NovelToon NovelToon
Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Reinkarnasi / Dokter Genius
Popularitas:27k
Nilai: 5
Nama Author: Eggpudding

Alma, Si anak baru di Sub Bagian SDM Rumah Sakit Harapan Hati mendadak terkenal di hari pertama masuk kerja. Alasannya yaitu wajahnya yang mirip dengan dr Ilman, Si tampan dari poli anak. Tidak hanya wajah, nama mereka juga mirip, Alma dan Ilman.
Gara-gara ini, banyak yang mengira bahwa keduanya adalah saudara, padahal bukan. Adik dr. Ilman yang sebenarnya juga bekerja di divisi yang sama dengan Alma. Tapi, karena suatu alasan, dia tidak mau mengakui bahwa Ilman adalah kakaknya sendiri.

...

"Saya izinkan kamu buat pamer kalau kita berdua bersaudara. Kalau bisa, puji saya tiap hari biar pekerjaan kamu makin gampang.” - Ilman -

“Hahaha... Dokter bercanda, ya?” - Alma -

“Saya serius. Sombongkan saja nama saya. Bukankah bagus kalau kamu jadi adik dari orang yang jenius dan ganteng seperti saya?”

Dih! Bisa ya, ada orang senarsis dan sesombong ini. Dokter pula. Pasiennya tidak apa-apa, tuh?

Tapi, anehnya Alma merasa pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eggpudding, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Kehidupan Yang Lalu

“Berani sekali kau kabur dariku, Kinasih.”

Ucapan itu terdengar tepat di sebelah telingaku. Mendengar suara itu, tubuh Kinasih pun bergidig takut.

“Kanda Walirang… bagaimana kau…”

Ken Walirang rupanya. Mata Kinasih masih buram, sehingga tidak nampak jelas sosok yang bernama Ken Walirang itu. Namun, masih bisa kulihat postur tubuhnya yang jauh lebih besar dari Pralajaya.

“Tentu saja aku bisa menangkapmu. Kau pikir bisa kabur dariku? Itu salah besar!”

Sekarang aku tahu bahwa yang semalam itu perbuatan Ken Walirang. Entah di mana dia menyekapku saat ini. Tapi, aku yakin ini tempat yang berbeda dari tempat sebelumnya Kinasih disekap.

Omong-omong soal disekap, bukankah aku di dunia nyata juga sedang dalam bahaya? Aaarrrghh!!

Ini gawat! Bagaimana kalau di sana tidak ada yang sadar kalau aku menghilang?

Tidak, tidak! Bang Salman dan dr. Dinda pasti kepikiran kalau aku tidak segera kembali dari toilet. Lalu, dr. Ilman juga pasti akan mencariku untuk melanjutkan ke rencana berikutnya.

Tapi, bagaimana kalau mereka tidak tahu keberadaanku? Tidak ada di antara mereka yang menyambungkan GPS ponselnya dengan ponselku. Pasti mereka akan kesulitan mencariku.

Tahu begini, aku terima saja alarm anak SD tadi. Ish!

Eh, daripada itu, sepertinya aku harus memikirkan permasalahanku saat ini. Karena, Ken Walirang sepertinya akan memukulkan sebongkah kayu padaku.

Brak!

Kinasih yang tangan dan kakinya diikat hampir saja tidak bisa menghindar. Untungnya dia masih bisa menggulingkan badannya agar tidak terkena pukulan tadi. Itupun sebetulnya agak percuma, karena ternyata di sebelahnya tidak terlalu banyak ruang yang bisa dia gunakan.

“Kenapa kau melakukan ini padaku, Kanda Walirang? Apa yang telah aku perbuat padamu sampai kau begitu tega?” tanya Kinasih menahan tangisnya.

Dia begitu ketakutan saat ini, namun dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Kinasih mendongakkan kepalanya menatap pria ganas itu.

“Kenapa? Karena kau, adik-adikku terbunuh. Tahun itu, jika kau tak menolak untuk dinikahkan dengan pangeran dari Kerajaan Awiyat, adik-adikku tidak akan ikut berperang dengan mereka dan mati. Lalu, Ibuku… dia hanya ingin memisahkan Ayahanda dari kesialanmu sebentar di Candi Dhampit, tapi karena kau merajuk… semua orang mengira bahwa dia ingin mencelakaimu.”

Haish! Dari ceritanya saja aku sudah paham ke mana arahnya. Aku sudah terlalu banyak menonton drama kolosal lokal dan Mandarin. Ini sudah jelas plotnya. Ibu dari Ken Walirang ini memang ingin mencelakaiku. Tapi, adik-adik Ken Walirang ini kebalikannya. Mereka justru ingin menyelamatkanku dari perjodohan yang tidak kuinginkan.

