Shima merelakan suaminya menikah lagi. keturunan menjadi alasan ia rela di madu. kesulitannya dalam mengandung membuatnya harus rela berbagi suami dengan wanita lain.
Dinar, tak lagi bisa menolak keinginan ibu dan istrinya untuk menikahi Rizka.
Segala usaha sudah mereka lakukan agar Shima bisa mengandung. Namun Tuhan memang belum memberikan kepercayaan itu pada mereka.
Akhirnya dengan terpaksa Dinar mengabulkan keinginan ibu dan istrinya.
Dia hanya berharap semoga pernikahan mereka akan bahagia, karena pernikahan itu tidak di dasari perselingkuhan.
Namun, cobaan silih berganti mengguncang prahara rumah tangga mereka.
Di tambah Dinar mulai berat sebelah semenjak mengetahui kehamilan istri keduanya.
Mampukah Shima dan Dinar mempertahankan maghligai rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemecatan
Keesokannya kantor di buat gempar dengan pemberitaan di media terkait karyawan tempat mereka bekerja.
Femi dan Shima menjadi pencarian utama di sana.
Asti dan Shima yang tak tahu tentang berita itu pun bergegas membuka media sosial milik mereka.
"Mampus, semalem karena happy aku sama suami berpesta sampai ketiduran, jadi bangun kesiangan. Gila udah rame aja. Emang ada apa ini Ma? Kenapa nama kamu di bawa-bawa?" cecar Asti setelah melihat potongan-potongan foto dan video yang beredar di sana.
"Dia kaya—" telisik Asti yang mencoba mengingat-ingat wajah Andin yang tengah menunjuk-nunjuk Shima.
"Dia kakaknya Rizka, yang waktu itu ketemu sama kita di Mall," jelas Shima.
"Lah ngapa itu orang marah-marah ke kamu Ma?"
Shima mengedikkan bahu lalu segera menarik Asti masuk ke dalam lift sebab dia tak nyaman dengan tatapan para karyawan padanya.
Shima mendesah, dia berpikir kenapa dia jadi kena serangan netizen. Mereka semua menganggap jika dirinya ikut menutupi kelakuan busuk Femi.
Femi sendiri tak kalah mengenaskannya, dia yang masih berada di apartemen miliknya gusar bukan main saat ponselnya penuh dengan notifikasi pesan yang pasti mencecar dirinya.
"Mampus aku, gimana ini." Femi terkejut bukan main kala tak hanya video dan beberapa fotonya yang tengah di labrak oleh Andin melainkan foto-foto panas dirinya dengan beberapa laki-laki yang di blur wajahnya.
"Siapa sih yang udah nyebarin ini. Bisa mati aku. Aduh gimana kalau Mas Deva tahu." Ponselnya kembali berdering, terdapat nama Aris di sana, membuat Femi semakin kalang kabut.
Terpaksa Femi mengangkat panggilan telepon selingkuhannya itu. Ia berharap jika bos yang sangat tergila-gila padanya itu mampu menyelamatkannya.
"FEMI, CEPAT DATANG KE KANTOR!" pekiknya dengan suara lantang.
"Ya ampun sayang, ada apa?" tanya Femi manja dan berusaha bersikap biasa.
"Jangan pura-pura tak tahu kamu! Datang sekarang ke kantor, Pak Emil tunggu kamu. Ingat, dalam waktu satu jam enggak datang maka polisi yang akan menjemput kamu," ancamnya.
"Loh kok polisi pak, emang saya salah apa?" tanya Femi takut-takut.
"Udah jangan banyak tanya, kamu di tunggu satu jam dari sekarang. Lebih baik kamu bergegas."
Aris segera menutup panggilan teleponnya. Di sendiri sedang harap-harap cemas karena ada fotonya di salah satu gambar yang tersebar di media sosial.
Meski wajahnya di samarkan, dirinya yakin seseorang sudah tahu siapa dirinya.
"Kenapa bisa bocor sih foto-foto ini. Aduh mati aku. Kalau mamah tahu bisa gawat."
