Jiwa Tertukar Istri Terhina Dengan Gadis Bar-Bar Kaya

Mansion Roderick.

Malam semakin larut, suasana di kediaman keluarga Roderick begitu tenang. Tidak ada huru-hara seperti di pagi hari saat di meja makan, namun tidak ada yang tahu seseorang sedang mengendap-endap ke sebuah kamar.

Tidur Pamela tidak pernah damai, sesekali matanya akan terbuka. Dia merindukan suasana di rumahnya sendiri, rindu akan kasih sayang kedua orang tua juga kakaknya.

Sejak pulang dari rumah sakit, dia tidur sendirian. Entah kemana Killian dan tidur dimana pun dia tidak ingin tau, karena itu lebih baik daripada satu kamar dengan lelaki brengsek seperti Killian. Terakhir bertemu Killian tadi pagi, setelah sarapan dan itu pun Killian hanya memberi perintah padanya jika dia jangan berani kabur lagi saat lelaki itu tidak ada di rumah untuk bekerja.

Tiba-tiba sebuah tangan mengelus paha terbuka tubuh Arsy yang ia rasuki, Pamela menahan nafas karena terkejut.

Apa dia Killian? Sial! Apa aku harus menjadi Arsy dan melayani lelaki itu layaknya seorang istri! Oh tidak! Aku bahkan masih gadis, meskipun aku liar diluar sana, tapi aku masih mengerti batasanku! Bagaimana ini? Apa aku harus menolak dan melawan? Pamela dirundung dilema.

Tangan itu semakin merayap ke atas, Pamela tak tahan lagi. Dia mencekal pergelangan tangan yang merayapi tubuh Arsy, dengan sekali gertakan dia memelintir pergelangan orang itu.

"Brengsek! Kau kurang ajar, Killian! Kalau kau menginginkan tubuhku, bangunkan aku jangan begini!" Pamela bangkit dari tidur, namun saat cahaya dari lampu tidur di atas nakas menyinari wajah orang di depannya, dia terkejut. "Kau! Apa yang kau lakukan disini?!"

Apa Arsy mempunyai hubungan dengan suami adik iparnya? Apa ini cinta terlarang? Sialan! Aku muak jika tak bisa mengerti semua yang terjadi! Pamela mengambil bantal lalu melempar pada Gerald, suami Cassie.

"A-aku salah masuk kamar, maafkan aku." Dengan wajah tanpa dosa, Gerald berbalik beranjak pergi dari kamar itu.

"Hah?! What the hell?!" Pamela benar-benar cengo.

"Argghtt! Aku merindukan kehidupanku dulu!" Pamela turun dari ranjang lalu menutup pintu kamar dan menguncinya, berjaga-jaga dari orang-orang yang tidak waras di rumah itu.

Malam pun berganti pagi, Pamela yang terbiasa bak seorang putri Raja di keluarga Osmond. Pagi itu dia bahkan belum terbangun, sampai semua orang menunggu di ruang makan dengan tidak sabar.

"Kenapa harus menunggunya makan dengan kita, suamiku akan telat kerja!" rutuk Cassie.

"Bos Perusahaan suamimu bekerja itu aku, kakakmu sendiri Cassie. Jadi, kalau pun Gerald telat aku tidak akan memecatnya." Jawab Killian.

"Tapi, pelayan bilang kamarnya saja dikunci dan mereka nggak bisa membangunkannya! Terserah, ayo sayang sarapan duluan." Cassie kesal dan mulai menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Semua orang pun akhirnya sarapan tanpa menunggu Pamela seperti pagi kemarin.

"Hoammmmm..." yang ditunggu di meja makan malah menguap dengan puas, merentangkan kedua tangan tubuhnya merasa enakan karena semalam setelah mengunci kamar akhirnya tidurnya nyenyak.

"Jam berapa ini?" Pamela menatap jam di dinding, pukul 8 pagi lebih. Waktunya sarapan sudah lewat.

"Aku bosan, sejak kemarin nggak ada kegiatan."

Tok Tok Tok.

Dengan malas dan dengan jalan perlahan, Pamela membuka kunci. Kakinya sudah lebih baik, hanya belum bisa berjalan dengan cepat.

"Sarapannya Nyonya, tumben Nyonya setelah pulang dari rumah sakit selalu bangun lebih siang. Dulu jam lima pagi, Nyonya sudah siap-siap di dapur untuk menyiapkan sarapan dengan para pelayan. Apa tubuh Nyonya masih sakit?" seorang pelayan wanita muda mungkin sekitar 21 tahun, berbicara tanpa canggung.

"Siapa kamu, namamu? Dimana Bibi Wema? Biasanya Bibi yang menemani dan mengurusku?" tanya Pamela heran.

"Tuan Killian memberikan tugas mengurus Anda pada saya, Nyonya. Bibi Wema sekarang mengurus Tuan Muda Galaxy. Nama saya Miami, Nyonya. Mulai sekarang jika Anda menginginkan sesuatu, panggil saya."

Pamela menekan kekesalannya, memang Killian bajingan. Sepertinya lelaki kejam itu sengaja menukar Bi Wema dengan gadis pelayan muda di depannya.

"Dimana Tuan-mu, Hah?! Lelaki kurang ajar!" Pamela membentak si pelayan muda.

