NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:22.3k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34. Aku Hamil

Beberapa saat setelah Widya meninggalkan restoran favoritnya dengan perasaan yang masih terasa hangat, dia melangkah dengan langkah ringan menuju tempat temannya, Monica.

Tempat itu adalah klinik milik Monica, tempat di mana dia mengabdikan dirinya untuk memberikan perawatan dan kenyamanan kepada para pasien.

Ketika Widya memasuki klinik itu, suasana yang tenang dan nyaman langsung menyambutnya. Dia melihat Monica tengah duduk di ruangannya dengan ponsel di tangannya.

Wajahnya penuh konsentrasi saat dia asyik bermain dengan ponselnya. Widya tersenyum melihat temannya yang begitu fokus dalam aktivitasnya.

"Mon, udah nunggu lama Lo? sorry ya tadi jalanan lagi macet banget." ucap Widya sesaat dirinya tiba di ruangan Monica dan duduk di kursi kosong di hadapannya.

"Oh, nggak kok Wid. Gue baru aja nanganin pasien tadi, anak-anak, diare biasa. Ehm, oh iya Lo kesini katanya mau ada hal penting ya?" tanya Monica.

"Iya, Lo bisa bantuin gue kan? gue perlu bantuan lo sebagai dokter." ucap Widya dengan wajah memelas.

"Bantuan apa tuh?" tanya Monica sembari mengernyitkan keningnya.

Lalu Widya pun menghela napas dalam-dalam, sebelum memulai ceritanya.

"Jadi, gini ...," 

Widya pun mulai menceritakan semua masalahnya, semua keluh kesahnya kepada Monica, berharap bahwa temannya ini dapat memberikan bantuan dan dukungan yang dia butuhkan.

Saat itu, suasana menjadi hening ketika Widya mulai memaparkan ceritanya. Air mata tak terbendung mengalir dari matanya, menggambarkan betapa beratnya beban yang dia rasakan.

Setelah ceritanya selesai, Widya merasa lega, namun tak dapat menahan rasa sedih yang membanjiri hatinya. Air mata pun tak terelakkan dan jatuh dengan lembut.

"Tolongin gue, Mon. Gue gatau lagi harus minta tolong ke siapa lagi selain Lo. Cuma Lo yang bisa bantuin gue ...,"

"Please, Lo bisa kan bantuin gue buat malsuin kehamilan gue? bikin surat pemeriksaan gitu kalau gue udah hamil satu Minggu. Gue bingung banget, Mon. Rumah tangga gue di ujung tanduk sekarang ...," 

"Gue, gue harus gimana? berat loh perjuangan gue buat bisa bersatu sama suami gue yang sekarang. Perjuangan kita udah berat banget. Lo tau kan gimana bucinnya gue dulu sama dia. Apapun rela gue kasih buat dia asal dia selalu setia sama gue ...,"

"Tapi sekarang apa? dia dengan mudahnya khianati gue sama anak gue, Jelita. Sebenarnya salah gue apa Mon, gue dosa apa sampe semua ini terjadi sama gue? gue kurang baik apa sama mereka berdua sampe mereka tega giniin gue? 

"Gue nggak terima, Mon. Gue nggak mau pisah sama mas Revan. Gue cinta sama dia, tapi gue juga sayang sama anak gue, Jelita. Cuma dia satu-satunya anak gue. Darah daging gue. Tapi, Mon. Lo bisa bantuin gue kan? please, Mon." Widya terlihat mencurahkan segala perasaan dan keluh kesahnya kepada Monica, temannya yang dokter itu, serta berharap temannya itu dapat membantunya.

Widya berbagi semua beban yang ada di dalam hatinya, kecuali satu rahasia yang terlalu berat untuk diungkapkan bahkan kepada teman terdekatnya.

Dia memutuskan untuk menyimpan rahasia pembunuhan mantan suaminya, karena dia tahu bahwa itu adalah aib yang tidak dapat dia bagikan, meskipun kepada Monica.

Ketika Monica mendengar segala masalah yang sedang dihadapi oleh Widya, dia merasa terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa temannya bisa mengalami penderitaan sebesar ini.

Monica merasa sedih dan marah atas pengkhianatan yang dialami oleh Widya, baik dari suaminya yang berselingkuh maupun dari anak kandungnya sendiri.

Monica merasa betapa kejamnya orang-orang yang telah melukai Widya dengan begitu dalam. Dia tahu betapa besar cinta dan kasih sayang yang Widya berikan kepada mereka berdua, terutama kepada Jelita.

Namun, tindakan Jelita telah melampaui batas yang bisa diterima oleh siapapun.

"Iya, Wid. Iya. Gue bantuin ya, gue bikinin Lo surat pemeriksaan kehamilan. Sekalian nanti Lo gue kasih obat-obatan khusus kehamilan gitu biar mereka pada percaya ...,"

"Ehm, oh iya, gue inget, beberapa hari lalu ada pasien gue yang ninggalin tes pack di sini, hasilnya itu positif. Gimana kalo testpack itu Lo bawa aja, Lo kasih ke mereka, pasti mereka bakal kaget." Monica dengan suka rela mau membantu Widya dalam masalah yang dia hadapi.

Dia merasa sangat kasihan melihat penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh Widya. Sejak dulu, Widya adalah salah satu temannya dalam satu circle yang paling baik. Oleh karena itu, Monica merasa wajib dan bersedia memberikan bantuan sebanyak yang dia bisa.

