NovelToon NovelToon
Gelora Cinta Sahabatku

Gelora Cinta Sahabatku

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yunita Karim

Kisah dua orang sahabat Mikhail dan Ashenda yang 'laksana bayangan' antara satu dan lainnya tak bisa terpisahkan. Namun orang bijak pernah berkata, tidak akan menjadi sahabat antara laki-laki dan perempuan melainkan akan tumbuh rasa yang lain, karena telah terlanjur merasa nyaman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Karim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Kencan Pertama

Pov. Mikhail Alferov

---

.

.

.

Aku tersenyum sendiri bila teringat apa yang telah ku lakukan pada Ashen beberapa saat yang lalu. Tak ku sangka akhirnya ku lakukan juga setelah berusaha menahan diri begitu lama. Sebelumnya tak pernah terbersit di benakku untuk hal demikian, tapi sepertinya Ashen butuh itu sebagai sebuah pengakuan. Pengakuan dariku bahwa aku menganggap dirinya sebagai milikku. Sehingga ia tak lagi butuh pencarian untuk hal lainnya.

Nyaris saja aku kehilangan dia, di saat ia lebih memilih senior c*bul itu dibandingkan diriku. Aku sempat hancur. Aku kehilangan dua orang sekaligus, sahabat sekaligus cintaku.

Beruntung rupanya nasib masih berpihak padaku, hingga aku menjadi punya kesempatan untuk menunjukkan cintaku. Dan lebih beruntung lagi, ia pun ternyata memendam rasa yang sama. Meski tanpa kutanyakan, aku tau ia pun menantikan momen ini untuk waktu yang tidak sebentar.

Tampak sekali dari caranya menikmati cumb*anku, ia mend*sis dan mend*sah seolah ingin kobarkan api di dalam dadaku ini.

" Kenapa liatin gue kayak gitu?" Tanya Ashen heran, mungkin ia menyadari aku yang senyum-senyum sendiri sejak tadi.

" GR aja lo! " Tepisku. Lalu pura-pura melanjutkan aktivitas membacaku. Tak ku duga Ashen lalu meninggalkan buku dan pulpennya di atas meja, bangkit dari kursi lalu menggeliat merentangkan kedua tangannya ke sisi hingga bagian bawah bajunya terangkat beberapa senti.

Aku pura-pura tak melihat, padahal walaupun curi-curi pandang dapat ku lihat jelas paha putih mulusnya. Oh Tuhan kuatkanlah imanku agar tidak tergoda untuk hal yang lebih jauh.

" Udah bikin tugasnya?" Tanyaku demi buyarkan zona hayal yang tadi mengusikku.

" Udah nih" jawabnya singkat lalu duduk menghempas di sebelahku yang tentu saja aksinya tersebut membuat tubuhnya ikut berayun.

Oww .... Apa lagi ini??? Apa yang aku pikirkan membuatku jadi tak fokus lagi pada buku di tanganku. Dan celakanya kini Ashen malah menempelkan dirinya begitu rapat di tubuhku.

Hingga dapat ku rasakan hangat dan lembut sentuhannya yang tak pelak membuat dada ini menjadi bergemuruh hebat.

" Shen, jangan terpengaruh omongan Mbak Lasih ... Gue ini normal" tegasku demi membuat Ashen menghentikan aksinya.

" Lo kenapa sih? Jangan baper deh. " Ashen membela dirinya, merasa tak melakukan apapun. Huh dasar. Baginya mungkin hal biasa tapi bagiku ia sama saja tengah membangunkan naga yang sedang terlelap.

Aku bangkit cepat menuju kamar mandi meninggalkan Ashen yang menggumam kecewa atas sikapku. Akhirnya ku ambil inisiatif untuk segera mengantarkan ia pulang. Aku takut tak mampu mengontrol emosiku jika Ashen terus saja bergerak mengikuti nalurinya. Karena mustahil ia tak merasakan apapun saat ia menempelkan beberapa sisi tubuhnya ke tubuhku seolah sengaja memancing reaksiku.

Kuturunkan ia di depan pagar rumahnya, lalu kutinggalkan ia setelah sempat ku kecup keningnya.

Kini aku bisa bernapas lebih lega setelah jauh darinya. Karena aku tak perlu berjuang menahan diriku lagi.

Walaupun jauh di lubuk hatiku aku ingin sekali, tapi aku berusaha kendalikan diri. Entah sampai kapan aku mampu menahannya, setidaknya aku akan selalu berusaha. Karena masih banyak pencapaian yang harus kami raih di dalam hidup. Di masa depan, aku ingin mencapai banyak hal, dan aku menolak jika cita - cita itu harus terhenti di tengah jalan hanya karena menuruti hawa nafs* untuk menikmati masa puber.

.

📌

.

Pov. Ashenda Reamurthi

---

.

.

.