"Tu-tuan... ba-baru selesai sarapan dan sedang bersiap ke Perusahaan, Tuan besar ada di kamarnya sendiri, Nyonya." Dengan takut-takut si pelayan muda bernama Miami itu menjawab, dia merasa terkejut mendapat bentakan dari sang Nyonya. Karena biasanya Nyonya-nya Arsy, selalu berkata lembut dan bicara dengan sopan walaupun pada pelayan.

"Bantu aku berjalan, aku akan ke kamar Killian!" bentak Pamela lagi.

Gadis pelayan itu merangkul tubuh sang Nyonya majikan, dengan raut wajah penuh emosi Pamela berjalan tergesa-gesa.

"Nyonya, kita sampai. Apa saya harus pergi atau menunggu Anda?"

"Kau tunggulah disini, aku nggak akan lama."

"Baik, Nyonya."

Dugh! Dugh!

"Killian! Buka pintu! Aku ingin bicara denganmu!" Pamela menggedor pintu kamar Killian dengan keras.

Ceklek.

"Kau berisik sekali, berteriak seperti di hutan! Kau benar-benar berubah mengerikan, dimana Arsy-ku yang lembut! Hah!" dengan kesal Killian menggoyang-goyang kedua bahu milik istrinya.

"Huft!" Pamela malah menahan tawa, sungguh lucu setelah semua yang ia dengar tentang kelakuan Killian pada Arsy, kini lelaki tak tau malu di depannya ini bicara seolah Arsy berubah menjadi monster dan lelaki itu korbannya. Bahkan menyebut nama Arsy-nya dengan lembut, seolah selama ini Killian menganggap keberadaan sang istri padahal nyatanya Arsy selalu dianggap cangkang kosong, juga keberadaan Arsy ibarat angin bisa terasa namun tak terlihat.

"Kenapa kau tertawa?" Killian malah semakin kesal.

"Memangnya selama ini kau pernah menganggap ku ada? Meskipun aku tak mengingat semuanya, tapi insting-ku bisa merasakan kelakuan kejam mu padaku. Aku sudah memeriksa seluruh tubuhku, ternyata bukan hanya luka-luka dari kecelakaan mobil tapi juga banyak luka lain. Luka bakar, luka goresan pisau juga luka gigitan yang dalam. Kini aku tau siapa kau sebenarnya, Killian. Kau bukan manusia, kau iblis mengerikan berwujud manusia. Cuih!" Pamela meludah tepat di wajah Killian.

Killian meraup wajah membersihkan cipratan ludah, ia mengangkat tangan ingin menampar Pamela tetapi Pamela dengan sigap menangkis tangan Killian.

"Aku sudah peringatkan! Jangan pernah berani memukul atau pun menyakitiku lagi, Killian. Kau tidak tau apa yang ku punya selama ini, kau salah terus berurusan denganku. Seharusnya kau membiarkan aku kabur pergi dari sini, dengan begitu hidupmu akan tenang. Tapi sekarang kau sudah terlambat, kau akan menyesal!"

Killian tak terima dengan perkataan istrinya yang sarat akan ancaman, lelaki itu merangkul pinggang Pamela dengan erat.

"Beraninya kau terus berkicau, apa kau lupa siapa dirimu? Kau hanya lah burung dalam sangkar, bahkan bukan sangkar emas tapi besi panas yang akan selalu memanggang mu! Coba sekali lagi kau mengancam ku, akan aku remukkan seluruh tubuhmu!" Killian balik mengancam.

"Kau pikir aku hanya berkicau?! Ck! Aku pernah sembunyi-sembunyi merekam saat kau menyiksaku! Kau ingin dunia tau apa yang terjadi kepadaku di rumah ini, kau ingin orang-orang diluar sana tau istri dari seorang Killian disiksa seperti hewan!" Ucap Pamela berapi-api, dia hanya mengarang semuanya. Bertaruh pada insting seorang Pamela, bertahun-tahun bergelut dalam dunia bisnis dan bernegosiasi menguntungkan dirinya agar bisa menggertak lawan.

"Kau hanya menggertak!" Killian tersenyum sinis.

"Mau bertaruh? Jangan menyesal nantinya. Aku menyimpan rekaman itu di tempat aman, bahkan jika aku mati pun... rekaman itu akan tersebar. Aku sudah mempersiapkan semuanya sebelum kabur, jadi saat aku berhasil tertangkap lagi olehmu... aku sudah punya senjata." Ujar Pamela terdengar sangat meyakinkan.

Killian melepas pelukannya di pinggang Pamela, lelaki itu terlihat seperti sedang berpikir.

"Tunggu! Apa kau bilang? Kau merekam bahkan sudah mempersiapkan semuanya sebelum kabur. Jadi maksudmu, kau sudah mengingat kembali semuanya? Sekarang ingatan mu sudah kembali?!" teriak Killian menatap istrinya tajam.

Hah? Aduh sial! Apa aku salah bicara?! Padahal aku bukan Arsy, gimana bisa ingat semuanya? Bagai senjata makan tuan! Aku terjebak dengan omonganku sendiri! Apa akan ada bantuan untukku, aku mohon! Pamela salah perhitungan, ingin menakuti Killian dengan berpura-pura sebagai Arsy asli malah ikut terjebak dalam permainan.