NovelToon NovelToon
Dilema Dalam Diam

Dilema Dalam Diam

Status: tamat
Genre:Tamat / Pelakor / Romansa
Popularitas:277.4k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Banyak faktor yang membuat pasangan mencari kesenangan dengan mendua. Malini Lestari, wanita itu menjadi korban yang diduakan. Karena perselingkuhan itu, kepercayaan yang selama ini ditanamkan untuk sang suami, Hudda Prasetya, pudar seketika, meskipun sebelumnya tahu suaminya itu memiliki sifat yang baik, bertanggung jawab, dan menjadi satu-satunya pria yang paling diagungkan kesetiaannya.

Bukan karena cinta, Hudda berselingkuh karena terikat oleh sebuah insiden kecelakaan beberapa bulan lalu yang membuatnya terjalin hubungan bersama Yuna, sang istri temannya karena terpaksa. Interaksi itu membuatnya ingin coba-coba menjalin hubungan.

Bagaimana Malini menyikapi masalah perselingkuhan mereka?

***
Baca juga novel kedua saya yang berjudul Noda Dibalik Rupa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diundang Ke Rumah

🌿🌿🌿

Malini keluar dari taksi Donita. Wanita pekerja keras itu tidak menerima bayaran taksinya, ia menolak uang yang diberikan Malini padanya. Selagi mereka berbicara, Hudda menunggu Malini di halaman rumah setelah memarkirkan mobil di bagasi.

"Dah ...." Malini melambaikan tangan dan masuk ke gerbang rumah.

"Siapa? Kamu mengenalinya?" tanya Hudda, berjalan di sampingnya.

"Bukan urusanmu," balas Malini, tajam.

Hudda terus berjalan di samping Malini sampai mereka masuk ke dalam rumah. Malini berjalan ke dapur dan Hudda masih saja mengikutinya sampai membuatnya merasa kesal.

"Kamu tidak punya urusan lain? Jangan mengikutiku seperti anjing yang mengikuti Tuannya," bentak Malini, kesal.

"Aku tahu tadi hanya salah paham. Maafkan aku," ucap Hudda, membujuk dengan memegang kedua tangan Malini.

"Sudahlah. Pergi sana, jangan buat keributan di rumah," balas Malini sambil melepaskan tangannya dari Hudda.

"Lini. Kita perbaiki semuanya, ya? Kita seperti dulu lagi," ucap Hudda, memeluknya dari belakang saat Malini mengambil air di dispenser.

"Bagiku, perselingkuhan tidak bisa ditoleransi. Jika kamu sanggup melakukan itu, berarti kamu sudah sanggup menerima efeknya," kata Malini sambil melepaskan pelukan Hudda dan duduk di bangku meja makan sambil meminum segelas air di tangannya.

Setelah itu, Malini memainkan ponsel, ia menghubungi seseorang dan meminta orang itu datang ke rumah besok. Hudda mengernyit bingung memperhatikannya, masih bingung mengapa Malini menyuruh orang yang tidak diketahuinya itu datang ke rumah.

"Siapa?" tanya Hudda, penasaran.

"Lihat saja besok." Malini berdiri dan berjalan meninggalkan dapur.

Hudda masih berjalan mengikuti Malini sampai mereka berada di kamar. Hudda berdiri di pintu kamar, melihat Malini mengambil selimut dari lemari dan memeluknya. Hudda merentangkan tangan, mencegat istrinya itu keluar dari kamar setelah bisa membaca apa yang akan terjadi berikutnya.

"Tidur di sini. Jangan aneh-aneh," tegur Hudda sambil mendorong pelan tubuh Malini menuju kasur sampai duduk di tepi kasur.

"Aku hanya ingin menenangkan perasaanku. Berikan aku ketenangan untuk berpikir. Sejak hari itu perasaanku kacau, selalu ricuh karenamu. Kali ini saja, aku butuh sendiri. Aku mohon."

Malini menyatukan tangan, memohon padanya dengan volume suara pelan.

Hudda menarik tangan dari kedua bahu Malini dan menepi dari hadapannya. Malini berdiri dan berjalan keluar dari kamar dengan Hudda yang memperhatikannya dengan raut wajah sedih. Bukannya semakin membaik, ia merasa hubungan mereka semakin kacau.

Di tengah malam, Hudda keluar kamar bersama gelas kosong di tangannya, ia menuruni tangga dalam balutan tubuh memakai pakaian tidur warna merah. Suara Malini dari kamar ruang tamu menarik perhatiannya, ia mendengar suara tawa ringan Malini yang terdengar bahagia. Hudda mengubah arah tujuannya, ia berjalan mendekati pintu kamar tamu, perlahan membuka pintu dan melihat istrinya itu sedang berbicara bersama seseorang melalui sambungan telepon dengan posisi tubuh telungkup di atas kasur mengarah ke pintu. Tapi, Malini tidak menyadari keberadaannya.

"Sudah tengah malam. Besok kita lanjut ngobrolnya. Rangga, jangan lupa janjimu untuk mentraktir kami. Terima kasih sudah menghiburku. Dah …." Malini memutuskan sambungan telepon.

