NovelToon NovelToon
Obsessed With My Handsome Duke

Obsessed With My Handsome Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

Emily terkejut saat menyadari bahwa dia telah transmigrasi ke dalam sebuah novel yang dia baca sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, dia menyadari bahwa dia tidak menjadi tokoh utama seperti yang dia harapkan, melainkan menjadi seorang putri pendukung yang sombong, bernama Adeline. Adeline dikenal sebagai seorang putri sombong dan arogan yang akhirnya mati keracunan karena perselisihan cinta antara protagonis wanita, yang disebabkan oleh ulah antagonis wanita.

"Kenapa aku harus mati konyol?" batin Emily. "Dari pada hanya menjadi pemeran pendukung, sekalian saja aku yang jadi protagonis! Hey, aku seorang putri raja!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Demi Yang Kita Cintai

Mata monster itu berkilat-kilat tajam, menyorot ke arah Adeline, Emeric, Nathaniel, dan Elisa. Sorotannya yang mengerikan membuat bulu kuduk berdiri dan suasana semakin mencekam. Adeline bergidik, jemarinya bergetar hebat. Rasa takut dan ngeri luar biasa terlihat jelas di wajahnya yang pucat pasi.

Emeric dan Nathaniel segera bergerak, berdiri di depan Adeline dengan postur tubuh yang siap menyerang kapan saja. Pedang mereka terhunus, berkilat di bawah bayangan monster tersebut, menunjukkan kesiapan mereka menghadapi ancaman.

Elisa, yang berdiri di samping Adeline, menatap monster itu dengan keberanian yang terpancar dari matanya. Tangan Elisa bersinar dengan cahaya putih lembut yang kemudian membentuk sebuah barrier pelindung di sekeliling mereka.

"Sayang, tetap di belakang kami," kata Emeric dengan suara tegas namun lembut, mencoba menenangkan istrinya.

Adeline mengangguk lemah, suaranya bergetar saat menjawab, "Baik, aku... aku akan berusaha tenang, Sayang"

Nathaniel memandangi monster itu dengan tatapan tajam, lalu berbicara kepada Elisa, "Elisa, kau yakin ini akan cukup kuat menahan serangan monster itu?"

Elisa mengangguk, matanya tidak pernah lepas dari monster yang mengancam, "Ya, saya yakin. Saya akan mengisi kekuatan dewa ke dalam pedang Yang Mulia dan Tuan Duke."

Tiba-tiba, monster itu mengeluarkan raungan yang mengerikan, tubuhnya yang besar dan menyeramkan bergerak mendekati mereka dengan langkah yang berat dan menghentak. Taring panjangnya terlihat jelas, dan kepalanya yang menyerupai ular dengan lidah yang menjulur membuat suasana semakin menakutkan.

Nathaniel menggenggam pedangnya lebih erat, "Siap-siap, Emeric. Kita harus melindungi mereka."

Emeric mengangguk, wajahnya penuh konsentrasi, "Aku siap. Jangan biarkan dia mendekat."

Monster itu kemudian melompat, membuat bayangan besar menutupi mereka. Elisa memperkuat barrier-nya dengan cahaya yang semakin terang, sementara Emeric dan Nathaniel bersiap menghadapi serangan.

"Demi Splendora!" seru Nathaniel, dan mereka semua bersiap menghadapi ancaman yang mendekat, dengan tekad dan keberanian yang menyala di mata mereka.

Monster itu mengibaskan sayapnya dengan kekuatan dahsyat, menciptakan gemuruh angin yang membuat dedaunan dan ranting beterbangan. Namun, mereka yang terlindungi oleh barrier Elisa tetap berdiri teguh, seolah tak terpengaruh oleh angin ribut yang diciptakan oleh makhluk mengerikan itu. Emeric dan Nathaniel, melihat situasi yang membahayakan, segera bergerak menjauh dari Adeline dan Elisa, memancing monster tersebut untuk mengikuti mereka ke tempat yang lebih aman dan jauh dari keramaian, terutama Adeline dan Elisa yang berada ditempat itu.

"Ikuti kami, Monster!" Emeric berteriak, mengacungkan pedangnya ke arah monster itu.

Nathaniel berlari di sebelah Emeric, memastikan bahwa mereka cukup jauh dari Elisa dan Adeline. Monster itu, dengan raungan yang menggetarkan, mengejar mereka, matanya penuh dengan kebencian dan niat membunuh.