“Huh, aku berkata begini pun pasti kau tidak percaya.” katanya yang kemudian menaruh tongkat di tangannya begitu saja ke tanah.

Kupikir, akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk menyiksa Kinasih. Namun, sebelum aku bernapas lega, Ken Walirang berkata pada beberapa orang yang tahu-tahu muncul dari balik pintu.

“Kalian saja yang menghabisi dia! Terserah bagaimanapun caranya!”

Degup jantungku begitu kencang. Meskipun ini hanya mimpi, ini terlalu menakutkan.

Bagaimana ini? Apa yang bisa kulakukan?

BUGH! BRAK! DUAGH!

Kali ini Kinasih tidak sempat menghindar. Balok-balok kayu dan besi itu terlanjur mengenai tubuhnya. Jumlah mereka pun terlalu banyak dan mereka semua mengepung gadis itu.

Satu demi satu pukulan dia terima. Mereka tidak main-main maupun berbelaskasihan, karena Kinasih adalah seorang perempuan.

Ah… rupanya begini rasanya sakit karena dipukuli. Kenapa sakit sekali? Lalu, kenapa aku harus merasakannya? Aku kan bukan Kinasih!

Pralajaya, bukankah dia bilang akan menyusul Kinasih? Kemana dia? Apa dia belum juga menyelamatkan Jati?

Waktu itu dia memberikan kalung pada Kinasih. Bukankah katanya kalung itu akan memberitahukannya kalau ada bahaya? Di mana kalung itu?

“Sayang sekali kalau dia hanya kita bunuh.” ujar salah satu di antara algojo itu.

“Maksudnya, kau ingin…”

“Ehehehe…”

Hawa dingin semakin menjalar di tubuh Kinasih yang diakibatkan oleh rasa takut yang begitu besar dan luka-luka memar yang sedari tadi dia terima. Kini ketakutannya pun semakin menjadi-jadi. Dia terus meronta kesakitan dan meneriakkan permintaan tolong.

“Hentikan! Jangan mendekat!” seru Kinasih kala orang-orang itu semakin mengikis jarak mereka.

Namun, seolah tidak mendengar rintihan Kinasih, para pria itu tak juga menghentikan kaki dan tangan mereka untuk menjamah Kinasih.

Satu orang memegang kedua tangan Kinasih, dan dua orang lainnya memegangi kaki Kinasih yang sudah mereka lepas talinya agar terbuka. Lalu, satu orang yang lain berusaha menggerayangi Kinasih yang sudah tak berdaya.

Aku terus berusaha meminta tolong. Tapi, aku tak punya kuasa di sini. Begitu pula Kinasih yang sudah semakin lelah.

Bagaimana agar aku bisa menolong gadis ini? Apa tidak ada cara? Apa dia harus mati dengan cara tidak terhormat begini?

Ah, aku tidak ingin melihat lagi! Cepat bangunkan aku!

“Sudah siap ini… hehehe… sekarang kau adalah milikku!” seru salah satu pria.

Kinasih menutup matanya, karena tak kuat melihat walaupun samar. Akupun berharap dengan mata Kinasih yang tertutup, aku bisa kembali ke dunia nyata untuk menyelamatkan diriku sendiri.

JDUAGH!

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar tak jauh dari sana. Para pria laknat itupun menengok ke sumber suara.

“Siapa itu!?” bentak pria yang memegangi salah satu kaki Kinasih. Dia melepas kaki itu, lalu berdiri memegang senjatanya.

Pria yang lain pun melakukan hal yang sama, kecuali satu orang yang kini mendekap Kinasih dari belakang.

“Matilah kalian, orang-orang terkutuk!”

Pralajaya… dia datang!

Dalam waktu yang cukup singkat, Pralajaya dan satu orang lain yang kukira adalah Jati berhasil menumpas para algojo itu. Hingga, pria terakhir yang mendekap Kinasih tadi berdiri, kemudian menancapkan sebilah pedang di perut Kinasih dan mencabutnya kembali.

“Tidak!” teriak Pralajaya.

Pralajaya lalu berlari mendekat dan menumpas pria itu, lalu memeluk tubuh Kinasih yang terkulai lemah.

“Kinasih, maaf Kakanda terlambat menolongmu…”

Tetes demi tetes airmata Pralajaya menyentuh tubuh Kinasih.

“Jati! Segera carikan obat untuk adikku! Cepat!!” teriak pemuda itu.

“Baik, Tuan.” jawab Jati.

“Ka… kanda… akhirnya ka…u da… tang…” bisik Kinasih tersendat-sendat.

Suara isakan pun meluncur dari bibir Pralajaya. Seraya mencoba menghentikan darah di perut Kinasih, pemuda itu terus membisikkan kata-kata maaf tanpa henti.

