NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Marvel kecil berdiri kaku di balik pintu kamarnya, menahan napas. Dari celah tipis, ia melihat ibunya, Anita Rosell, berdiri dengan wajah sembab, tubuh gemetar, dan mata merah karena menangis.

“Regi ….” suaranya bergetar, parau, “Kamu pulang setiap malam penuh darah, penuh luka. Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di luar sana?”

Reginald Maverick tertawa pendek. Wajahnya lebam, bibirnya robek, jasnya ternoda darah segar. “Aku lakukan semua ini demi kita. Demi kamu dan anak kita.”

Anita menatapnya dengan mata merah, penuh kebencian. Satu air mata jatuh menetes di pipinya. “Keluarga? Kamu menyebut ini demi keluarga, sementara kamu menghabiskan malam dengan perempuan lain? Berapa banyak wanita yang kamu bawa masuk ke ranjangmu, Reginald?!”

Reginald membeku sejenak, lalu tertawa pendek, dingin dan penuh ejekan. “Kalau pun benar, apa salahnya? Aku pria. Aku berhak, dan mereka bukan kamu, Anita. Mereka tidak mengeluh, tidak menghalangi pekerjaanku.”

“Bajingan!” Anita menjerit, air matanya mengalir deras. “Kau bukan hanya penjahat, kau juga pengkhianat!” Tangannya menghantam meja, gelas-gelas berhamburan pecah di lantai.

Reginald maju selangkah, mencengkeram lengan istrinya, wajahnya mendekat, penuh amarah. “Ingat, Anita. Kamu milikku. Selamanya. Tak ada yang bisa menyelamatkanmu dariku.”

Tiba-tiba—

Dor!

Suara tembakan memecah udara. Marvel kecil menutup mulutnya rapat-rapat, matanya membelalak, tubuhnya gemetar hebat.

Anita menjerit, spontan berlari ke arah pintu kamar. Saat membuka pintu, ia terhenti sejenak. Sepasang mata kecil yang ketakutan menatapnya dari kegelapan.

“Marvel…” suaranya parau, tersendat oleh isakan. Dengan cepat ia meraih anak itu, mendekapnya erat. “Jangan lihat, jangan dengar apa-apa…”

Tanpa berpikir panjang, Anita menarik tangan Marvel, menyeretnya keluar kamar. Suara langkah Reginald masih terdengar berat dan mengancam dari belakang, disertai teriakan murka yang menggema.

“Anita! Kamu tidak akan pernah bisa pergi dariku!”

Marvel terbangun dengan napas terengah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Dadanya naik-turun tidak terkendali, seolah suara tembakan itu masih menggema di telinganya.

Tubuhnya terlonjak sedikit, membuat ranjang berguncang. Maura yang sejak tadi tidur dengan gelisah ikut terbangun, mengerjap perlahan sambil memicingkan mata ke arahnya.

“Marvel ….” panggilnya lirih dengan suara serak.

Alih-alih menjawab, Marvel justru mendadak bangkit dari ranjang. Ia duduk di tepi tempat tidur, menunduk, kedua tangannya menekan rambutnya sendiri. Nafasnya kasar, wajahnya diliputi kemarahan yang tak jelas.

“Kamu tidak apa-apa?” Suara Maura kembali terdengar.

Pandangan Marvel jatuh pada wajah wanita itu. Tenang. Damai. Bisa-bisanya dia tidur tanpa beban.

“Bagaimana kamu bisa tidur selelap itu?” suaranya rendah tapi sarat kemarahan. “Sementara saya bahkan tidak bisa bernapas dengan normal!”

Maura terperanjat, buru-buru bangkit duduk. “Apa maksud kamu? Aku hanya—”

“Diam, Maura!” Marvel membentak. Ia bangkit berdiri, langkahnya mondar-mandir di kamar. “Saya benci melihatmu tenang-tenang saja, seakan semua baik-baik saja. Kamu tidur, bermimpi indah … sementara kepalaku penuh neraka!”

Marvel menggeram rendah, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menunduk, mencoba menenangkan diri, tetapi justru semakin sulit. Pandangannya beralih lagi ke Maura yang masih duduk di ranjang dengan wajah bingung dan takut.

Semalam mereka memang bertengkar, tetapi seperti biasa, masalah akan selesai ketika diatas ranjang. Setelah itu semua baik-baik saja. Ia tidur lelap karena kelelahan, lalu apa yang salah?

Maura benar-benar tidak habis pikir.

“Saya benci tatapanmu itu,” ucap Marvel, suara rendah menahan amarah. “Tatapan kasihan seolah saya ini orang gila. Oh, atau kamu justru senang melihat saya seperti ini?”