Setelah memastikan jarak yang cukup, Emeric dan Nathaniel berbalik, menghadapi monster tersebut dengan tekad bulat. "Sekarang, Nathan!" Emeric memberi aba-aba.

Dengan gerakan yang gesit dan terlatih, keduanya menyerang monster itu secara bersamaan. Pedang mereka berkilauan di bawah sinar matahari, menebas tubuh monster itu dengan kekuatan penuh. Namun, meskipun serangan mereka kuat dan tepat, tebasan pedang hanya meninggalkan goresan kecil di kulit tebal monster itu, seolah tidak berarti bagi makhluk yang mengerikan itu.

"Sial, kulitnya sekeras baja!" Emeric menggerutu, mundur beberapa langkah untuk menghindari cakar monster yang melesat ke arahnya.

"Kita harus mencari titik lemah," Nathaniel mengangguk, bergerak dengan lincah menghindari serangan monster. "Ada celah yang bisa kita manfaatkan, kita harus menemukannya!"

Monster itu mengayunkan sayapnya lagi, menciptakan hembusan angin kuat yang hampir membuat mereka terjatuh. Nathaniel melompat menghindar, sementara Emeric terus mencoba memancing perhatian monster tersebut.

"Cepat Emeric, aku melihat sesuatu di bawah sayapnya!" Nathaniel berteriak, matanya menangkap kilatan kecil di bawah sayap monster itu.

Emeric melihat kesempatan itu dan menyerang dengan kekuatan penuh, menebas sayap monster untuk membuka jalan bagi Nathaniel. "Sekarang, Nathan!"

Nathaniel, dengan gerakan cepat, menusukkan pedangnya ke celah di bawah sayap monster itu. Monster itu mengeluarkan raungan marah, tubuhnya menggeliat kesakitan.

Emeric melihat kesempatan itu dan menyerang titik yang sama dengan pedangnya. "Aku akan membantumu!"

Mereka berdua menyerang titik lemah itu dengan koordinasi yang sempurna, mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Monster itu meraung kesakitan, darah hitam mengalir dari lukanya. Pertempuran sengit ini menunjukkan keberanian dan ketangguhan mereka, dua pria yang siap melindungi yang mereka cintai dengan segala kemampuan yang mereka miliki.

Adeline dan Elisa menyaksikan dengan cemas dari kejauhan, berharap pertempuran segera berakhir dengan kemenangan untuk Emeric dan Nathaniel. Elisa memperkuat barrier-nya, siap memberikan perlindungan jika diperlukan, sementara Adeline menggenggam tangannya, berdoa agar mereka semua selamat dari ancaman ini.

Monster tersebut bergerak terengah-engah, napasnya berat, dan gerakannya semakin lambat. Titik kelemahan monster yang berbeda di setiap makhluk seperti ini adalah kunci untuk mengalahkannya. Bekas tusukan Emeric dan Nathaniel belum cukup untuk membunuhnya, namun monster itu mulai menunjukkan tanda-tanda kepayahan. Meskipun begitu, ia masih bergerak dengan kekuatan mengerikan, semakin berhati-hati melindungi titik lemahnya di bawah sayap.

Emeric dan Nathaniel terus menyerang dengan tebasan beruntun, fokus pada titik kelemahan yang mereka ketahui. “Kita harus menyerangnya di titik itu!” seru Emeric dengan suara tegas, napasnya terengah.

Nathaniel mengangguk, wajahnya dipenuhi tekad. “Aku tahu! Terus serang, kita hampir berhasil!”

Dengan gerakan gesit dan terlatih, mereka menyerang monster itu tanpa henti. Meskipun lelah, langkah mereka tak pernah berhenti. Tebasan demi tebasan di tubuh monster membuatnya semakin kewalahan. Akhirnya, monster itu mulai lengah. Emeric dan Nathaniel melihat celah dan tanpa ragu, mereka melancarkan serangan terakhir mereka.

Dengan kekuatan penuh, mereka menusuk titik lemah di bawah sayap monster itu. Erangan mengerikan terdengar di udara saat pedang mereka menembus titik tersebut. Monster itu diam, tubuhnya membeku. Perlahan-lahan, retakan muncul di seluruh tubuhnya, dan dalam hitungan detik, monster itu pecah berkeping-keping dan berserakan di tanah.

