Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.
Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.
Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”
Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Ratu Bianca
Pagi hari telah tiba.
Caroline bangun dalam keadaan yang baik dan menyantap sarapan dikamarnya setelah mandi.
“Entah mengapa ini terasa sangat nikmat,” ucap Caroline sambil memotong sayuran dengan pisaunya.
Dia kemarin sudah mengirim pesan kepada Mary dan Mary setuju untuk mengikutinya kekerajaan Argentum.
“Bagus sekali … semua berjalan sesuai rencana.” Ucap Caroline senyum bahagia di wajahnya
Caroline berdiri dan berjalan keluar.
“Master … kita mau kemana?” tanya Demon mengikuti Caroline.
“Menemui seseorang,” jawab Caroline.
“Kakak!!!” teriak Aland.
Caroline berhenti dan melihat Aland berlari menuju kearahnya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Aland.
“Apa kau tidak berlatih? Mengapa kau sangat bebas setiap harinya?” tanya Caroline mengerutkan kening.
“Tentu saja aku sangat sibuk … kak Edelyn memanggilku-“ Aland segera berhenti berbicara.
“Em … kakak belum menjawab pertanyaanku,” ucap Aland.
Caroline hanya diam tidak menjawab. “Hei … jika terjadi sesuatu pada pria tua itu apa kau siap mengambil alih tahta?” tanya Caroline.
“Pria tua?” ucap Aland.
“Raja … apa kau sudah siap menjadi Raja?” tanya Caroline.
“Itu … mengapa kau tiba – tiba mennayakan ini?” tanya Aland.
“Hanya bertanya saja,” jawab Caroline.
“Haah … siap atau tidak aku harus di tuntut siap kapanpun,” jawab Aland sambil menatap langit. Menjadi Raja? Dia sudah diajarkan dari kecil kalau dia akan mengambil alih tahta ayahnya suatu saat nanti. Meskipun dia jarang berlatih pedang, tetapi dia Rajin membaca buku dan membantu beberapa dokumen kerajaan.
“Meskipun keahlian pedangku masih dibawahmu … tetapi aku cukup kuat,” ucap Aland percaya diri.
Caroline tersenyum dan menepuk pundak Aland. “Aku yakin kau pasti bisa,” ucap Caroline.
“Kenapa kakak tiba – tiba membicarakan ini?” tanya Aland.
“Sudah aku katakan … hanya bertanya saja.”
“Aku tidak akan berada di istana ini lagi dalam waktu dekat ini,” ucap Caroline.
“Kau harus bisa menjalankan kerajaan ini sendiri,” lanjutnya.
“Tentu saja … banyak orang genius yang akan membantumu dan juga bagsawan yang mendukungmu.”
Aland tiba – tiba merasa sangat sedih. “Aku akan membuat kerajaan ini menjadi lebih baik,” ucap Aland meyakin kan Caroline kakaknya.
“Aku percaya padamu,” ucap Caroline dengan senyuman.
“Tadi kau mengatakan Edelyn memanggilmu?” tanya Caroline.
“Apa … tidak!” jawab Aland mengalihkan pandangannya.
“Aku akan mengikutimu,” ucap Caroline.
“Apa?!!” apa dia salah dengar?
“Aku akan menemui Edelyn bersamamu,” jawab Caroline.
“Mengapa?” tanya Aland lagi masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Kak Edelyn mengudangnya minum teh dan juga disana ada Ratu.
“Apa aku tidak boleh ikut?”
“Sudah kuduga kau sama saja seperti yang lain,” ucap Caroline memasang wajah sedih.
“B-baiklah …” ucap Aland.
“Ayo … kita berangkat sekarang.” Caroline dengan cepat merubah ekspresinya
“Ah … i-iya.” Apa dia salah lihat tadi?
Caroline tersenyum didalam hatinya. Caroline menduga kalau akan berada disana. Dia telah melakukan segalanya selama beberapa hari ini dan juga sebelum dia pergi ke perbatasan, dia diam – diam merencanakan sesuatu. Dia harus menyingkirkan penyihir ini terlebih dahulu. Hahaha …
Di taman istana putri Edelyn.
“Bu … bagaimana dengan nasib kerajaan kita?” tanya Edelyn. Dia sedikit khawatir tidak bisa menikmati kemewahan lagi.
“Tenang saja … itu tidak akan berpengaruh dengan kita,” ucap Ratu Bianca.
“Bagaimana bisa?” tanya Edelyn.
“Kakak … ibu …” panggil Aland.
Caroline dan Aland telah sampai diistana Putri Edelyn, seperti kepribadian luarnya. Taman ini sangat mencerminkan putri Edelyn yang sangat ceria.
Melihat Caroline bersama Aland, membuat Edelyn merasa tidak senang. “Kenapa kau ada disini?” teriak Edelyn. Entah mengapa dia semakin tidak menyukai Caroline.
“Saya memberi salam kepada Ratu.” Caroline memberi hormat.
“Caroline … apa kau kesini untuk bergabung bersama kami?” tanya Ratu dengan ramah.
“Ya … kebetulan saya melihat Aland hendak menuju ke istana Edelyn,” jawab Caroline.
“Baiklah … karena kau sudah berada disini … silahkan duduk,” ucap Ratu.
“Ibu!!” Edelyn tidak menyangka ibunya akan menawarkan tempat duduk untuk wanita ini!