" Ketiduran di kamar Mikhail lagi?!" Todong Mama memergoki aku yang dengan langkah jinjit memasuki rumah.

" Bikin tugas ma, nggak ketiduran" aku membela diri.

" Bikin tugas apa bikin anak, hah?!" Mama berkata seenaknya.

" Mama ngomong apa sih?!" Aku kesal.

" Mama lebih suka kamu berhenti sekolah dan menikah. Lumayan kan kalo kamu nikah sama Mikhail, harta orang tuanya berlimpah gak akan habis sampe ke cicit kalian nantinya" Kini mama lebih ngelantur lagi.

" Ma, mama kayaknya nyuruh Ashen buru-buru pergi dari rumah? " Terang saja aku merasa demikian.

" Bukan gitu, shen. Mama cuma ngerasa kesulitan aja ngarahin kamu. Mama cuma takut kalo kamu sampe ham*l di luar nikah. Apa kata orang nanti. Ini aja kalo papamu tau, kamu pasti gak dibolehin lagi kerumah Mikhail" Mama sedikit pelankan suaranya karena ku lihat Kak Erlang sedang bersiap-siap untuk pergi ke luar.

" Kalo Ashen hamil itu artinya Ashen gak mandul ma!" Tukasku sekalian saja. Sudah terlanjur mama mencurigai aku.

" Kamu ini!" Mama menggeram hebat dan siap mengamukiku kalau saja tak segera ku tinggalkan.

" Kak Erlang mau ngapel ya?!" Aku beralih kepada Kakakku yang sudah nampak rapi dan ganteng. Usia kami terpaut sebelas tahun. Ia hampir saja menjadi anak tunggalnya papa dan mama karena saat itu mama divonis oleh dokter tidak akan punya anak lagi disebabkan ada suatu masalah di rahim mama. Tapi nyatanya Tuhan menginginkanku lahir ke dunia sebelas tahun setelahnya.

" Iya dek. Baru mau PDKT nih. " Sahut kak Erlang bersemangat.

" Wow! Selamat dan semoga sukses ya kak. " Aku ikut senang mendengarnya. Kakakku itu, sangat menyayangiku. Tapi ia terlalu sibuk dengan dunianya hingga jarang punya waktu untukku.

" Kamu sendiri malam ini gak dijemput sama pacar kamu?" Tanyanya. Aku terusik mendengar kata "pacar".

" Mikhail pacar kamu kan?" Kak Erlang memastikan karena melihat ekspresi wajahku yang bingung.

" Ehm, iya kak" jawabku sekenanya. Aku masih kagok dengan perubahan status hubunganku dan Mikhail. Masih bingung menyebutnya teman atau pacar.

Masih terbayang di benakku saat Mikhail meng*cup bibirku. Sangat lembut dan mesra ia melakukannya, seolah ia menandaiku sebagai miliknya agar aku tak berpikir untuk sebuah pengakuan lagi. Andai ia tau, memang itu yang kuharapkan sejak lama. Tapi sepertinya selama ini ia sengaja membiarkan hubungan kami tanpa kejelasan. Hingga lama kelamaan membuatku bosan.

Tapi ia sudah melakukan tindakan tepat. Kini aku semakin tak ingin jauh darinya. Bahkan diam-diam aku menginginkan hubungan kami agar lebih dekat lagi. Entah karena sempat menyaksikan adegan p*nas yang dilakukan Frederick dan Helena, aku menjadi terpengaruh dan memikirkan hal yang sama, atau aku hanya terbawa suasana saat berada di dekat Mikhail.

Tapi entah kenapa Mikhail seperti sengaja menghindar. Ia menolak untuk menyentuhku lebih jauh, padahal di dalam hatiku ini sudah bergejolak demikian hebatnya. Ia malah memilih untuk mengantarkanku pulang.

Setibanya di kamar, ku hubungi Mikhail dengan ponselku yang lainnya. Baru saja berpisah aku sudah sangat merindukannya.

" lo gak ngajakin gue jalan nih? " Tanyaku setelah hubungan telfon tersambung.

" Oh iya. Secara tadinya gak punya pacar jadi ya gak kenal yang namanya Malam minggu" Sahutnya.

" Jadi sekarang?." Tanyaku ingin kejelasan.

" Satu jam lagi gue jemput" cetusnya membuatku lega campur bahagia.

Beberapa saat Mikhail terdiam menatapku tanpa berkedip. Ya, memang aku sedikit berdandan agak beda dari keseharianku. Rambutku yang biasanya tergerai bebas sengaja ku ikat kuncir kuda, make up tipis berikut lipstik nya juga tak lupa aku poleskan, dan busana yang kukenakan mungkin memang agak kurang sesuai untuk seusiaku, tapi apa salahnya aku mensyukuri anugerah Tuhan dengan membanggakan tubuhku di hadapan pasanganku.

