"Gak tahu malu! Lo gak ngaca? Lo itu jelek, gendut, item lagi! Bisa-bisanya mimpi mau jadi pacar Alder."
Suara sumbang itu terus terlontar dari banyaknya murid yang mengelilinginya, melemparnya dengan kertas bahkan dengan botol air mineral kosong.
Dimana letak kesalahannya? Gadis bernama Jasmine itu hanya mencoba menyatakan perasaannya pada pemuda bernama Alder, tapi ternyata di situ lah awal kehancurannya.
Mendapat perlakuan buruk dan bullying dari teman-teman sekolahnya, tak lantas membuat Jasmine menyerah. Meski nyaris tak waras, ia berhasil merubah dirinya. Dari seekor itik, menjadi angsa cantik!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KENCAN
Pagi ini sangat cerah, langit tampak biru, hanya sedikit awan putih yang menggantung. Semilir angin yang menerpa permukaan wajah Jasmine membuat gadis itu memejamkan mata dengan senyuman menghiasi wajah cantiknya.
Rasa syukur terpanjat dalam hati, mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Bersyukur karena pagi ini ia masih bisa menghirup oksigen dengan leluasa.
Apalagi kebahagiaan yang ia dapatkan tadi malam, tak ada lagi kata yang bisa ia ucapkan kecuali dengan rasa syukur yang amat besar.
Dan besok, ia akan bertolak ke Surabaya untuk menjemput sang Mama. Dahlia akan tinggal di Jakarta sampai hari pernikahannya dengan Alder tiba.
Sayang Alder tak bisa menemani, ada pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan. Jasmine pun mengerti, ia tak boleh egois.
Ngomong-ngomong soal Alder, kemana pria itu? Alder berjanji akan datang ke apartemen pagi-pagi sekali. Tapi sampai sekarang pria itu tak juga menampakkan batang hidungnya.
Jasmine sampai menunda sarapan demi menunggu Alder. Ia bahkan belum memasak apapun karena Alder ingin masak bersama.
Suara benda jatuh di bawah sana membuat kening Jasmine berkerut. Ia yang tengah berada di balkon kamar beranjak cepat keluar dari kamar.
Suara itu terdengar jelas karena pintu kamar sengaja ia buka. Agar saat Alder datang ia bisa mendengar.
Aroma wangi masakan membuat Jasmine semakin mengerutkan dahi. Siapa yang memasak?
"Loh, Al? Kapan kamu datang? Kamu lagi masak?" Jasmine mendekat, melihat apa yang tengah pria itu masak, "Kamu masak capcay?" Tanyanya lagi.
"Kebiasaan deh kalau nanya kaya kereta. Aku belum sempat jawab kamu udah nanya lagi," kata Alder. Sebelah tangannya sibuk menggerakkan spatula, terlihat mahir dan luwes untuk ukuran seorang pria.
Jasmine tertawa, "Maaf sayang, aku kaget aja tiba-tiba kamu disini, lagi masak lagi."
"Cieee, udah berani manggil sayang. Sun aku dong," pinta Alder, ia menyodorkan pipinya, namun Jasmine melengos setelah mendorong pipi pria itu.
"Dih, begitu. Sekarang kamu bisa nolak, lihat aja setelah kita nikah nanti. Gak akan aku kasih ampun kamu," Alder kembali melanjutkan kegiatannya, membiarkan Jasmine lolos begitu saja.
"Ok, aku liatin," tantang Jasmine seraya tertawa. Ia mengambil satu buah apel lalu menggigitnya. Tapi sesaat kemudian, ia kembali menyimpan apel itu lalu menghampiri Alder, "Sini aku aja yang masak, kamu tunggu di meja makan aja," katanya.
"No, aku aja yang masak. Aku mau manjain kamu, Kamu aja yang nunggu di meja makan. Pokonya, aku mau manjain kamu hari ini. Dua hari ke depan kita gak akan ketemu, aku pasti kangen banget sama kamu, makanya hari ini aku mau puas-puasin sama kamu."
"Beneran? Emang kamu bisa masak?" Jasmine sedikit memiringkan kepala, menatap wajah Alder yang tengah fokus dengan masakannya.
"Bisa lah, sana tunggu di meja makan. Bentar lagi juga selesai kok," Alder tampak sangat yakin, berbekal pengalaman memasaknya saat ia kuliah di Jerman dulu, Alder yakin Jasmine pasti menyukai masakannya.
