NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemas

Kotak-kotak P3K milik divisi kesehatan kembali dirapikan oleh pak Miko di tenda pembina.

“Kain kasa masih pada rapi. Obat-obatan, plester… “ gumam pak Miko

Begitulah. Dibalik sikapnya yang senang bercanda dengan anak muridnya, Pak Miko adalah orang yang sangat teliti dan perfeksionis.

Tak ada hujan tak ada petir, pak Miko dikagetkan oleh kehadiran dua peserta perkemahan yang terlihat seperti hampir kehabisan nafas.

“Pak Miko!” teriak Vivianne

“Pak…” panggil Hanna

Mereka datang dengan nafas tersengal-sengal.

“Ada apa ? Kalian ini kenapa ? Tenang dulu…” ucap pak Miko

Vivianne, gadis dengan gelang tali rajut berhias batu kecubung ungu itu terlihat sangat kekurangan oksigen. Ia lalu mencoba mengatur ritme pernafasannya untuk beberapa saat.

Berbeda dengan Hanna yang merasa tak cukup waktu untuk itu, Ia langsung melaporkan keresahannya pada pak Miko.

“Pak! Itu… Tim kita tadi ada yang pingsan. Si Windy dia masih belum bangun!” ungkap Hanna dengan nafas yang tak karuan.

“Hah ? Di mana ?” kedua mata Pak Miko melebar

“Dia di tenda, Pak” jawab Vivianne

“Oh ya ayo kita ke sana !” Pak Miko yang tadi masih anteng dengan kotak medis seketika diliputi kecemasan dan kekhawatiran setelah mendapat laporan dari Hanna dan Vivianne.

Tanpa banyak pertanyaan lagi, mereka mengambil langkah cepat menuju tenda Regu C Putri, tenda di mana Windy terbaring tak sadarkan diri.

“Engap banget gue…” ujar Vivianne sambil mengatur nafasnya

“Ikutan…” tambah Hanna

Keduanya terduduk tak jauh dari muka tenda.

Bukannya tidak peduli dengan Windy, namun mereka pun sama kehabisan nafas setelah berlarian mencari keberadaan pak Miko.

Berita tentang Windy yang masih belum sadarkan diri telah menyebar dengan cepat dan diketahui oleh hampir seluruh peserta perkemahan. Bagaimana tidak. Sudah hampir satu jam terakhir ini Pak Miko berjaga dan memantau Windy. Dari tenda pembina Ia bolak-balik ke tenda Regu C Putri.

Melihat Pak Miko yang sering pergi dari tenda pembina ke tenda Regu C Putri, akhirnya menimbulkan tanda tanya besar bagi Pak Bayu yang sejak tadi stand by di sekitar podium.

“Pak Miko!” teriak Pak Bayu, ”ke mana ?”

Pak Miko menghentikan langkahnya dan berbalik arah menghampiri Pak Bayu.

“Ini lho, Pak. Saya khawatir sama anak murid yang setim sama anak Bapak...” jawaban pak Miko masih sangat belum jelas.

“Siapa ? Kenapa ?” tanya pak Bayu lagi

“Si... Anu, namanya Saya lupa lagi. Tapi dia udah hampir se-jam ini masih belum sadar-sadar. Pingsan dia, Pak!” ungkap pak Miko

“Hemm... Mending anak itu pindah ke tenda sini aja, Pak. Biar Pak Miko gak bolak-balik. Terus, biar anak-anak di sana enggak kagok kalo mau ngapa-ngapain” jelas Pak Bayu.

“Emm... Betul juga ya. Ya sudah ! Saya coba bilangin ke mereka dulu. Sambil ini saya mau sekalian cek lagi ke sana” pamit pak Miko

“Ya. Bilangin juga ke mereka, tetep fokus sama lomba habis ini” tambah Pak Bayu

“Ya ya...” Pak Miko meninggalkan Pak Bayu.

Entah sudah yang keberapa kalinya Pak Miko kembali mengecek kondisi Windy. Denyut nadi, pernafasan, respon motorik, semua itu masih sangat lemah. Kala itu, Windy terlihat seperti tertidur namun sangat sangat pulas.

“Han. Bapak saranin mendingan kita pindahin Wina ke tenda pembina aja. Gimana ?”

“Mmm… Windy, Pak” Rayya mengkoreksi

“Nah, maksud Bapak itu” balas pak Miko.

Padahal tuh anak dari tadi maenin daun mulu, kok dia denger, batin pak Miko.

Hanna berpikir sejenak.

Iya juga, sih. Kalo di sini terus entar temen-temen yang lain pasti bakal gak enak mau ini mau itu... pikirnya.

“Ya, Pak. Di sini juga kita kebetulan kurang begitu paham cara ngerawatnya...” ucap Hanna

“Okay. Jadi entar Bapak panggil panitia buat bantu evakuasi ya”

Alih-alih menjawab pertanyaan pak Miko, Hanna hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Ya, sudah. Sekarang bantu Bapak buat rapiin ini peralatan Bapak...”ujar Pak Bayu

Meski terlihat kaku dan jarang mengumbar senyum, Hanna adalah sosok yang senang menolong dan ramah. Seperti sekarang ini, dirinya dengan enteng membantu merapikan peralatan medis yang tadi dibawa pak Miko.

“Oiya, kalian juga siap-siap buat lomba lagi. Pak Bayu bilang jangan sampe konsentrasi kalian keganggu. Sekarang Bapak mau nyari tim PMR dulu yo...” pamit Pak Miko

“Makasih banyak Pak Miko” balas Hanna

Pak Miko lama-kelamaan hilang dari jangkauan pandangan Hanna. Kini, Hanna berbalik dan mengamati Windy serta teman-teman setimnya.