Hudda berjalan masuk dalam kecemburuan, ia mengambil ponsel itu dan memeriksa sambungan telepon terakhir yang berasal dari Rangga.

"Apa pantas berbicara sampai selarut ini bersama pria lain?" protes Hudda, cemburu.

"Tidur sana. Sudah malam." Malini mengabaikannya dan malah beralih posisi membaringkan tubuh dengan posisi telentang sambil menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Mengabaikan ku? Ini kebiasaanmu. Sesekali dengarkan aku," ucap Hudda, emosi.

"Kalau kamu tidak tahu apa pun, lebih baik diam. Jangan asal tuduh. Bisanya hanya menuduh," balas Malini dengan menyampingkan tubuh, membelakangi keberadaan Hudda.

"Itu wajar, Lini. Suami mana yang tidak akan … akan cemburu melihat istrinya berbicara sampai larut malam bersama pria lain? Itu karena aku mencintaimu," ucap Hudda.

"Cinta. Jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan selingkuh."

Hudda meletakkan gelas yang ada di tangannya ke atas meja. Lalu, membaringkan tubuh di belakang Malini, memeluk erat tubuh istrinya itu dari belakang. Malini menggerakkan tubuh seperti perahu yang oleng kanan dan kiri agar Hudda melepaskan dekapan yang membuatnya kesal itu.

Setelah berusaha beberapa menit, Malini memilih pasrah. Tubuhnya diam dalam dekapan Hudda, ia tidak peduli dengan keberadaan suaminya itu dan memejamkan mata untuk tidur. Pelukan erat Hudda meregang, ia memasukkan tubuh dalam selimut yang sama dan membelai rambut Malini dengan gerak tangan lembut.

***

Malini membuka mata, ia melihat Hudda berada di sampingnya dengan tangan mendekap tubuhnya. Raut wajah polos Hudda yang tengah tidur membuatnya tidak tega untuk berpisah, mengingat ia juga mencintai pria itu. Namun, sikap Hudda benar-benar berada di luar jalur prinsipnya. Hatinya terasa sakit mengingat pria itu sempat menduakannya.

Perlahan Malini menarik tubuhnya dari Hudda, bangkit dari kasur, dan keluar dari kamar.

Setelah menutup pintu kamar itu, kaki Malini berhenti bergerak untuk melangkah setelah melihat Tanum berdiri memperhatikannya.

"Ibuk baik-baik saja?" tanya Tanum.

"Iya. Anak-anak sudah berangkat sekolah? Aku kesiangan," kata Malini, mengalihkan pembicaraan agar tidak membahas topik tentangnya dan Hudda.

"Sudah. Tadi Buk Nitami menghubungiku, dia bilang nomor Ibuk dan Pak Hudda tidak aktif. Dia bilang kalau d--," dipotong.

"Bik, tolong buatkan aku teh. Buatkan untuknya juga," kata Malini dan lanjut berjalan menuju kamar atas.

Tanum sedikit membuka pintu kamar tamu. Baru ia sadar kalau Malini dan Hudda tidur di kamar itu semalam setelah melihat majikan prianya itu sedang tidur nyenyak di atas kasur. Tanum menjadi bingung, mengapa mereka malah tidur bersama di kamar itu jika mereka bertengkar? Biasanya alasan seseorang meninggalkan kamar utama adalah untuk menghindar pasangannya saat mereka sedang bertengkar, ini malah tetap bersama. Tapi, ekspresi Malini pagi ini sudah membuatnya yakin kalau mereka tidak baik-baik saja.

Ketika sedang membuat teh panas di dapur, Tanum mendengar suara bel pintu berbunyi. Ia mematikan kompor dan bergegas keluar dapur, berjalan menuju pintu dan membuka pintu utama rumah itu dengan bibir tersenyum mengingat orang yang datang adalah Nitami dan Adi. Namun, senyuman di bibirnya memudar dan berubah bingung melihat seorang pria dalam setelan jas hitam dan kemeja putih bersama tangan memegang tas kerja berdiri di depan pintu.

"Buk Malini ada?" tanya pria itu.

"A-ada. Silakan masuk," ajak Tanum menuju sofa ruang tamu. "Tunggu sebentar," ucap Tanum dan lanjut berjalan ke dapur untuk membuat teh.

Tidak hanya dua gelas teh panas, Tanum menambah satu gelas teh lagi dan di letakkan di atas nampan yang sama. Ia menyuguhkan segelas teh ke hadapan pria itu dan bergerak akan membawa selebihnya ke atas sambil memberitahu Malini mengenai pria itu. Tapi, langkahnya berhenti setelah menaiki dua anak tangga setelah melihat wanita yang ingin ditemuinya sudah bergerak menuruni tangga.

"Buk ...." Tanum berbicara sambil menoleh ke belakang, mengarahkan mata kepada pria yang duduk membelakangi keberadaan mereka.

Malini tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Taruh saja teh punyaku di meja. Lalu, antar yang satunya untuk Hudda di kamar tamu," ucap Malini.

