Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 34: Tidak Akan Menyentuh
Di halaman Istana Changsun yang bunga-bunganya sedang mekar dan rerumputan menghijau, Li Fengran sedang duduk menikmati bulan purnama sambil minum teh dan makan camilan. Xiang Wan duduk di sampingnya, memakan camilan manis yang ia minta dari bagian dapur.
“Apakah ayah sudah pergi?” tanya Li Fengran. Satu-satunya pertemuannya dengan ‘ayah angkatnya’ adalah di perjamuan hari itu.
“Tuan Besar sudah pulang dua hari yang lalu. Dia mempercepat jadwal kepulangannya karena Nona Besar Li Shiyu,” ucap Xiang Wan.
“Apakah karena desas-desus yang menyebar di ibukota akhir-akhir ini?”
“Mungkin. Hanya saja, sanksi sosial yang diterima Nona Shiyu benar-benar besar. Banyak orang melemparinya sayuran dan buah-buahan busuk sampai membuatnya terkurung di kediaman.”
Li Fengran menghela napasnya pelan. Sebetulnya, tidak harus sampai seperti itu. Permasalahannya bisa saja selesai jika Li Shiyu bertobat dan minta maaf padanya. Tapi, Li Yan sendiri yang membeberkan masalah keluarganya sampai semua orang tahu dan membiarkan desas-desusnya menyebar ke ibukota.
Tampaknya, Li Yan sudah bertekad memutus harapan dan keinginan putri kandungnya yang tercela itu. Dia membiarkan dirinya menjadi sasaran dan merusak reputasi keluarganya sendiri hanya agar Li Fengran tidak mendapat masalah lain. Jika dipikirkan, Li Yan benar-benar rela melakukan apa saja demi menebus rasa bersalahnya.
“Nona, Tuan Besar pernah datang kemari pada hari perjamuan itu. Dia memberiku sepucuk surat untukmu,” Xiang Wan tiba-tiba teringat. “Aku akan mengambilkannya untukmu.”
Pelayan itu berlari ke dalam istana dan muncul beberapa saat kemudian dengan sepucuk surat di tangannya. Begitu Li Fengran membacanya, dahinya mengernyit. Ayahnya mengatakan bahwa bukan Li Shiyu yang menyuruh orang untuk membuangnya malam itu dan menyuruhnya berhati-hati.
Jika bukan Li Shiyu, siapa lagi yang berani? Mungkinkah ada orang lain yang juga berusaha mencelakainya?
Tapi, dia tidak bisa menemukan siapapun untuk dipikirkan.
Li Fengran meletakkan suratnya ketika tiba-tiba sosok Nangong Zirui melintas dalam benaknya. Ah, benar. Hari ini adalah hari pengangkatan Ratu Donghao yang baru. Nangong Zirui pasti sedang berada di tempat Shen Lihua sekarang dan sebagai Pemangku Pedang, Li Fengran tidak mencampuri urusan haremnya.
Seharusnya itu menjadi hal yang membahagiakan karena dia bisa terhindar dari mata jahil dan kelicikan Nangong Zirui yang terus mengerjainya dengan memberikan pekerjaan tambahan. Tapi, entah kenapa justru ada bagian lain di sudut tersembunyi di dalam hatinya yang tidak senang.
Li Fengran segera menepis jauh-jauh ketidaksenangan itu dengan minum tehnya sebanyak-banyaknya. Xiang Wan sampai terkejut dan hendak merebut tekonya, namun Li Fengran mempertahankannya di tangannya dengan erat. “Nona, kamu bisa kembung jika terus meminumnya!”
“Jangan hentikan aku!”
Gadis itu hendak meminumnya lagi, tapi sebuah tangan putih yang halus merebutnya dari belakang. Refleks dia mengikuti arah datangnya tangan itu, matanya berkedip beberapa kali sambil mengernyit. Sosok yang dia lihat ini, apakah sesosok hantu gentayangan yang menyamar menjadi pria tampan?
“Orang lain mabuk setelah minum anggur. Kamu malah ingin mabuk dengan seteko teh? Selera Pemangku Pedangku memang unik.”
