Cintanya pada sang istri. Celia memilih berselingkuh dengan pria lain karena tidak tahan dengan profesinya sebagai seorang tentara yang terkadang harus pergi memenuhi tugas negara demi menjaga Ibu Pertiwi.
Dengan teganya sang istri telah meninggalkan putri kecilnya yang masih berusia kurang dari tiga tahun. Kalut dan hancur ia rasakan saat itu, saat melihat buah hati kecilnya kehausan dan kelaparan karena Mamanya meninggalkannya begitu saja.
//
Hatinya terasa begitu sakit saat ia tidak tau harus membeli susu apa yang terbaik bagi putrinya dan saat itu dirinya bertemu dengan seorang wanita yang tengah duduk sendiri di tepi jalan, sedang menangis.
"Maaf.. boleh saya duduk disini?"
Wanita itu segera menghapus air matanya dan melihat sosok batita yang ada dalam gendongan.
"Silakan Pak..!!"
( Skip jika tidak tahan konflik. Jika terganggu dengan setiap hadirnya novel baru NaraY.. tolong jangan mampir. Terima kasih banyak 🙏 )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Kapten Armayudha kalap.
Harap kebijakan dalam membaca..!!
🌹🌹🌹
Rhena semakin gemetar. Ingin sekali rasanya membunuh Bang Arma tapi ada batin yang tidak ia mengerti. Ia menurunkan pistol tersebut.
"Pergilah.. aku membencimu, sangat membencimu. Hal yang paling kusesali di dunia ini adalah pernah mencintaimu. Kita sudah bercerai, di antara kita tidak ada hubungan apa-apa lagi..!!" Pekik Rhena.
Samar terdengar suara Rhena dari lapak loundry tapi para karyawan tak merespon karena Rhena sudah biasa histeris jika sudah menonton Drakor.
Bang Arma memegang kedua bahu Rhena agar Rhena mau mendengar. "Apa saya pernah mengucap talak di hadapanmu? Pernah kamu dengar????"
"Rhena nggak mau hidup dengan pembunuh Ayah..!!!"
"Katakan di hatimu tidak ada saya..!!" Perintah Bang Arma.
"Tidak ada, di hatiku sudah ada pria lain." Alasan Rhena kemudian memalingkan wajahnya. "Temui istrimu, aku bukan istrimu lagi."
"Istri?? Kamu lupa rasanya menjadi istri Armayudha??"
Rhena berlari masuk ke dalam kamar dan Bang Arma dengan langkahnya yamg besar dengan cepat menyusul Rhena.
"Keluar..!!!"
"Hampir tiga tahun saya mencarimu, berharap kita bisa bicara dari hati ke hati tentang permasalahan kita. Kalau saya tidak cinta sama kamu, saya tidak akan sampai seperti ini Rhena." Kata Bang Arma.
"Aku nggak mau, aku membencimuuu..!!"
Bang Arma sudah gelap mata. Dirinya tak tau lagi bagaimana cara membujuk Rhena, di sisi lain rasa rindunya sudah membuncah. Secepatnya Bang Arma menutup pintu kamar dan mengantongi kuncinya.
"Mau apa??" Tanya Rhena mundur sampai ke tepi ranjang.
Bang Arma membuka sepatu, kemudian seragam luar beserta kaosnya. Tubuh itu sudah lama tidak menjamah dan tersentuh hangatnya tubuh seorang wanita.
"Keluar Mas..!! Kita sudah berpisah..!!" Kata Rhena sudah berusaha menganggap Bang Arma orang lain. Sapaan itu pun berubah.
"Kamu benar-benar menguji emosi saya. Jika kelembutan tidak bisa menyelesaikan semua, mungkin sedikit keras akan menyelesaikan masalah kita..!!" Bang Arma melonggarkan ikat pinggang dan naik ke atas ranjang Rhena.
Rhena mencoba kabur tapi Bang Arma bisa menyergapnya. Tangannya yang kekar dan lincah meremas dua bongkah menggemaskan yang paling menarik perhatiannya, sebelah tangannya lagi menyelip dan mencari sumber danau kecil.
Tak perlu waktu lama Bang Arma langsung mengobrak abrik pakaian Rhena. Bang Arma pun menarik selimut Rhena. Lagi-lagi tangan lincah itu sudah mengangkat kedua tangan Rhena ke atas dan menguncinya. Kini Rhena di bawah kungkungannya, hanya selimut yang menjadi saksi bisu keadaan mereka saat ini.
"Jangan..!!"
Bang Arma tak mendengarnya dan langsung menancapkan tombak pada bumi.
"Aaaaaaaaa sakiiiit..!!" Rhena memberontak tapi jelas saja tenaganya tak sebanding dengan tenaga Bang Arma.
"Nurut Rhena..!!!"
:
"Kurang ajar, tak tau aturan..!! Aku tidak ingin bersamamu lagi..!!" Pekik Rhena tidak terima.
Mendengar amarah Rhena, Bang Arma pun semakin kalap. "Kenapa Rhena, kenapa kamu membuat saya sampai berbuat sekasar ini sama kamu? Saya ingin memberimu cinta. Saya sudah tau kesalahan saya."