Tapi bukannya memujiku, Mikhail malah melepaskan blazernya untuk menutupi bagian tubuhku yang tadinya sengaja aku tampakkan.

" Kayak tante-tante tau gak" ia mengejek dan menertawaiku.

" Lo gak suka ya gue dandan kayak gini?" Tanyaku polos.

" Ya gue mana rela lo jadi pusat perhatian. Semua cowok bakal ngeliat lo dengan tatapan nafsu. " Jawabnya.

" Tapi gue dandan kan buat lo" aku masih membela diri.

" Kalo mau dandan buat gue, bukan disini tempatnya. Tapi di rumah" tegas Mikhail seolah mengisyaratkan kalau ia ingin aku berdandan seperti ini saat bersama di rumahnya.

" Lo ngajakin gue ke rumah?" Aku berseru gembira.

" Maksud gue kalo kita udah resmi jadi suami istri nantinya. Bukan sekarang!" Tegas Mikhail tak ingin aku berpikir macam-macam.

Kulanjutkan makan ku dalam diam. Sesekali ku sapukan pandanganku ke sekelilingku . Di satu meja di sudut kanan belakang, seseorang tengah memperhatikanku dengan serius.

Dan kukenali wajah itu sebagai Frederick.

" Mikh, ada kak Fred. " bisikku sambil menyenggol lengan Mikhail.

" Dia gak mungkin berani lah. Ada gue disini" Mikhail berkata bangga demi tak membuatku merasa takut.

" Coba lo liat, dia sama Helena atau bukan" pintaku karena aku tak berani melihatnya.

" Itu kan Marylin dari kelas kita"

" Apa? Marylin edelweis 1?"

" Iya mata gue masih normal kali gak mungkin salah liat"

" Berarti dia gak sama Helena. Trus kok bisa langsung jalan sama Marylin. Padahal kemaren masih sama gue. Bener-bener bu*ya tuh orang" gumamku.

Mikhail terkekeh. " Trus Helena tuh siapa?" Tanya nya penasaran.

" Anak Edelweis 2 yang kemaren gue liat lagi gituan sama Fred di sekret" jawabku membuat mata Mikhail membelalak kaget.

" Jadi maksudnya dia langsung sama Helena gara-gara lo kabur? "

Aku mengangguk.

" Br*ngsek emang tuh orang! " Umpat Mikhail geram.

" Dan sekarang dia ngincer mangsa baru. Kok bisa ya ada orang sebr*ngsek itu jadi siswa terbaik di sekolah. Pihak sekolah harus tau soal ini" cowok itu menggeram.

" Jangan cari masalah deh. Biarin aja" aku takut memikirkan jika sampai ia kena masalah gara-gara berurusan dengan Fred.

Fred dan Mary meninggalkan cafe terlebih dulu, tak lama kemudian kami menyusul. Namun keduanya sudah tak tampak lagi ketika kami sampai di area parkir di basement.

Agak kaget Mikhail saat kusentuh pundaknya. Aku tau ia masih memikirkan soal Fred, semoga ia tak berpikir untuk membuat perhitungan dengan si br*ngsek itu.

Nekad ku singkirkan blazer yang menutupi tubuhku, demi mengalihkan perhatian cowok itu. Awalnya ia menolak tapi selanjutnya ia seperti tersihir oleh suasana basement yang sunyi. Ia benar, siapapun takkan sanggup menahan diri demi melihat penampilanku malam ini.

" Kenapa?" Aku yang sudah tersulut api asmara protes saat Mikhail beranjak dariku.

" Kita pulang aja" cetusnya kemudian, padahal masih jelas ku dengar deru nafasnya yang memburu tak beraturan.

Aku mengangguk patuh meski agak kecewa.

.

.

.

YuKa// 070324

1
Yunita Karim
Jauh ketinggalan😀
Yunita Karim
Jauh ketinggalan😀
Yunita Karim: iyaa 🥰
Deni Saputra: maaf ya/Silent/
total 2 replies
Deni Saputra
mantap ni ceritanya🤭
Yunita Karim
makasih😀
Deni Saputra
serunya
Deni Saputra
klau istriku enggak marah tapi istriku cari peganti diriku😭
Yunita Karim: Ya kan kalo sama2 suka ngapain dipertahankan😛
total 1 replies
Deni Saputra
menarik bangat ceritanya😍😍😍
Yunita Karim: thanks🥰
total 1 replies
Deni Saputra
siip
Deni Saputra
keren ni😘🥰
Deni Saputra
seru banget ceritanya 😍😘
Deni Saputra
seru
Deni Saputra
next/Drool/
Yunita Karim
🔥
Yunita Karim
Makasih supportnya kka🙏😍
Shoot2Kill
Karakternya juara banget. 🏆
Yunita Karim: Makasih kka 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!