"Thank ya, Mon. Lo bener-bener malaikat penolong gue hari ini. Gue bener-bener bersyukur bisa punya temen sebaik Lo. Thank ya, gue bakal kasih ke mereka nanti. Pasti setelah gue kasih itu mereka pada kaget ...," 

"Gue nggak sabar banget nunggu mereka kaget lihat semua ini, terus mereka gagal nikah deh. Rasanya akan jadi keberuntungan buat gue kalo mereka sampe gagal nikah." ucap Widya sembari tersenyum. Dia meraih tangan Monica dengan penuh rasa terima kasih karena telah bersedia membantunya.

"Iya sama-sama, yaudah gue siapin dulu ya. Lo tunggu sini, nanti setelah siap, gue bakal balik lagi terus gue kasih semuanya sama Lo." sahut Monica dengan ramah.

Dia bangkit dari duduknya dan mulai mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh Widya, termasuk surat pemalsuan kehamilan dan testpack yang telah mereka bicarakan sebelumnya.

..............................................................

Sementara itu di perjalanan menuju apartemen, Jelita terlihat sibuk dengan ponselnya. Sinta, gurunya di sekolah, terus mengiriminya pesan sejak tadi.

Awalnya Sinta hanya menanyakan kabarnya, namun di akhir pesan tersebut, Sinta mengajaknya untuk bertemu.

Jelita terdiam sejenak saat membaca pesan tersebut. Setelah merenung sejenak, ia memutuskan untuk menerima ajakan Sinta untuk bertemu besok di sekolah.

Besok adalah hari di mana Jelita akan menerima ijazah dan menandai akhir perjalanan sekolahnya dengan cap tiga jari.

"Sayang, besok anterin aku ke sekolah ya, aku mau cap tiga jari sekalian ketemu sama guruku, tadi dia ada ngajak ketemu. Kamu nggak sibuk kan besok atau malah mau ada meeting?" tanya Jelita sembari memalingkan pandangannya ke arah Revan yang sedang fokus menyetir.

"Nggak kok, aku nggak sibuk besok. Besok itu sebenarnya aku ada ngantor, cuma jamnya nggak sibuk-sibuk banget, jadi bisalah aku buat temenin kamu. Ehm, kamu besok itu jam berapa ke sekolahnya?" tanya Revan sembari melempar pandangan singkat ke arah Jelita.

"Jam delapan sayang." sahut Jelita.

"Oh bisalah kalo jam segitu mah. Yaudah besok aku anterin ya, sekalian aku mau ajakin kamu ke butik buat pilih gaun pengantin."  ucap Revan dan ucapannya itu membuat Jelita bahagia.

Rasanya ia tak sabar untuk memilih gaun pengantin untuk pernikahannya dengan Revan yang akan berlangsung Minggu depan.

Beberapa saat berlalu, akhirnya Jelita dan Revan tiba di apartemen Jelita. Revan dengan sigap memarkirkan mobilnya di tempat parkir apartemen, lalu menggandeng tangan Jelita dan membawanya masuk ke dalam apartemen.

Di setiap langkah mereka, kebahagiaan terpancar jelas dari wajah mereka. Namun, ketika mereka sampai di depan pintu apartemen Jelita, mereka terkejut melihat Widya sedang menunggu mereka di sana. Dengan langkah mantap, Widya mendekati mereka berdua setelah melihat mereka kembali.

"Hay, sayang. Dari mana aja, aku tungguin kamu loh dari tadi, tapi kamu malah nggak pulang-pulang." ucap Widya sembari melirik tajam kearah Jelita yang saat itu tidak menggubrisnya sama sekali.

"Ehm, habis makan sama Jelita. Kamu, ada apa kesini?" tanya Revan canggung.

"Aku kesini ya mau ketemu kamu lah, masa mau ketemu perempuan pel4cur itu." ucap Widya sembari melirik kearah Jelita yang kini mulai merasa emosi dengan ucapannya.

Lalu Widya, yang menyadari bahwa ucapannya telah membuat Jelita emosi, tersenyum dalam hati. Sepertinya rencananya untuk memancing emosi  Jelita berhasil. Buktinya gadis itu emosi sekarang.

"Nih, aku mau kasih ini ke kamu." ucap Widya sembari menyerahkan secarik kertas pada Revan dan Revan terima dengan ragu.

"Apa ini?" tanya Revan sembari membuka perlahan kertas itu.

Sembari tersenyum, Widya pun menjawab. "Surat pemeriksaan kehamilan, sayang. Tadi aku sengaja buat meriksain kesuburan aku ke dokter, eh malah dapet itu. Dokter bilang aku hamil dan usia kehamilan aku itu belum genap satu minggu. Kamu senang kan sayang? kita akan segera punya momongan." Widya melanjutkan dengan senyuman yang cerah di wajahnya.

Deg!!

"APAA!! nggak, nggak mungkin. Itu pasti palsu, bunda kan udah umur segitu, udah ku kasih pil KB juga, gimana bisa hamil? pasti semua ini cuma akal-akalannya aja buat gagalin pernikahanku sama Revan ...," 

"Sialan! pinter juga otaknya ternyata. Gimana tadi dia bisa punya ide kayak gini coba. Haduh, terus gue harus gimana sekarang? masa harus nunda lagi sih? sampe kapan, tapi kalo nggak di tunda juga nggak mungkin ...," 

"Aarrgghhh ... nih emak-emak ganjen ada-ada aja deh. Bikin rencana semrawut aja!!" batin Jelita merasa emosi dengan semua ucapan Widya dan bukti kehamilannya.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!