“Putri Edelyn lihat sikapmu.” Ratu Bianca melirik anaknya dengan tajam memberi isyarat untuk tetap tenang.
Edelyn terdiam dan terpaksa mengikuti apa yang dikatakan ibunya.
“Sepertinya kita kekurangan kursi karena ada orang tambahan.”
“Ambilkan kursi untuk tuan putri Caroline,” ucap Ratu kepada pelayan.
“Baik yang mulia.” Pelayan itu segera pergi mengambil kursi tambahan.
“Aland duduklah,” ucap Ratu.
“Tidak aku-“ Aland ragu – ragu dan melihat terus melihat kearah Caroline.
“Aland,” panggil Ratu lagi.
“Baiklah.” Aland segera duduk dikursi.
Caroline tahu bahwa Ratu sengaja. Mereka tertawa bersama dan menganggapnya seakan tidak ada disana sedangkan Aland hanya diam saja, dia merasa tidak enak atas perlakuan yang didapatkan Caroline.
Caroline menatap Aland. dia masih harus banyak belajar, dia sudah menganggap Ratu Bianca sebagai ibunya sendiri.
Beberapa menit kemudian pelayan tadi membawa kursi untuk Caroline.
“Maaf … karena tempatnya sangat jauh jadi butuh beberapa saat,” ucap pelayan itu.
Jauh? Caroline melirik ruangan dimana pelayan itu masuk, dia tahu itu tidak jauh lokasinya.
“Caroline duduklah,” ucap Ratu Bianca.
“Terimakasih,” ucap Caroline.
“Aku dengar kau akan menikah dnegan Duke Cedric kerajaan Argentum.”
“Ya … begitulah,” ucap Caroline.
“Hahaha … itu sangat cocok denganmu,” ucap Edelyn meledek Caroline.
Caroline mengabaikannya dan menyesap teh yang dihidangkan. Teh ini rasanya biasa saja.
“Sayang sekali … padahal aku sudah menyiapkan pria yang cocok untukmu,” ucap Ratu.
“Begitu?” ucap Caroline dengan santai.
“Ya … Baron wis … aku rasa dia sangat cocok,” ucap Ratu Bianca.
Aland terkejut mendengar apa yang dikatakan Ratu Bianca. Bagaimana bisa dia menikahkan kakaknya degan duda tua seperti itu?!!
“Ratu … aku rasa itu sedikit berlebihan,” ucap Aland.
“Pfftt … ibu benar … sangat cocok dengan Putri Caroline.” Edelyn tertawa puas.
Aland tidak tahan lagi. Dia mengepalkan kedua tabgannya dan menatap mereka berdua dengan tajam.
“Begitu.” Caroline menahan Aland.
“Kakak?” Aland menatap Caroline. Mengapa menghentikannya?
“Kalau begitu nikahkan saja dia dengan anakmu … karena Baron Wis adalah suami yang sangat menjanjikan.”
Caroline menatap Edelyn. “Aku rasa Putri Edelyn pasti akan sangat senang,” jawab Caroline.
“Kau-“
“Hahaha … itu semua sudah dibatalkan jadi lupakan saja,” ucap Ratu.
Edelyn sangat kesal dengan omongan Caroline.
Saat ini pelayan datang dengan membawa minuman.
“Oh!! Teh yang baru saja aku beli … Putri Caroline sangat beruntung karena aku menyediakan ini … aku akan memberikanmu terlebih dahulu,” ucap Ratu.
“Aku merasa terhormat,” ucap Caroline.
Pelayan itu berjalan dan tiba – tiba tersandung. Caroline segera menghindar dan mengarahkan tangan pelayan itu kearah Edelyn. Teh yang baru diseduh itu tumpah di pakaian Edelyn.
“Aaaaa … panas!!!” teriak Edelyn.
“Tuan Putri .. maafkan aku.”
“Edelyn … nak apa kau baik – baik saja?” Ratu Bianca ikut panik.
“Panas!!” teriak Edelyn lagi.
“Caroline kau!!” saat Ratu hendak melampiaskan kemarahannya seorang pelayan pribadi Ratu datang menghampiri mereka dan membisikkan sesuatu kepada Ratu.
“Apa?!! kenapa dia ada disini?!!” teriak Ratu.
“Bu?” Edelyn yang kepanasan melihat ibunya mengabaikannya.
“Aland bawalah Edelyn ke dokter segera,” ucap Ratu dan segera buru – buru keluar.
“Ibu!!” panggil Edelyn.
“Ayo kak … kita harus segera menemukan dokter agar tidak meninggalkan bekas,” ucap Aland.
Edelyn mendengar kata – kata meninggalkan bekas luka merasa sedikit cemas sekarang. “Panggil dokter cepat!!” teriak Edelyn.
“B-baik.” Segera pelayan berlari memanggil dokter.
“Kak … aku akan mengantar kak Edelyn dulu,” ucap Aland. meskipun dia sekarang sedikit tidak menyukai Edelyn, bagaimana pun Edelyn kakanya. Selama itu tidak melebihi batas dia akan mentolerirnya,
“Baiklah,” ucap Caroline.
Caroline melihat semua orang pergi. Dia tersenyum puas.
“Hahah … apa yang akan kau lakukan sekarang?” ucap Caroline melihat arah dimana Ratu pergi.
semangat ya duke dan duches