.
.
Femi datang dengan pakaian kerjanya seperti biasa. Memar di wajahnya di tutup secara sempurna dengan riasan.
Semua mata memandangnya dengan sengit. Berusaha bersikap biasa, Femi dengan santai masih menyapa para rekan kerja, meski di tanggapi dengan cibiran.
Sebenarnya dia sudah merasa gugup. Dia tahu masalahnya sangat berat kali ini. Ia bahkan harus mematikan ponselnya karena takut terganggu dengan pesan-pesan yang mempertanyakan kejadian yang tengah viral itu.
Sebelum ke ruangan Emilio, Femi memilih mendatangi ruangan Aris.
"Sayang ... Tolong aku," ujarnya manja. Namun sayang, belum juga memeluk Aris seperti kebiasannya, Femi justru mendapat tamparan dari kekasih gelapnya itu.
Ya, Aris dan Femi masih berhubungan meski Femi sendiri sudah menjadi istri simpanan dari Deva suami Andin.
"Sayang kamu kenapa?" Femi tak percaya dengan lelaki yang selalu terlihat bucin padanya itu.
"Ingat, jangan bawa-bawa namaku atas kasusmu. Kali ini aku tak akan bisa menyelamatkanmu. Namun satu yang harus kamu ingat, kalau kamu membawa-bawa namaku, maka kupastikan hidupmu akan hancur!" kecam Aris lalu meminta selingkuhannya itu keluar dari ruangannya.
Femi mengepalkan tangannya menahan geram. Alih-alih kemarin dia masih merasa tenang karena Aris, kini dia harus berjuang sendiri menghadapi atasannya.
Dirinya sudah yakin jika akan di berhentikan oleh Emilio. Dia sudah pasrah aslkan bisa mendapatkan pesangon yang cukup.
Hanya satu yang ia takuti yaitu sumber uangnya dari Deva jika suami sirinya itu mengetahui sisi kelam kehidupannya.
Dengan langkah lemah Femi berhenti di depan Shima. Wanita yang sangat ia benci karena berhasil mendepaknya dari kandidat sekretaris Emilio dulu.
Sampai sekarang dia tak habis pikir dengan pilihan atasannya itu. Mengapa Emilio harus memilih Shima. Dia berkhayal andai waktu itu ia yang terpilih mungkin saat ini dirinya sudah menjadi nyonya Sergio.
"Mbak, apa pak Emil ada?" tanya ketus. Femi merasa jika ia tak perlu harus sopan pada Shima.
"Kamu sudah di tunggu dari tadi. Ayo saya antar!" Shima bangkit dari duduknya hendak membawa Femi pada atasannya.
"Ngga perlu, aku bisa masuk sendiri," tolaknya dan hendak melangkah ke pintu ruangan Emilio.
"Kamu bukan di tunggu di sana, makanya ikuti saya!" jawab Shima ketus. Kini Shima berani melakukan hal yang sama pada orang yang menganggapnya remeh.
Shima sudah berusaha sopan pada Femi tapi wanita itu justru seperti menganggapnya musuh. Oleh sebab itu Shima pun melakukan hal yang sama padanya.
Femi terkejut melihat sikap Shima yang berubah padanya. Awalnya dia akan merendahkan Shima. Namun melihat sikap Shima yang dingin membuat nyalinya menciut. Setidaknya dia salah satu orang kepercayaan atasannya dan Femi tak ingin membuat masalah baru lagi.
Sial nih orang, mentang-mentang jadi orang kepercayaan pak Emil jadi belagu.
Mereka ternyata menuju ke ruangan rapat terbatas milik Emilio. Di sana sudah ada Aris yang telah duduk di hadapan Emilio dan Damian.
Tubuh Femi menggigil ngeri membayangkan akan di interogasi sedemikian rupa oleh atasannya.
"Silakan duduk Ibu Femi," ucap Emilio ramah yang justru membuat Femi tak nyaman.
"Saya yakin ibu dan bapak pasti sudah tahu tujuan saya panggil ke sini?"