Maura terdiam. Kedua tangannya menggenggam erat selimut di pangkuannya. Ia ingin membela diri, tetapi tidak ingin membuat Marvel semakin marah.

Namun, saat Marvel mendekat, mencengkeram dagunya kasar, rasa sakit dan keterhinaannya tidak bisa ia tahan lagi.

“Pergilah ke neraka, brengsek!” Ia menatapnya nyalang tanpa sedikit pun rasa takut. “Tiba-tiba marah dan memperlakukanku seperti ini. Kamu gila? Apa sebenarnya yang ada di kepalamu!”

Teriakan menantang itu membuat Marvel berhenti sejenak. Matanya menyipit, nafasnya memburu. Ada kilatan liar di sana. Jemarinya semakin menekan dagu itu hingga Maura meringis pelan.

Tiba-tiba marvel mundur 01.00 langkah dan melepaskan cengkramannya begitu saja. Seperti sedang berperang dengan pikirannya sendiri, ia tampak kacau. Tanpa kata lagi, ia berbalik dan melangkah cepat keluar kamar. Pintu berderit saat didorong kasar, meninggalkan Maura yang masih duduk terpaku dengan jantung berdetak kencang.

“Ish, dasar gila! Malam-malam buat senam jantung aja!”

**”

Koridor rumah itu sunyi. Marvel berjalan tanpa arah, langkahnya berat. Ia berhenti di ruang tamu, menyalakan lampu redup, lalu menjatuhkan diri ke sofa. Tangan gemetar merogoh saku, menemukan sebungkus rokok, menyalakan satu batang, dan menghisapnya dalam-dalam.

Asap putih memenuhi paru-parunya, tetapi tidak juga meredakan sesak di dadanya. Kepalanya penuh gema suara Anita, tangisan, teriakan, dan ledakan pistol. Semuanya berputar-putar tanpa henti seakan semua itu bukan mimpi.

Tangannya bergetar saat memegang rokok. Ia menunduk menekan pelipisnya. “Sialan…” desisnya lirih, hampir tak terdengar.

Sudah bertahun-tahun sejak mimpi buruk itu lenyap, dan sekarang kembali lagi hanya karena jalang sialan itu menyinggung soal ibunya. Itulah kenapa Marvel selalu menghindari topik soal keluarga, dan ia benci siapa pun yang membahas keluarganya.

Dari balik pintu kamar, Maura muncul. Langkahnya ragu-ragu, tetapi ia tidak bisa diam begitu saja. Dilihatnya Marvel duduk dengan bahu lebar yang tegang, wajahnya tersembunyi di balik asap rokok.

Walaupun sebenarnya tidak perduli tetapi entah kenapa ia merasa khawatir.

“Marvel…” panggilnya pelan.

Pria itu menoleh setengah dengan matanya tajam. “Kembali ke kamar,” perintahnya.

“Aku hanya ingin—”

“Saya bilang kembali ke kamar!” suaranya membentak keras, membuat Maura terhenti di ambang pintu.

Namun, kali ini Maura tidak langsung menurut meski jantungnya berdegup kencang. Ia mengangkat dagu sedikit untuk memupuk keberaniannya.

“Kamu pikir aku mau repot melawan amarahmu? Tidak. Aku hanya heran … sampai kapan kau berpura-pura kuat dengan cara menghancurkan dirimu sendiri?” Dulu saat awal-awal mengenal marvel, ia sering melihat pria itu bangun di tengah malam karena mimpi buruk. Maura yakin mimpi itu sangat buruk hingga membuat Marvell berakhir terkapar karena pengaruh alkohol.

Marvel terdiam. Wajahnya menegang, matanya berkilat marah. Rokok di tangannya hampir habis. Ia menjepitnya di asbak, mematikan bara dengan tekanan keras. Lalu ia berdiri, berjalan mendekat ke arah Maura.

“Berhenti sok paham tentang saya,” ucapnya pelan dengan nada dingin. Tatapannya menusuk, cukup untuk membuat bulu kuduk Maura meremang. Lalu, tanpa menunggu jawaban, ia mencondongkan tubuh sedikit, suara rendah namun penuh perintah, “Kembalilah ke kamar … dan lepaskan bajumu. Sekarang.”

Maura terdiam, jantungnya berdegup kencang, matanya membelalak.

Lagi? Jadi si brengsek itu membangunkannya tengah malam hanya untuk ini?

1
Hennyy Handriani
Makin kesini alur nya makin bangus dan makin penasaran..semangat kk buat up nya💪
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!