Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04 Malam yang Gelap
Dante tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Valeria. Wanita ini bukan hanya berbahaya—dia juga candu.
Tidak ada rasa takut di wajahnya setelah memb*nuh anak buahnya. Tidak ada penyesalan. Hanya kesenangan murni.
Valeria masih berdiri di sana, darah menodai gaunnya, jantungnya berdebar cepat bukan karena ketakutan, tapi karena kenikmatan.
Dante menghela napas panjang, lalu menatap anak buahnya yang lain. “Bawa mayatnya keluar.”
Tak ada yang berani membantah. Mereka menyeret tubuh tak bernyawa itu keluar, meninggalkan Dante dan Valeria berdua.
Ketika pintu tertutup, Dante melangkah lebih dekat, hampir menempel padanya. “Kau menikmati ini, bukan?” suaranya rendah, hampir seperti bisikan.
Valeria mengangkat bahu santai. “Mungkin.”
Dante menyeringai, lalu mengusap jemarinya di lehernya sendiri, membiarkan setitik darah dari luka pria tadi menempel di kulitnya. “Lalu, bagaimana kalau aku yang jadi korban selanjutnya?”
Valeria terkekeh pelan. “Kau tahu aku tidak membunuh seseorang tanpa alasan.”
“Lalu alasan apa yang bisa membuatmu memb*nuhku?”
Valeria menatap matanya dalam-dalam. Dia tahu Dante tidak takut mati. Tidak seperti pria lain yang pernah ia temui.
Dante adalah sesuatu yang baru. Sesuatu yang menarik.
Dia mengangkat jemarinya, menyentuh wajah Dante perlahan, sebelum menelusuri garis rahangnya dengan kuku tajamnya. “Mungkin kalau kau membuatku bosan,” bisiknya.
Dante tertawa kecil, mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya mendekat. Napas mereka bercampur, udara di antara mereka begitu panas dan penuh ketegangan.
“Kalau begitu,” gumamnya, “aku hanya perlu memastikan kau tidak pernah bosan.”
Mata Valeria menyala penuh ketertarikan.
Valeria tidak menarik diri. Sebaliknya, dia membiarkan Dante mencengkeram pergelangan tangannya, membiarkan dirinya terseret lebih dalam ke dalam permainan yang semakin memabukkan ini.
Dante menatapnya dengan penuh ketertarikan, jarinya masih menempel di pergelangan Valeria. “Kau tidak takut padaku,” gumamnya, lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan.
Valeria tersenyum miring. “Seharusnya aku takut?”
Dante terkekeh, lalu melepaskan genggamannya. “Tidak. Karena aku juga tidak takut padamu.”
Mereka saling menatap dalam keheningan yang dipenuhi ketegangan. Dua predator yang akhirnya saling menemukan.
Valeria melangkah ke meja di tengah ruangan, mengambil serbet putih dan dengan santai menghapus noda darah di jemarinya. “Kalau kau ingin menguji keberanianku dengan menculikku, Dante, aku harus bilang usahamu cukup mengecewakan.”
Dante tersenyum miring, berjalan ke bar kecil di sudut ruangan dan menuangkan dua gelas whisky. “Oh, aku baru mulai, amore,” katanya sambil menyerahkan salah satu gelas kepada Valeria.
Wanita itu menerimanya tanpa ragu, lalu menyesap isinya perlahan. “Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanyanya dengan nada menggoda.
Dante menatapnya tajam. “Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu.”
Valeria menatap balik dengan ekspresi penuh tantangan. “Dan kau pikir aku akan memberitahumu?”
Dante menyeringai, lalu menyesap minumannya. “Tidak. Tapi aku menikmati tantangan.”
Valeria tertawa kecil. “Lalu, apa selanjutnya? Kau akan terus mengawasiku? Menguji kesabaranku? Atau…” Ia melangkah lebih dekat, menempelkan bibirnya hampir ke telinga Dante, “kau ingin melihatku memb*nuh lagi?”
Dante merasakan hawa panas menjalar di tubuhnya. Wanita ini bukan hanya gila—dia benar-benar berbahaya.
Tapi dia juga tahu satu hal.
Dia tidak ingin melepaskannya.
Dante menatapnya tajam dan berbisik di dekat bibirnya, “Buat aku terkesan, Valeria.”
Valeria tersenyum lebar. “Jangan menyesalinya nanti.”
Mata mereka bertemu, dan di antara mereka, tidak ada lagi batas antara gairah, bahaya, dan kegilaan.