Femi yang sejak tadi menunduk lantas menengadah menatap Emilio.
"P-pak berita itu tidak benar," elaknya mencoba berani.
Emilio tersenyum tipis lalu menyandarkan punggungnya.
"Saya bukan orang yang akan melalukan sesuatu tanpa bukti bu Femi. Apa perlu saya beberkan faktanya?"
Femi kembali menunduk. Bingung harus mengelak seperti apa lagi pada atasannya yang selalu terlihat datar itu.
"Maaf Bu Femi, dengan kejadian ini saya tidak bisa mempertahankan bu Femi untuk tetap bekerja di sini karena saya yakin ibu akan berurusan dengan pihak yang berwajib dan saya tak ingin perusahaan di sangkut pautkan dengan skandal ibu," jelas Emilio langsung.
Meski sudah menyiapkan diri dengan pemecatan dirinya. Namun saat mengalaminya lansung tetap saja membuat Femi merasa sedih.
Dia sendiri merasa untuk berada sampai di posisinya itu tidaklah mudah. Bukan berjuang seperti yang lainnya. Namun dia menanggalkan harga diri agar bisa bekerja di sana dengan mau menjajakan tubuhkan pada orang-orang penting di perusahaan Emilio.
Aris sedikit merasa lega karena merasa jika Emilio tak menanyakan lebih jauh pada Femi tentang keterlibatannya.
Namun dia sendiri merasa heran karena di panggil secara khusus oleh Emilio ke sana. Calvin sendiri sudah menjamin jika dirinya tak akan mendapat masalah oleh putranya.
Akan tetapi ... Melihat tatapan Emilio padanya membuat Aris merasa ada yang tak beres.
"Silakan Bu Femi temui bagian HRD. Kami tetap bertanggung jawab pada gaji dan tunjangan lain hak dari bu Femi."
Femi mengangguk lalu segera berlalu dari sana dengan lemas. Sepeninggal Femi kini giliran Aris yang harap-harap cemas.
"Bu Shima sudah menyiapkan apa yang saya minta tadi?"
Shima lantas memberikan beberapa berkas ke hadapan Emilio.
Setelah di buka Emilio, lelaki itu lantas menggesernya agar bisa di baca oleh Aris.
Mata Aris membola sempurna kala melihat catatan mengenai dirinya.
"Silakan Pak Aris baca. Setelahnya kami tunggu iktikad baik Bapak. Saya tunggu selama satu minggu untuk bapak mengembalikan dana-dana itu sebelum urusan ini masuk ke ranah hukum."
Tanpa basa-basi Emilio bangkit meninggalkan Aris yang diam terpaku.
"Tu-tunggu pak, i-ini pasti salah paham," elaknya gugup.
"Seperti ucapan saya tadi pada Bu Femi, tentu bapak masih ingat bukan. Semua jelas ada buktinya. Dan satu lagi, silakan susul bu Femi untuk menemui HRD, hubungan kerja sama kita berakhir sampai di sini," ucap Emilio santai.
Merasa tak terima di pecat begitu saja, dengan tak tahu malu Aris bangkit dan menggebrak meja.
"Kamu tidak punya hak memecat saya! Dengar Pak Emilio saya ini orang kepercayaan papah Anda! Jadi Anda tidak bisa memperlakukan saya seperti bawahan Anda yang lainnya!"
"Benarkah?"
.
.
.
Lanjut
anak ular di pelihara suatu saat pasti akn matuk juga.
wong Bpk e bayi ijek sehat kok nyuruh Shima iyalah Shima punya suami kaya ntar anak sudah deket pasti akn di pakai buat ndeketi Emilio. otak Rizka itu dah penuh rencana cm Shima saja yg bodohnya kelewatan.
berarti Rizka di ajak ke rumah baru Emilio dong rumah baru dah di injak pelakor ih amit amit deh. ntar pasti Emilio kena lakor juga soale sima menye menye gitu baik baik kyak wanita sinetron bnyak bodohnya.