Apa yang terjadi jika lelaki yang menjadi calon suami melarikan diri bersama sahabatmu sendiri tepat di hari pernikahan ?
Setelah terlambat satu setengah jam dari jadwal akad nikah, akhirnya seseorang menjemput Sabina dari kamar hotelnya untuk menemui lelaki yang baru saja membacakan ijab kabulnya.
Sabina terkejut luar biasa ketika yang berada disana bukanlah Andre yang menjadi kekasihnya selama ini. Melainkan Gibran yang merupakan sahabat dari calon suaminya dan juga kekasih Amanda sahabatnya. Bahkan Minggu lalu Sabina membantu Gibran untuk memilihkan cincin yang akan digunakan Gibran untuk melamar Amanda.
Tapi sekarang cincin pilihannya itu melingkar indah di jari manisnya sendiri, tak ada nama Gibran dalam lingkarannya. Mungkin memang sudah takdir ia terikat dengan lelaki yang tidak mencintainya.
Bagaimana nasib pernikahan yang tak diinginkan keduanya ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeeGorjes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Jatuh Cinta Lagi
Happy reading ❤️
"Apa yang harus aku lakukan ? Aku ingin Andre tapi tak sanggup bila harus kehilangan kamu Gibran," gumam Amanda lirih. Ia kembali mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
Amanda kembali dari lamunannya tentang masa lalu. Ia menatap benda pipih di tangannya.
Amanda kembali melihat diam-diam akun pribadi Gibran. Ia perhatikan satu-satu gambar atau photo yang telah Gibran posting selama ini dan semakin geram saja ketika photo tentang dirinya telah Gibran hapus semua.
Tak ada satupun gambar atau photo yang menyangkut dirinya di laman Instagram Gibran.
Sumpah serapah dan caci maki kembali Amanda lontarkan dari mulutnya hingga ketukan di pintu menyadarkan Amanda.
"Manda, kamu lagi ngapain jam segini di dalam sana?" Tanya Andre parau.
Amanda pun segera melihat jam yang berada di ponselnya menunjukkan pukul 3 pagi. Sudah 2 jam ia berada disana memikirkan Gibran.
Merasa tak ada respon apapun, Andre mengetuk pintu itu lebih kencang lagi.
"Manda cepet ! Gue gak tahan pengen buang air kecil." Ucap Andre sembari menggedor pintu itu.
Amanda pun segera menghapus air matanya dan berusaha menunjukkan wajah cerianya sebelum ia membuka pintu.
"Maaf, Sayang. Aku juga habis buang air kecil," jawab Amanda ketika ia membuka pintu dan berjalan keluar.
Andre tak mempedulikannya, lelaki itu segera masuk untuk menunaikan hajatnya.
***
"Gibran bangun, hari mulai siang. Maaf aku juga terlambat bangun," ucap Sabina seraya mengusap lembut kaki suaminya itu.
Gibran pun membuka matanya dengan perlahan. Wajah polos dan cantik istrinya yang ia lihat pertama kali ketika matanya terbuka dengan sempurna. Dan entah kenapa Gibran senang akan hal itu. Mungkin karena terbiasa dengan beberapa Minggu ini Sabina lah yang pertama kali ia lihat ketika terbangun.
"Selamat pagi, aku tunggu di bawah ya.' ucap Sabina lagi sebelum wanita itu meninggalkannya.
Gibran pun meminum segelas air yang selalu Sabina siapkan untuknya dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hari mulai terang sedangkan ia belum bersiap juga, ia malah terhanyut dalam laman sosial medianya.
Gibran heran banyak sekali komentar yang membanjiri postingannya. Lebih banyak dari biasanya. Seketika ia sadar tadi malam memposting photo Sabina tanpa izin istrinya itu.
"Mati gue !" Gumam Gibran lirih. Terlalu terpesona dengan tawa Sabina hingga ia lancang mempublikasikan gambaran istrinya tanpa izin.
Heran Gibran tak muncul juga, akhirnya Sabina mendatangi kamar suaminya itu. Namun ia semakin terheran ketika melihat Gibran duduk termenung di tepian ranjang hanya dengan handuk terlilit yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Ah maaf," ucap Sabina yang dengan panik membalikkan badannya. Seketika wajahnya terasa panas karena melihat Gibran seperti itu untuk pertama kalinya.
Gibran pun menolehkan wajahnya dan terkejut melihat Sabina berdiri membeku di ambang pintu.
"Kamu gak turun-turun juga jadi aku susul takutnya kamu ketiduran lagi." Ucap Sabina lagi sembari terus membelakangi.
"Ah, aku memang kesiangan." Jawab Gibran sembari berdiri.
"Apa yang bisa aku bantu ?" Tanya Sabina dengan masih membelakangi.
Gibran yang tak sadar Sabina malu akan tampilan dirinya saat ini menjawab "bisa bantu siapkan bajuku ?"
Sabina menganggukkan kepalanya, dan dengan tertunduk malu ia membuka lemari Gibran yang berisi sedikit pakaian karena sebagian besar barang Gibran masih di apartemennya.
Sabina memilihkan kemeja hitam slim fit dengan celana berwarna abu-abu tua dan sebuah celana boxer. Segera saja ia menyodorkan pakaian itu untuk suaminya dan Gibran pun meraihnya.
Sabina hendak beranjak pergi namun Gibran menahan lengannya.
"Tunggu Bina, kita harus bicara." Ucap Gibran dengan wajah sendu khas orang bersalah.
"Kenapa ?" Tanya Sabina sembari melihat ke arah suaminya itu.