Jasmine menurut, ia duduk memperhatikan setiap pergerakan Alder. Pria yang pintar memasak, sungguh mempesona di matanya. Apapun tentang Alder, Jasmine menyukainya, mengaguminya dan menggilainya. Menurutnya, ada nilai plus tersendiri untuk seorang pria yang mahir dengan alat pertempuran para emak di dapur.
Punggung tegak Alder yang bergerak sesuai pergerakan tubuh pria itu membuat Jasmine mengingat masa-masa dulu. Saat ia memperhatikan setiap pergerakan Alder saat bermain basket di lapangan.
Siapa sangka, saat itu Alder pun mencuri-curi pandang pada Jasmine. Cinta memang aneh, pria setampan dan sepopuler Alder bisa jatuh cinta pada gadis gemuk dan kumal seperti Jasmine.
Hanya saja, ancaman yang mengancam keselamatan Jasmine membuat Alder tak cukup berani mengungkapkan perasaannya. Ancaman yang sampai sekarang menjadi misteri.
Alder tak perduli dengan cemoohan orang karena ia mencintai Jasmine, ia hanya tak ingin Jasmine celaka karena dirinya. Karena itu ia memilih diam, namun ternyata, diamnya itu membuatnya kehilangan Jasmine.
"Sayang, kamu melamun?"
Jasmine tersentak, sejak kapan Alder duduk di sampingnya? Apa ia melamun terlalu lama?
"Kamu sudah selesai?" Ia balik bertanya.
Alder mengangguk, "Dari tadi malah. Tapi kamu melamun, ada apa sih? Ada yang mengganggu pikiran kamu? Cerita dong sama aku."
"Aku cuma ingat masa sekolah dulu, aku sering liat kamu main basket, aku suka banget saat kamu main," jawab Jasmine dengan jujur.
"Dan aku suka curi-curi pandang sama kamu, melirik kamu dan memastikan kamu masih di tempatmu untuk melihatku," ucap Alder dengan jujur.
"Masa sih? Kenapa aku bisa gak tahu? Padahal aku gak pernah berpaling liatin kamu," Jasmine menopang dagu dengan sebelah tangan, menatap penuh wajah tampan Alder dan menunggu cerita Alder selanjutnya.
"Kamunya aja yang gak nyadar," sahut Alder.
Jasmine menghela nafas panjang, andai ia bisa mengulang waktu, dan bisa memergoki Alder saat memperhatikannya, mungkin ia akan memilih bertahan meski tertekan dengan hinaan. Setidaknya, perasaan Alder padanya akan menjadi penguat untuknya.
"Sudahlah sayang, jangan ingat-ingat masa lalu. Aku gak mau kamu sedih lagi, mending kita sarapan. Habis sarapan aku bantu kamu packing lalu kita nonton, gimana?"
"Nonton?"
Alder mengangguk, lalu mengusap puncak kepala Jasmine dengan gemas.
"Maksudnya nge-date yah?" Tanya Jasmine lagi.
Alder kembali mengangguk, "Apapun mau kamu hari ini, akan aku kabulkan."
"Nontonnya dimana?"
"Maunya dimana?" Alder balik bertanya. Ia mengusap pipi Jasmine dengan lembut, membuat gadis itu tersenyum begitu manis.
"Di bawah aja gimana? Kan ada bioskop, dari dulu aku gak pernah ngerasain nonton di bioskop. Apalagi sama kamu, mimpi aja kali," Jasmine terkekeh di akhir kalimatnya. Bisa kencan dengan Alder memang hanya ada dalam agenda mimpinya saja. Ia sering mengkhayal, bahwa suatu saat nanti ia bisa kencan dengan Alder seperti pasangan muda yang baru merasakan jatuh cinta.
"Ok, apapun untukmu my princess," kata Alder dengan suara lembutnya.
Jasmine serasa ingin melayang saja mendengarnya. Suara lembut pria itu bak alunan lagu merdu yang mendayu-dayu.
Jantungnya bahkan berdetak tak normal, dadanya berdebar-debar mendengar ucapan Alder. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya, menggelitik dan mengajaknya terbang. Apalagi tatapan pria itu padanya begitu dalam, seperti menyampaikan cinta yang begitu besar. Jasmine benar-benar merasa di cintai dan di inginkan.
"Terima kasih, sayang," ucap Jasmine malu-malu. Pipinya bahkan memerah seperti tomat matang.
Alder terkekeh, kenapa semakin hari Jasmine semakin menggemaskan saja? Apalagi gadis itu sudah jarang bersin-bersin ketika dekat dengannya, sedikit-sedikit bersin anehnya itu berkurang. Dan semoga bisa sembuh sepenuhnya.