"Iya."

Setelah Tanum berjalan memasuki kamar tamu, Malini berjalan mendekati pria itu dan duduk di sampingnya dengan bibir tersenyum. Sejenak pria itu diam memperhatikannya, terpesona dengan kecantikan seorang Malini yang sudah lama tidak ditemuinya itu.

"Nanda. Sudah lama tidak bertemu. Setelah tahu kamu ada di sini, aku langsung menghubungimu. Maaf jika aku merepotkan mu," ucap Malini kepada pria itu yang merupakan salah satu temannya yang berasal dari lembaga hukum, yaitu seorang pengacara.

Randa Nandawira, pria berusia 30 tahun itu teman satu kampus Malini dan Hudda. Pria berkulit sawo matang dan bertubuh jangkung itu sempat menyukai Malini zaman kuliah dulu, mungkin sampai sekarang.

"Tidak apa-apa. Kenapa kamu menyuruhku ke sini? Kamu tahu, ini mengejutkan bagiku. Semua baik-baik saja, kan?" tanya Nanda, penasaran.

"Nanda? Kamu di sini?" tanya Hudda sambil berjalan mendekati mereka setelah keluar dari kamar tamu.

Nanda berdiri dan menjabat tangan Hudda yang lebih dulu menyodorkan tangan padanya. Setelah itu, mereka sama-sama duduk dengan posisi Malini di tengah-tengah.

"Kenapa ke sini? Tumben," tanya Hudda, tersenyum senang.

"Malini yang menyuruhku ke sini. Kebetulan aku di sini dan tinggal tidak terlalu jauh dari sini," terang Nanda.

"Aku mengundang Nanda ke sini untuk mengurus perceraian kita. Kamu juga temanku, kamu tidak boleh hanya mendengarnya dan disuap olehnya untuk menghindar menjadi pengacaraku," kata Malini berbicara dengan berani tanpa peduli bagaimana ekspresi Hudda yang ada di sisi kanannya.

Senyuman di bibir kedua pria itu spontan menghilang. Mereka kompak menoleh menatap Malini tanpa kedip dengan raut wajah tertegun kaget. Malini mengarahkan pandangan kepada Hudda setelah melihat Nanda menujukan mata kepada Hudda dengan raut wajah tidak enak hati.

1
sekarasih natalina
maaf ya saran aja ceritanya terlalu berbelit belit, dan terlalu byk intrik kyk sinetron ikan terbang
Konny Rianty
Alhamdulillah "" Akhir yg Bahagiaa"" Makasih Thorrrr....
Konny Rianty
Jangan lh" mdh² an Malini berjodoh lagi sm Huda"" kasian anak² Thorrr"" bongkar kebusukan Siska" Mdh² an Malini& Hudda kembali bersatu lagi Thorrr'" Ciannnn Anak- Anak...
Konny Rianty
Thorrr" bikin kedok Rangga& Siska terbongkar Thorrr"" Satu kan lagi Lini& Yuda " Kasian Anak- Anak
Sila Silawatidewi
fuj
yuyunn 2706
ya ampun Malini ini namanya tantangan utk cerai,jgn Krn anak hrga dirimu terinjak
yuyunn 2706
hebat Malini,sabarnya seluas samudra
yuyunn 2706
letoy amat Malini didorong smpe jatoh,balaslah dorong lagi
pipi gemoy
Rangga 🌹
pipi gemoy
karakter hudda 👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼
pipi gemoy
🌹👻
Jeni Safitri
Koq ceritanya rasa menggantung gini ya, itu suara wanita di telp suara siapa apakah masih ada pelakor lagi atau siska masih hidup atau saudara siska tuntut balas mengantung rasanya
Jeni Safitri
Apakah dion yg berkhianat krn diancam siska
Jeni Safitri
Ck.. Menghukum koq ttp menikahi siska yg ada masuk jurang lebih dlm
Jeni Safitri
Kakau bisa yidha juga di oenjara krn menutupi kejahatan sama aja ikut dlm.kerjasama
Jeni Safitri
Laki" kalau lemah dan tidak tegas ini akibatnya gampang di recoki pelakor
Jeni Safitri
Katanya ngak cinta tapi lgsg ngercep kasih oerhatian ke yuna, malini goblok mau aja di bodoh"in
Jeni Safitri
Ini lah makanya kalau ngak hati" dlm. Beeteman krn banyak teman yg membawa kehanvuran buat kita krn mrk merasa iri dengki melihat mesuksesan kita
Jeni Safitri
Mampus kamu malini emang enak di kerjain, makanya jadi wanita harus tegas kalau ngak sanggup suami selingkuh diam aja jangan cari" bukti, tapi cari bumti berarti siap utk pisah jangan diam aja akhirnya diam mu di manfaatkan org" gila
Jeni Safitri
Lihatlah malini betapa ngak ada hargadirinya kamu di mata dia krn itu mulutnya lemes mengatakan kakau sakit kenapa bertahan, masih aja kamu ngak mau pergi dari sisinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!