Nangong Zirui terkekeh sambil menaruh kembali teko di atas meja. Xiang Wan tahu diri dan segera mundur beberapa meter ke belakang bersama Wang Bi. Mereka memberikan ruang kepada Raja dan Pemangku Pedang, membiarkan mereka bicara di bawah cahaya perak bulan purnama.
“Yang Mulia, mengapa kamu di sini? Bukankah Yang Mulia seharusnya berada di Istana Linghua bersama ratumu?”
“Apakah kamu mengharapkan aku ada di sana?”
Pertanyaannya ambigu dan Li Fengran tidak tahu harus menjawab apa. Nangong Zirui terkekeh. Dia mengambil satu cangkir yang belum terpakai dan menuangkan teh di atasnya lalu meminumnya. Li Fengran menatapnya penuh curiga seakan-akan Nangong Zirui baru saja melakukan kejahatan.
“Jika aku bertahan sedikit lebih lama di tempat itu, aku benar-benar akan masuk perangkap. Coba pikirkan, bukankah Raja ini begitu pandai mengendalikan diri dan tidak membiarkan orang lain merusak kesuciannya?”
“Memangnya apa yang dia rencanakan? Apakah dia menaruh afrodisiak di minumanmu?”
“Mulutmu memang harus diberi saringan.”
“Yang Mulia, kamu tidak tahu cara memperlakukan wanita. Jika dia memberimu afrodisiak, maka dia harus bertanggungjawab melayanimu.”
Ekspresi Nangong Zirui berubah suram dan sulit diartikan. Atmosfer di taman istana perlahan ikut menyamainya. Li Fengran sadar dirinya telah membuat kesalahan. Dia menatap Nangong Zirui yang suram namun tampak tenang. Astaga, situasi ini justru malah membuat pria itu semakin menawan!
“Xiao Feng, apakah kamu akan memberikan dirimu pada seseorang yang tidak kamu sukai?”
“Tentu saja tidak.”
“Aku juga. Aku tidak akan menyentuh wanita yang tidak aku cintai.”
Sederhana, tapi itu cukup membuat jantung Li Fengran hampir melompat keluar. Pipinya memanas dan dia meminum banyak teh untuk meredakan panasnya. Perkataan Nangong Zirui jelas memberitahunya bahwa orang yang dia suka tidak ada di Istana Belakang, tidak satupun dari ratu dan kedua selirnya.
Di belakang, Xiang Wan dengan berani bertanya pada Wang Bi, “Kasim Wang, apa maksud dari perkataan Yang Mulia?”
Wang Bi berdecak. “Kamu pelayan kecil ini! Jika kamu tidak pintar, tuanmu cepat lambat akan dapat masalah.”
Wang Bi menatap rajanya sambil tersenyum. Dia tahu seberapa keras usaha Nangong Zirui memuntahkan kembali anggur yang ia minum di Istana Linghua setelah keluar dari sana. Rajanya tahu Ratu akan melakukan trik untuk mengikatnya, jadi dia bekerja sama dengan pura-pura tidak tahu, lalu pergi dari sana secepat mungkin.
Dari semua istana, tempat yang ia tuju justru malah Istana Changsun. Bukankah ini sudah sangat jelas menunjukkan kepada siapa hatinya ingin diberikan?
Hanya saja, rajanya ini bukan orang yang mudah larut dalam perasaan dan dikendalikan hasrat. Dia tidak akan jatuh pada orang itu sebelum benar-benar memastikan perasaannya. Wang Bi rasa, sekarang rajanya sedang dalam tahap meyakinkan diri.
“Jika Nona mendapat masalah, bukankah Yang Mulia akan membantunya?”
“Diamlah. Jangan mengganggu kesenangan Yang Mulia.”
Nangong Zirui kini menatap bulan purnama di angkasa. Musim semi tahun ini, rasanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tatapannya kemudian tanpa sengaja menangkap sepucuk surat yang masih tergeletak di meja dekat cangkir Li Fengran.
“Apa Li Yan yang memberimu surat?” tanyanya.
Li Fengran mengangguk.
“Apa yang dia katakan?”
