Hai, raeder semuanya... Ada yang masih ingat dengan Novel saya yang berjudul "Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku" Nah, di novel ini menceritakan kisah anak-anak mereka ya. Semoga kalian suka 🤗🙏
"Aku tidak mau menikah denganmu!" Tekan Bidan Humayza menatap kesal saat Dokter obgyn itu masih membahas hal yang telah berulang kali ia tolak.
"Hei, apakah kamu kira aku terlalu menggilaimu? Apa yang aku lakukan demi memenuhi keinginanmu ibumu!" balas Dr.Razher Adriyansyah SpOG.
Ya, Humayza Andriani adalah seorang Bidan cantik yang bekerja di sebuah RS swasta. Ia Bekerja di bagian Perinatologi. Namun, terkadang ia juga di tugaskan sebagai Bidan pendamping untuk seorang Dokter spesialis obgyn. Yaitu dr Razher.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? yuk ikuti terus. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan ulasannya ya🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bincang sore keluarga Pak pol
Sore itu Pak Kapolda dan keluarga kecilnya menghabiskan sore sembari menikmati puding coklat buatan Bu DPRS, yaitu dewan perwakilan rumah seisinya.
"Gimana, enak puding buatan Mama?" tanya Mama Zhe pada suami dan kedua anaknya.
"Tentunya buatan Mama sudah tak di ragukan lagi," jawab Azzam masih menikmati makanan lumer tersebut.
"Benar, sekali ni enak banget. Adek dapat resep baru lagi dari Kak Zurra?" tanya Papa Rayy.
"Iya, tadi rencananya Kak Zurra mau kesini bareng Bang Zaf, tetapi katanya nggak jadi, karena Kak Zurra lagi jagain salah satu pasiennya yang di rumah singgah," ungkap Mama.
"Pasiennya yang mana, Ma? Apakah adiknya Fatimah?" tanya Razher sudah mengira.
"Benar. Bude Zurra cerita bahwa mereka hanya tinggal berdua. Kasihan banget mereka," ujar Mama ikut prihatin.
"Bude nggak cerita sama Mama tentang Ibunya Fatimah?"
"Nggak, emangnya ada apa?" tanya Mama penasaran.
"Tadi Al cerita sama aku di RS. Katanya Bude tidak memberinya restu lantaran Fatimah adalah anaknya orang di masalalu Bude."
"Apa! Jadi Alzikri menyukai Fatimah?" tanya Mama terkejut.
"Benar, Ma. Tapi Bude nggak kasih restu."
"Emangnya siapa orang masa lalu Bude kamu?" timpal Papa Rayy ikut kepo dengan percakapan istri dan anaknya.
"Aku tidak tahu persis, Pa. Tapi kalau nggak salah namanya Bu Amel."
"Apa!"
Papa dan Mama hampir bersamaan dalam keterkejutan. Apakah Amel yang di maksud orang yang menghancurkan rumah tangga Zurra dan Rio?
"Kenapa Kak Zurra nggak cerita sama aku ya, Bang?" tanya Mama pada suaminya.
"Mungkin belum, Dek. Dan Kak Zurra memang tidak mau membahas mengenai orang masalalunya.
"Tapi hebat banget ya, bahkan mereka menerima anak-anak Amel dengan baik. Dan aku rasa wajar jika Kak Zurra tidak memberi restu, karena dia masih menaruh rasa trauma."
"Tapi kan tidak semua anak mewarisi dosa orangtuanya, Dek."
"Benar, Ma. Kalau Mama lihat penampilan Fatimah, pasti Mama ikut pangling. Fatimah itu gadis muslimah, Ma. Dia juga menggunakan pakaian tertutup, dan bahkan dia mengenakan niqab," sahut Razher membenarkan ucapan sang Papa.
"Kamu serius? Jangan-jangan kamu salah mengartikan ucapan Al. Toh nyatanya Budemu nggak ada cerita sama Mama?"
"Nggak mungkinlah aku salah dengar, atau salah mengartikan ucapan Al. Sudah jelas Al mengatakan mamanya tidak bisa menerima Fatimah sebagai menantu. Bude hanya ingin menganggap Fatimah dan adiknya sebagai keluarga saja," terang Razher panjang lebar.
"Nggak paham Mama kalau tidak langsung mendengar penjelasan Budemu. Besok Mama pulang praktek mampir ke rumah Bude," jawab wanita yang paling cantik di rumah itu, karena tidak mempunyai saingan.
"Kebetulan aku juga mau bicara serius sama Papa dan Mama," ucap Razher membuat Mama dan Papa saling pandang.
"Bicara apa, Bang?" tanya Papa
Razher menghela nafas pelan, mendadak perasaan nervous menyeruak di dadanya. Ah dasar Dokter payah, baru saja bicara dengan kedua orangtuanya sudah dag dig dug. Bagaimana nanti menghadap kedua calon mertuanya.
"Razher, kok bengong?" tegur Mama menepuk pundak putranya.
"Hah? I-iya. Aku mau bicara...."
"Pasti soal anaknya Pak Imam," celetuk Azzam membuat Razher melotot.
"Anak Pak Imam?" tanya Mama dan Papa serentak.
"Iya, Ma, Pa. Pak Imam supir yayasan Pakde Zaf," jawab Azzam usil sekali membuat sang kakak semakin mati kutu.
"Benar begitu, Raz?" tanya Papa.
Razher tersenyum gaje sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "I-iya, Pa. Aku ingin meminang putrinya Pak Imam. Apakah Mama dan Papa merestui?"
"Kamu sudah punya pacar? Kenapa kamu tidak mengenalkannya pada kami? Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" intrupsi Mama.
Sungguh Razher tidak tahu mau menjawab apa. Kini ia terjebak dengan kata-katanya sendiri. Padahal ia dan Mayza belum mempunyai status hubungan yang jelas. Bagaimana mungkin kedua orangtuanya mau memenuhi permintaannya. Bagaimana jika Mayza menolak?
Nb. Untuk raeder yang rasanya tidak tertarik dengan karya saya ini, tolong jangan di beri like atau komen bila tidak membacanya. Saya ucapkan terima kasih banyak untuk raeder setia saya🙏🤗
Bersambung...