Rhena marah dan memukuli tubuh Bang Arma. "Nggak aku nggak mau. Jangan melecehkan aku..!!!"
"Astagfirullah.. Rhena..!! Saya melecehkan kamu dari mananya???????" Bang Arma sudah mati kutu, dengan beringas dirinya melanjutkan permainan.
'Maaf sayang, rindu ini sudah lama tertahan. Kamu tidak tau betapa sulitnya menahan hasrat di dunia yang penuh dengan godaan. Abang menjaganya demi kamu dan Abang akan tetap menjadi milikmu.'
Rhena yang berontak kesana kemari bagai balasan yang indah untuk rindu Bang Arma yang sudah lama tertahan.
"Sungguh saya rindu berat sama kamu Rhena."
Rhena gelagapan saat merasakan tubuh Bang Arma berdenyut di bawah pusarnya. "Cabut Masss..!!!!!"
Bang Arma juga ingin menarik diri tapi apa daya, ia kalah dengan nafsunya sendiri dan tak sengaja cairannya tumpah di rahim Rhena. "Hhmmpphh.. aduuh.. aaggghhh!!" Bang Arma meremas jemari Rhena untuk mengakhirinya.
"Maaass..!!!!!! Buang..!!!" Pekik Rhena merasakan ada sesuatu yang hangat mengalir.
"Alhamdulillah..!!" Ucap lirih Bang Arma di iringi derai tangis Rhena. Tidak bisa di pungkiri nyaris setengah beban batinnya terlepas dari dirinya. Jika dirinya tidak punya perasaan, ia akan kembali menunggangi Rhena.
"Puas?? Ini yang kamu mau?" Ucap kasar Rhena saat Bang Arma susah payah menarik diri dari tubuhnya.
Bang Arma masih merasa melayang, lama dirinya tidak merasakan aktifitas ranjang seperti ini. Ia berguling di samping Rhena berusaha menormalkan nafasnya yang memburu. Rhena sempet melirik senjata milik Pak Kapten masih tegak menjulang.
"Sebegitu bencinya kamu dengan saya Rhena? Tiga puluh satu bulan ini saya tersiksa. Di hajar rasa rindu dan rasa bersalah yang tidak berkesudahan. Niat hati ingin mati tapi Tuhan belum mengabulkan hingga takdir mengarahkan saya ke sini. Tolong ampuni saya Rhena."
"Rheeen..!!!!!" Terdengar suara Bang Musa memanggil Rhena.
Rhena gelagapan seperti baru kepergok selingkuh sedangkan Bang Arma santai saja sembari mengambil pakaiannya yang tercecer.
"Jawab..!!" Perintah Bang Arma, raut wajahnya sudah sedikit berubah.
"Ii_ya Bang, Rhena masih ganti pakaian." Jawab Rhena.
"Abang bawakan camilan buat Ghema." Kata Bang Musa.
Rhena hendak beranjak tapi perut bawahnya terasa ngilu. "Awwhh.. sshhh." Ia mendesis merasa perih.
"Sakit ya?" Tanya Bang Arma.
"Bukan urusanmu."
~
Bang Arma melipir keluar lewat pintu belakang rumah Rhena agar Bang Musa tidak melihat kehadirannya.
Setelah di rasa cukup aman, ia berjalan cepat lalu melompat tembok kompi. "Duuhh.. arep ketemu bojo wae rekasane ora umum." Gerutu Bang Arma.
Tak lama ponselnya berdering, Kutu kupret memanggil.
"Apa??"
"Dimana lu, ada info nih." Kata Bang Ojaz.
"Info apa?"
"Ada Rhena disini. Aku tau tempatnya. Nanti kita intai dan bergerak secara senyap. Jangan sampai dia kaget. Tahan diri ya Sob, jaga nafsumu.. Rhena sudah nggak seperti dulu lagi. Lebih bohay setelah punya anak. Aku ada video nya." Kata Bang Ojaz menjelaskan panjang lebar.
"Oya? Kalau gue nggak tahan gimana?" Jawab Bang Arma sambil berjalan menuju rumahnya.
"Jangan buat Rhena kabur lagi."
Bang Arma terdiam sejenak. 'Bagaimana nih, sudah terlanjur. Jangankan tahan nafsu.. pahanya saja sudah kulebarkan.'
Bang Arma mematikan sambungan telponnya. Ia menghubungi Prada Erky.
"Siapkan beberapa anggota untuk ke rumah saya ya..!!"
"Siap Danki. Ijin arahan?"
"Ada tugas di luar jam dinas. Saya akan bayar kalian untuk berjaga di suatu tempat, secara bergiliran."
"Siap.. ijin Dan.. dimana?" Tanya Prada Erky.
"Mengintai Loundry Ghema."
"Siap, jadi benar loundry nya bermasalah ya Dan?"
"Iya."
'Masalahnya saya nggak mau istri saya kabur lagi. Hmm.. ngomong-ngomong tadi lepas dimana ya? Perasaan sudah di luar.'
.
.
.
.
Allahuakbar tumbukan kamper /Grin/