“Temen-temen!”Hanna sedikit meninggikan suaranya, “kalo misalnya si Windy dipindahin ke tenda pembina. Gak apa-apa, kan ?”

“Kapan, Han ?” tanya Rayya

“Mungkin bentaran lagi. Pak Miko bilang lagi nyari tim PMR dulu” balas Hanna, “terus, sekarang kayaknya kita siapin dulu buat hasta karya...” tambahnya.

“Seriusan ? Lombanya ga ditunda dulu, gitu ?” Lia terperangah

“Heem. Lo tau sendiri kan Pak Bayu tegesnya kayak apaan...”Hanna meraih sesuatu dari dalam tas camping miliknya, “nih, pake dulu. Lo juga harus istirahat” ucapnya pada Lia sambil menghamparkan sebuah alas tidur

“Dah, tuh. Bener kata Hanna. Lo juga mesti jaga kesehatan” tambah Rayya

“Thank you...” lirih Lia.

Jika diperhatikan lebih seksama, mata Lia saat ini sangat berkaca-kaca. Namun, Lia menutupinya dengan berbaring membelakangi Hanna dan teman-temannya yang lain.

“Vi... Vivi!” panggil Hanna, “kalo gak salah, yang ikut hasta karya tuh lo sama Gina, kan ?”

“Iya, Han. Entar gue mau kabarin Gina dulu. Seinget gue tadi dia bilang mau nyariin si Syafiq...” kata Vivianne sambil mengikat tali sepatunya.

“Sip. Jangan lama-lama”

“Yokay!” pungkas Vivianne.

“Oiya, buat makan malam kita entar gimana ? Esty, Esty…” Hanna kembali meninggikan suaranya

“Kenape ?” teman yang Hanna panggil itu cepat menjawab

“Hari ini jadwal masak siapa ? Lo bagian konsumsi, kan ? Udah ada jadwalnya ?” seperti biasa, Hanna selalu teliti

“Udah, aman. Nih mau gue atur”

“Nice !”

Penempatan tenda regu putra dan putri yang diletakkan bersebrangan bukan tanpa alasan. Selain supaya murid laki-laki dan perempuan tidak tercampur begitu saja, hal tersebut juga bisa memudahkan mereka untuk saling pantau dari kejauhan.

Misalnya seperti sekarang ini. Vivianne dengan percaya diri menghampiri tenda Regu C Putra.Tentu saja, karena dari tendanya tadi terlihat jelas keberadaan Gina, rekan setimnya yang Ia cari.

Seperti biasa. Di sana ada Nathan dan Riza yang selalu bergabung dengan Leo dan Syafiq. Mereka memang kerap kali bergerumul seperti itu. Pantaslah orang-orang menyebut mereka dengan sebutan ‘empat serangkai’.

“Bang! Lo gak merinding ?” tanya Syafiq

“Mang ngapa ?” Nathan balik keheranan

“Ya gitu. Lo gak ngerasain apa-apa pas si Windy balik ?” tanya Syafiq lagi

“Biasa aja sih...” balas Nathan singkat

“Apaan sih, lo. Jangan nakut-nakutin kita lah, Fiq!” ucap Leo

“Seriusan! Gue tadi di sono gak betah banget. Punggung sampe bahu gua nih bener-bener kayak panas banget gitu, tau gak!” ungkap Syafiq

Leo dan Nathan secara tak sadar saling bertatapan. Raut wajah mereka jelas menampilkan rasa heran karena ucapan Syafiq.

“Tapi tadi pagi mah si Windy keliatannya biasa aja gak, sih ?” sela Riza

“Bener. Malah kalo kata gua mah dia tuh kek excited banget ngikut kemah yang sekarang” tambah Leo

Dari sisi lain tenda, ada Gina yang tersenyum kegirangan dengan dua buah cutter di tangannya.

“Fiq. Ketemu, nih”ucap Gina sambil mengacungkan kedua pisau cutter, “pinjem yak!”

“Ya... Pake aja” balas Syafiq santai

“Giinnn...” teriak Vivianne setibanya Ia di depan tenda sangga Regu C Putra.

“Ssttt... Berisik” timpal Syafiq

“Biarin, blee...”sahut Vivi, “Giinaaa... Dicariin mommyyy...” teriaknya lagi

Yap. Selain untuk memanggil Gina, temannya, teriakan itu sengaja Vivi ulangi untuk menjahili Syafiq.

“Mommy ? Siapa mommy ?” sahut Riza

“Hanna, dong! Siapa lagi ?” jawab Vivianne semangat

“Kok, mommy ?” Nathan pun ikut keheranan

“Ya terus apa ? Daddy ? Bude ? Oma ?” cerocos Vivianne

Gina lalu datang dengan tenang dari dalam tenda, “udah, yok. Balik!”

“Dah lah, bro! Gue juga mao cabut!” Nathan melengos

“Ke maneee ?” teriak Leo

“Ngecek Lia” pungkas Nathan

“Mereka tuh pacaran ?” bisik Riza setelah Nathan pergi dari sana

“Ya elah, Za... Katanya lo bestie Si Nathan. Kagak tau ?”cetus Syafiq

Dulu mah tu anak bilangnya iseng doang, batin Riza.

“Nanya aja...” ucap Riza singkat.

#

*Gelang yang dipakai Vivianne kurang lebih terlihat seperti ini. Gelang itu merupakan pemberian dari Kakeknya*

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!