“Maaf… Kinasih, maafkan Kakanda…”

“Maaf…”

Akupun teringat kala mimpi ini pertama kali kulihat. Mungkinkah ini adegan yang sama? Kayau benar, kenapa bisa terulang lagi?

Tangan Kinasih pun mencoba meraih pipi Pralajaya. Namun, seperti saat itu, tangannya tak bisa mencapainya.

“Kinasih, sebaiknya kau jangan banyak bergerak. Nanti lukamu bertambah parah.” bisik Pralajaya lagi.

“Kinasih, bersabarlah! Jati sedang mencarikan obat untukmu. Kakanda pasti mengobatimu!”

Sama. Ya, ini memang adegan yang sama seperti waktu itu.

“Kinasih, mengapa kau tersenyum?”

Untuk menahan sakit… mungkin.

Aku sendiri tidak sadar kalau Kinasih sedang tersenyum. Aku hanya tahu matanya menyipit. Mata itu lama-lama tertutup semakin rapat…

Semakin rapat…

Dan bersamaan dengan itu, tangisan Pralajaya pecah.

“Tidak!! Adinda! Jangan tinggalkan Kakanda! Tidak!”

Entah Kinasih sudah mati atau hidup, aku tidak tahu. Hanya saja, esadaranku masih di sana bersama raga itu. Rasa sakit di tubuh Kinasih sudah tidak terasa, tapi aku masih bisa mendengar isakan Pralajaya yang begitu menyayat hati.

Kalau bisa, aku ingin mengambil alih tubuh Kinasih. Kemudian, aku akan membalas pelukan Pralajaya agar dia berhenti menangis. Tapi, bagaimana caranya.

“Bangunlah! Kanda Pralajaya sedang menunggu!”

Hm? Suara perempuan itu datang dari mana?

“Bangun!” teriaknya lagi.

“Bangun!!”

Teriakkan ketiga berasal dari suara orang yang berbeda. Tapi, berkat dia aku langsung tersadar dan membuka mataku.

“Aarrkk…” rintihku kala sakit kepala yang begitu dahsyat terasa hingga membuat kupingku berdengung.

Satu persatu ingatan yang rasanya tidak pernah kumiliki masuk ke dalam otakku. Kenangan-kenangan manis dan pahit yang kualami bersama Pralajaya.

1
Claudia Jung 🐻🐰
ILMAN RA TEGAS
puding telor: pancen lambene tok sing lemes
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Terima aja tawaran Bu Nerissa
puding telor: noh! tak bikin!
Claudia Jung 🐻🐰: ya dibikin atuh
total 3 replies
susan
lgsg dapat tantangan dari camer
puding telor: mohon doanya...
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Astaghfirullah 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: lama-lama jadi nggak aman
puding telor: masih aman,bu.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Lha salahmu dhewe ora sabaran
Claudia Jung 🐻🐰
Aku kira resepsionis
Claudia Jung 🐻🐰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
susan
gas poolll .. Hani gpp lah ketahuan. klo mmg gk mau ketahuan pecat aja si Alma. ato pindahin kmn. Alma Ilman dah over gk cocok acting kakak adek
puding telor: ehehe
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Aseek
Claudia Jung 🐻🐰
Salman apa Ilman hayooo
Claudia Jung 🐻🐰: Fokus mbak, jangan lupa minum
puding telor: tengs bro, belakangan typoku makin parah duh /Gosh//Gosh/
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Dih!
dianasaur🦖
mampir thor, mampir juga ya di karya aku
puding telor: oteweh
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Typo?
Claudia Jung 🐻🐰: Ngantuk mesti
puding telor: lah iya. tengs.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Waaa gila sih dari Bapak jadi Kakak
susan
bener Thor. untung sadar hrs to the point. aku jg mulai jenuh dengan teka teki yg tdk terjawab. lumayan ini sdh terbuka sedikit. mmg sih mgkn klo cepet dibuka cepet hbs ceritanya. masih bisa kan diceritain gmn proses terbunuhnya keluarga Choi oleh gi hyeol. ato si Ken welirang itu gmn.
puding telor: udah gitu, habis kutinggal bolos 2 hari gara2 persiapan hardiknas kabupaten. bisa kabur beneran yg baca ;;___;;
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Tolong kasih tahu saya. Ada apa ini sebenarnya? Cepat!
Zahreeta Jinan
halo Thor minta tolong bantu support karya aku juga dong, trmksh 💪👩‍❤️‍💋‍👩
dianasaur🦖
mampir lagi, bacanya nyicil, seru banget ceritanya
puding telor: makasih banget ya udah mampir. :)
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
The Almans 🤣
Claudia Jung 🐻🐰
Bjir Malu banget aku kalo jadi Alma
Claudia Jung 🐻🐰: melebur dong
puding telor: menyatulah dengan alam /Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!