kontak matanya dengan Jean.

"Mama tadi mencarimu. Apakah sangat sakit?" tanyanya dengan lembut. Ia bisa melihat luka gores di kedua lutut anaknya.

Juan mengangguk, "Sangat sakit," rajuknya. "Ayo keruangan Ayah, Juan akan meminta Ayah mengobati luka Juan," lanjutnya tidak begitu fasih.

Sejak pagi Juan sudah merengek ingin meminta bertemu dengan Nathan, tetapi pria itu hari ini banyak pekerjaan dan tidak bisa pulang menemui Juan. Jadi Jingga yang mengalah mengajak anaknya pergi ke rumah sakit.

"Baiklah. Ayo kita temui Ayah," balas sang Ibu. Dia sama sekali tidak melihat ke arah Jean yang masih berdiri di tempatnya. Dia juga tidak tau apa yang harus di ucapkan setelah lama tidak bertemu.

Jingga membawa anaknya ke dalam gendongannya, ia melangkah dan melewati Jean begitu saja. Seolah Jean tidak ada di sana.

"Mama berhenti!!" pinta Juan.

Jingga menghentikan langkahnya saat itu juga, dia ingin segera pergi dari sana karena auranya terasa berbeda, tetapi anaknya justru mengajaknya berhenti. "Ada apa? Ayah sudah menunggu kita di ruangannya," ucapnya kepada sang anak.

Juan menoleh ke arah Jean yang kini sedang menatap ke arahnya dengan sendu. "Terima kasih sudah menolong Juan, Paman baik," ucap si kecil dengan senyum lebar.

Hati Jingga mencelos seketika, anaknya memanggil Jean dengan sebutan Paman baik?

"Sudah Mama! Ayo ke ruangan Ayah," pinta Juan. Pria kecil itu hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Paman yang sudah menolong dan mengantarkannya menuju Ibunya.

Jean masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, apakah memang benar jika Juan itu anaknya dengan Jingga? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kan?

Ketika melihat Jingga dan Juan yang hendak pergi, dia membuka mulutnya. Meskipun dengan keberanian di ujung kuku.

"Jingga!"

Nama itu akhirnya keluar dari belah bibirnya setelah bertahun-tahun lamanya ia simpan di dalam hatinya yang paling dalam.

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!