“Ayah berkata bahwa orang yang ingin meracuniku lebih banyak dan membuatku hampir mati kemudian ingin membuangku malam itu bukanlah Li Shiyu, dan dia menyuruhku berhati-hati.”
“Itu mungkin saja. Aku rasa Li Shiyu juga tidak punya koneksi yang bisa menjadi kaki tangannya di istana ini.”
“Maka, pelakunya pasti orang lain. Dia bisa menyusup masuk dan bergerak di istana, itu berarti dia punya kemampuan.”
“Kamu benar. Xiao Feng, aku akan membantumu mencari tahu, tapi sebelum itu, kamu harus membantuku terlebih dahulu.”
“Yang Mulia, aku ini Pemangku Pedangmu. Sejak kapan kamu harus meminta izin padaku untuk memberiku pekerjaan?”
Li Fengran teringat akan pembalasan dendam diam-diam yang dilakukan Nangong Zirui padanya akhir-akhir ini. Sikap raja yang satu ini sangat labil dan sulit ditebak, suasana hatinya juga berubah tanpa bisa diprediksi. Jika saja dia tidak disibukkan dengan urusan Ratu dan perjamuan, Li Fengran mungkin sudah habis menjadi bulan-bulanannya.
Tapi, ada hal lain yang membuat Li Fengran merasakan sisi lain dari Nangong Zirui. Pria ini, mesksi terlihat kejam dan menyebalkan, dia punya hati yang baik. Dia punya belas kasih dan punya kecenderungan melindungi orang-orang terdekatnya.
Agaknya, sisi inilah yang tidak diketahui orang lain sehingga mereka memandangnya hanya fokus pada pengambilan kembali kekuasaan empat wilayah. Sebetulnya, tidak selalu seperti itu. Ada saat ketika Nangong Zirui menjadi dirinya sendiri, melepaskan topeng sebagai sosok raja dominan.
Nangong Zirui hanya terkekeh. Ia sudah sangat terbiasa padanya.
“Pergilah ke Beichuan bersama Mo Wei untuk mengawasi penyaluran bantuan bencana,” ucapnya.
“Aku kira Yang Mulia sudah mengatasinya, ternyata belum? Bagaimana rakyat korban bencana banjir di sana bisa bertahan?” Li Fengran membelalakkan matanya.
“Otoritas Beichuan sudah lebih dulu mengirimkan bantuan. Kemarin setelah selesai perjamuan, aku meminta Su Ren melaporkan situasinya.”
“Mengapa Yang Mulia ingin aku sendiri yang mengawasinya? Bukankah Mo Wei saja sudah cukup? Lalu apa gunanya Menteri Sosial yang setiap hari mendebatmu itu?”
“Karena kamu punya banyak akal. Benih kekacauan sudah mulai bertunas, aku bisa tenang jika kamu ikut mengawasinya.”
“Apakah Beichuan jauh?”
“Tidak.”
“Dekat?”
“Tidak juga.”
“Yang benar yang mana?”
“Sedang-sedang saja.”
“Yang Mulia, bicara yang benar!”
“Baiklah. Hanya dua hari perjalanan sudah cukup.”
“Aku menerima perintah.”
Lumayan, tidak terlalu lama. Li Fengran tidak akan protes perihal alasan perjalanan yang begitu lama seperti ini. Nangong Zirui pasti ingin ia melakukan sesuatu yang berguna untuknya, jadi dia menempatkannya dalam penyaluran bantuan. Baiklah, Li Fengran sekalian ingin melihat dunia di luar istana dan ingin tahu sebenarnya seperti apa Beichuan yang sebenarnya.
“Xiao Feng, ingatlah untuk selalu berhati-hati.”
“Aku tahu. Yang Mulia, apakah kedatanganmu kemari diketahui orang lain?”
“Selain Wang Bi, tidak ada lagi.”
“Baguslah.”
“Kamu takut mereka akan mencari perhitungan denganmu?”
“Hanya khawatir. Kamu tahu sendiri betapa cemburuannya para istrimu itu.”
“Tidak akan. Aku yang akan menangani mereka.”