Apple Vaughn namanya. Gadis cantik, imut dan menjadi bunga kampus di universitasnya.
Satu yang menjadi ciri khas wanita cantik itu. Selalu bergonta ganti pacar dan hanya menerima pria kaya saja untuk menjadi pacarnya.
Bertemu dengan Knox Romanov yang merupakan pria matang tengil yang berasal dari keluarga konglomerat.
Knox yang tahu tentang reputasi buruk Apple bermaksud untuk mempermainkan wanita yang sering mempermainkan pria itu.
Siapa yang akan terjebak dan dijebak? Yuk kepoin ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
AppleKnox 29
"Aku akan membawanya dulu untuk sementara sampai dia tenang," ucap Knox pada Lea.
Lea mengangguk dan membiarkan Knox membawa Apple pergi.
Knox masih menggendong Apple dan pelukan Apple semakin erat ketika mereka sampai di lobby.
"Cepat!!" ucap Apple di telinga Knox dan matanya tampak mencari sesuatu di area lobby.
"Pria itu sudah ditangkap dan kau tak perlu takut lagi," ucap Knox sambil berjalan menggendong Apple.
Sesampainya di mobil, Knox langsung memasukkan Apple ke mobilnya.
Knox langsung membawa Apple ke mansionnya.
Sepanjang perjalanan, Apple hanya diam saja tak seperti biasanya.
Sikapnya sangat bertolak belakang dengan Apple yang dikenalnya.
Semakin lama, ketengangan di wajah Apple mulai menghilang dan dia tampak rileks kembali.
"Kau sudah tenang?" tanya Knox.
Apple mengangguk.
"Pria itu tak akan menyerangmu lagi dan aku akan pastikan hal itu," ucap Knox.
"Beri aku bodyguard. Kau harus memberiku bodyguard, Knox," sahut Apple.
"Baiklah, jika itu membuatmu nyaman dan aman," jawab Knox.
Apple kembali mengangguk dan tak bicara apa pun lagi.
Dua puluh menit kemudian, Apple dan Knox tiba di mansion milik Knox.
Apple mengedarkan pandangannya di sekitar mansion itu.
"Aku ingin tinggal di sini," ucap Apple.
Knox menghentikan langkahnya.
"Aku akan tinggal di sini dan kau tak boleh menolak keinginanku," lanjut Apple dan naik ke tangga berada depan.
Knox hanya diam dan belum megambil keputusan. Dia akan bicara jika Apple sudah sedikit lebih tenang.
Lalu mereka berdua masuk ke dalam mansion dan jujur Apple tak terlalu suka rumah yang terlalu besar seperti mansion.
"Aku tidur di kamarmu saja. Aku tak suka ruangan besar," ucap Apple.
"Di mana kamarmu?" tanya Apple.
"Di sana," jawab Knox sembari menunjuk ke arah sebuah kamar.
Lalu Apple menuju ke kamar itu dan masuk ke dalam kamar Knox.
"Kamar ini terlalu besar untukku. Aku tak suka kamar yang besar," ucap Apple.
"Kamar mandiku lebih kecil dari kamar ini," sahut Knox.
Apple berdecak mendengar jawaban Knox.
"Apakah ada kamar yang lebih kecil lagi?" tanya Apple.
"Kamar pelayan," sahut Knox.
"Di mana itu?" tanya Apple.
"Di dekat dapur," jawab Knox.
"Aku di sana saja. Di sana pasti akan lumayan ramai dengan para pelayan. Aku akan tidur di sana saja," kata Apple.
"Kau bercanda?" tanya Knox.
"Tidak, aku serius," jawab Apple.
"Antar aku ke sana," kata Apple lagi.
"Kamar pelayan tinggal satu dan kau tak masalah dengan hal itu?" sahut Knox.
Apple mengangguk.
Lalu Knox mengantar Apple ke kamar pelayan yang masih tersisa satu kamar saja.
"Masuklah," ucap Knox.
Apple masuk ke dalam kamar itu dan kamar itu terlihat nyaman dan hangat meskipun kecil.
"Aku suka di sini," ucap Apple.
"Kau yakin?" tanya Knox lagi.
"Ya, aku sangat yakin," jawab Apple.
"Baiklah," kata Knox.
"Keluarlah," ucap Apple.
"Kau tak ingin kutemani?" tanya Knox.
"Tidak, aku sudah baik - baik saja sekarang," sahut Apple.
"Apakah ini salah satu modusmu untuk bisa tinggal bersamaku?" tanya Knox kembali memperlihatkan ketengilannya.
"Keluar sekarang juga," ucap Apple.
"Baiklah. Datanglah ke kamarku jika membutuhkanku atau kau bisa telepon aku maka aku akan langsung datang ke kamar ini," kata Knox.
"Knox ..." ucap Apple.
"Oke, good night, Baby," sahut Knox tersenyum.