Emeric dan Nathaniel menjatuhkan tubuh mereka ke tanah, merasakan kelelahan yang luar biasa, namun juga kelegaan yang mendalam. Mereka saling memandang, napas mereka terengah-engah, lalu tertawa bersama. Kegembiraan dan kelegaan terpancar di wajah mereka, senang karena telah mengalahkan monster dan melindungi orang-orang yang mereka cintai di Kerajaan Splendora.

“Kita berhasil,” ujar Emeric sambil tersenyum lelah.

Nathaniel mengangguk, matanya berbinar. “Ya, kita melindungi mereka. Ini untuk Splendora.”

Dari kejauhan, sekelebat bayangan terlihat di antara debu yang berterbangan. Wajah Adeline dan Elisa tampak penuh kekhawatiran, mata mereka mencari-cari sosok yang mereka cintai di tengah udara yang kacau. Emeric, yang melihat mereka dari kejauhan, tersenyum hangat. Ia berdiri, menyarungkan pedangnya, lalu dengan langkah lebar dan cepat berjalan menuju Adeline.

Wajah mungil Adeline penuh dengan kekhawatiran, matanya merah dan bengkak karena menangis. Saat melihat Emeric mendekat, tubuhnya terengah-engah dan akhirnya jatuh ke dalam pelukan suaminya. Emeric memeluknya dengan erat, memberikan rasa aman yang ia butuhkan.

“Sayang,” kata Emeric lembut, suaranya penuh kelegaan. “Aku di sini. Aku baik-baik saja.”

Adeline, dengan air mata yang masih mengalir di pipinya, mengangkat wajahnya untuk menatap suaminya. “Aku takut sekali, Sayang. Kupikir aku akan kehilanganmu.”

Emeric menyeka air mata Adeline dengan lembut, lalu menundukkan kepalanya untuk mencium keningnya. “Aku selalu kembali untukmu, Sayang. Tidak ada yang bisa memisahkan kita.”

Elisa, yang berdiri di samping mereka, merasakan kelegaan yang sama. Ia melihat Nathaniel, yang juga baru saja berdiri dari medan pertempuran. Dengan senyum lega, ia berlari menghampiri Nathaniel dan memeluknya erat.

Nathaniel tersenyum dan membalas pelukan Elisa dengan hangat. “Kita berhasil, Elisa. Splendora aman.”

Elisa menatap Nathaniel dengan penuh cinta dan kekaguman. “Anda luar biasa, Yang Mulia. Kalian berdua luar biasa.”

Dalam pelukan pria yang mereka cintai, Adeline dan Elisa merasa aman dan tenang. Mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka mampu menghadapi segala tantangan. Di bawah langit yang mulai cerah kembali, mereka merayakan kemenangan mereka, berterima kasih atas keselamatan dan cinta yang mereka miliki.

Namun, itu bukan akhir dari perjuangan mereka, melain kan awal dari perjuangan keras yang harus mereka hadapi di masa depan.

1
Narimah Ahmad
💪💪
Narimah Ahmad
lanjutt 👍
salwi
/Chuckle/
Melsbay
Halo... terima kasih sudah menjadi pembaca setia. Untuk mendukung author, mohon di like, subscribe, komentar, kasih bintanng dan di vote ya... terima kasih banyak...
Melsbay
mohon di like, subscribe, bintang dan follow akun ya gaess ya...😇 biar authir lebih semangat up karya dan jangan lupa di komen juga ya😇😇😇 Sankyuuu...
Olive
/CoolGuy//CoolGuy/
Niaa🥰🥰
Luar biasa
Niaa🥰🥰
😁😁🥰🥰
Melsbay
mohon bantu support author dengan like, subscribe, follow dan bintang ya... jangan lupa dikomen ya, teman2... sankyu😇😇😇
Bird
👣👣👣
Keyzie
👣👣👣👣
Pembaca Setia
update terus ya thor👍👍
Pembaca Setia
gentle👍👍
Pembaca Setia
/Hey//Facepalm/
Ryfca
🥰🥰🥰
Vallleri Abel
up up up
Suryavajra
Saintes itu apa kak?
Melsbay: sama sama😄
Suryavajra: wah keren.. insight baru.. thanks kak
total 3 replies
Suryavajra
buat aku, author yang bisa bikin cerita kerajaan itu sesuatu banget.. keren ah kak.. baca pelan2 ah 👍👍👍
Suryavajra
wow.. produktif sekali kak.. udah keluar karya baru lagi 👍👍👍👍👍
Ryfca
🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!