"Tapi sebaiknya kamu berpakaian dulu," pipi Sabina kembali merona ketika mengatakan itu.
"Tunggu Bina, aku berbuat salah padamu." Ucap Gibran seraya pergi ke toilet untuk mengenakan pakaiannya dan kembali secepat kilat dengan kemeja yang belum ia kancingkan.
Sabina menarik nafas dalam ketika Gibran telah berdiri tepat di hadapannya dengan otot-otot perut yang terlihat liat dan sedikit berkilat karena keringat. Namun sang pemilik pesona masih tak sadar juga ada wanita yang darahnya tengah berdesir karena ulahnya.
Sabina berinisiatif untuk menutupi apa yang seharusnya tidak ia lihat. Ini pertama kali Sabina berdekatan dengan pria seintim ini.
"Apa yang ingin kamu katakan sama aku?" Tanya Sabina dengan jemari gemetar mengancingkan satu-persatu kemeja suaminya itu dan kepala tertunduk tak berani menatap mata Gibran yang kini tengah memandangnya dengan lekat dari jarak yang begitu dekat. Bahkan hembusan nafas Gibran terasa hangat menerpa puncak kepalanya.
"Aku... Aku mengambil photomu tanpa izin ketika kamu sedang tersenyum tadi malam," ucap Gibran setengah takut.
Sabina mendongakkan kepalanya, balas menatap suaminya itu.
"Dan aku mempostingnya di media sosialku tanpa izinmu," lanjut Gibran.
Sabina terdiam. Tak menjawab tak jua menanggapi. Gibran yakin istrinya itu tengah marah pada dirinya.
"Maaf... Aku benar-benar minta maaf, Bina. Akan aku hapus secepatnya." Ucap Gibran penuh sesal.
"Seharusnya bilang aku, kalau kamu mau ambil photo. Tentunya aku akan berpose agar terlihat lebih langsing lagi," jawab Sabina terkekeh.
"Ka...kamu gak marah ?" Tanya Gibran.
"Hah ? Kenapa aku harus marah? Malah kamu gak pa-pa pajang photo aku? Pasti fans kamu pada cemburu." Tanya Sabina sembari terus mengancingkan kemeja suaminya itu masih dengan jemari bergetar.
"Gak masalah, mereka juga tahu kalau aku udah nikah. Mereka bilang istriku cantik," jelas Gibran.
Sabina dapat mendengar dengan jelas apa yang Gibran ucapkan namun dirinya berusaha acuh tak menanggapi.
Hatinya berdebar hebat ketika Gibran mengatakan 'istriku'.
"Done..." Ujar Sabina ketika ia telah selesai mengancingkan semua kemeja suaminya dan Gibran tidak menyadari itu.
"Ah, terimakasih." Jawab Gibran yang tiba-tiba saja merasa canggung karena ia dan Sabina ternyata berhadapan dengan begitu intimnya.
"Sama-sama," jawab Sabina berusaha bersikap se-biasa mungkin.
"Aku tidak marah Gibran, tidak masalah kok." Sabina berusaha menenangkan suaminya.
"Maafkan aku, Bina. Aku tak akan mengulanginya lagi. Tapi...,"
"Tapi apa ?" Tanya Sabina.
"Mmm....Bolehkah aku menyimpannya? Bolehkah photomu tetap berada di sana ? Di media sosialku ?" Tanya Gibran takut-takut.
"Tentu saja boleh, kalau itu tidak jadi masalah buat kamu dan para pengikutmu." Jawab Sabina.
"Terimakasih," wajah dengan perasaan lega terlihat jelas pada Gibran.
"Sama-sama... Tapi by the way photonya yang mana ?" Tanya Sabina.
"Lihat sendiri saja di IG aku," Jawab Gibran.
"Aku sudah kesiangan, Bina. Tak mungkin aku memperlihatkannya sekarang kecuali nanti malam." Jawab Gibran beralasan.
"Kalau begitu sarapannya kamu bawa aja ke rumah sakit,"
"Boleh," jawab Gibran
***
Sabina mengambil benda pipih yang ia letakkan di atas nakas. Dengan perlahan mengusap layarnya dan membuka akun media sosialnya.
Ini pertama kali Sabina membukanya setelah 2 Minggu berlalu dari pernikahannya.
Segera ia mencari nama Gibran di mesin pencarian dan tak lama nama itu muncul di sana.
Sabina tertawa melihat photonya sendiri, "tuh kan harusnya aku, sedikit miring biar terlihat tirus," decak Sabina.
Ia terus memandangi layar ponselnya, melihat potret dirinya disana. Tak mengerti kenapa Gibran melakukan itu padanya. Kenapa juga Gibran menginginkan photonya tetap berada di sana.
Sabina memejamkan matanya untuk beberapa saat dan mengambil nafas dalam.
"Jangan berpikiran jauh Bina, jangan jatuh cinta lagi. Jangan biarkan dirimu terluka lagi, berdoalah agar Gibran segera menemukan wanita lain yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi, agar kamu bisa segera berpisah darinya," gumam Sabina lirih.
"Jangan jatuh cinta lagi, Bina..." Kini Sabina mulai menitikkan air matanya.
To be continued...
Thank you for reading ❤️
Andre g smp sentuhan fisik intim lho sm Bina
buat pengetahuan untuk diri sendiri banyak pelajaran dalam cerita ini..
tQ Thor idea yang bernas..semoga sentiasa sihat selalu.. tetap menyokong selalu sukses selalu ya Thor..
sebelah aku jg udah bc semua, aku tunggu karya terbarumu thor, semangat berkarya