Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Ga, tolong aku!
Di malam hari, Alwin terus-terusan menangis, membuat tidur Selena jadi tidak nyenyak. Selena bahkan membangunkan David dan meminta David untuk membawa Alwin ke kamar Gea saja. David pun menurut. Ia membuka kunci kamar Gea dan membawa Alwin masuk ke dalam kamar Gea. Rupanya Gea belum tertidur.
"Bawa sini Alwin nya mas. Pasti dia haus," ucap Gea dengan suara lemas nya dan raut wajah sendunya. Seperti habis nangis seharian.
David pun memberikan Alwin ke Gea untuk disusui. David tak langsung pergi dari sana. Ia berniat untuk membawa Alwin kembali ke kamarnya usai disusui oleh Gea.
"Mas, boleh ya, malam ini Alwin tidur sama aku?" pinta Gea dengan memohon.
"Tidak bisa!" tolak David.
"Aku mohon mas. Kali ini saja!"
David yang masih punya rasa sedikit kasihan pun mengizinkan itu. Setelahnya laki-laki itu keluar dari kamar Gea dan kembali mengunci Gea dari luar.
Selesai menyusui Alwin dan Alwin sudah tertidur. Gea memandangi wajah anaknya dengan sendu. Ia meneteskan air matanya tanpa suara.
"Untuk saat ini, mama cuma berharap bisa hidup berdua sama kamu. Nggak peduli hidup kita akan sesusah apa nantinya. Yang penting kita selalu bersama. Semoga papa kamu bisa berubah pikiran."
Setelah mengatakan itu, Gea tidur di sebelah Alwin. Keduanya tidur dengan nyenyak. Bahkan Alwin pun seolah mengerti akan kesedihan mamanya. Hingga ia tak menangis lagi di tengah malam.
*
*
Beberapa hari kemudian, di rumah sederhana itu, sudah ada satu baby sitter dan satu pembantu. Di saat David sedang pergi bekerja, Selena malah asik nonton televisi. Ia bahkan menyerahkan semua urusan Alwin ke baby sitter nya. Ia tak mau mengurus anak yang bukan darah dagingnya.
Bahkan gedoran pintu dari kamar Gea pun tak Selena hiraukan.
"Sel, tolong buka pintunya. Aku ingin melihat Alwin."
"Enak saja! Anakmu sekarang sudah jadi anakku. Kamu tidak boleh sering-sering melihatnya kecuali kalau kamu sedang menyusuinya," timpal Selena sambil berteriak.
"Sel, kumohon. Aku hanya minta itu darimu."
Selena diam saja enggan menanggapi Gea lagi. Ia merasa muak dengan keberadaan Gea yang masih ada disini. Rasanya ia ingin segera mengusir Gea dan menendang wanita itu untuk menjauh.
Gedoran pintu itu terus terdengar hingga membaut Selena geram. Alhasil, Selena bangkit dari duduknya dan berdiri di depan pintu kamar Gea.
"Kalau kamu masih berisik seperti ini. Jangan salahkan aku kalau aku akan menyiksa anakmu!"
"Jangan! Kumohon jangan!" teriak Gea dengan tangisannya.
"Makanya, lebih baik kamu diam saja dan menurut apa yang aku dan Mas David perintahkan. Kalau kamu nurut kami pun tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu."
"Hiks ... hiks ... hiks ... "
Terdengar suara tangisan Gea dari dalam kamar. Ia menanyakan alasan kenapa dirinya dijadikan korban.
"Kenapa kalian jahat sekali padaku? Aku sudah dibohongi banyak hal oleh kalian berdua. Kini kalian juga mau mengambil anakku. Apa kalian tidak punya hati nurani? Apa kalian tidak pernah membayangkan bagaimana jadi aku?" ucap Gea.
"Ha ha ha, bicara membayangkan begitu. Coba kamu bayangkan bagaimana sakitnya aku yang berbagi suami dengan wanita lain? Coba bayangkan Gea!"
"Hiks ... hiks ... Kalau begitu, kenapa kamu tidak hamil dan punya anak sendiri saja. Kenapa harus aku? Kenapa harus melibatkan aku yang tidak tahu apa-apa begini?" tanya Gea lagi dengan berapi-api.
"Kalau aku bisa hamil, aku pasti tidak akan memberikan ide gila pada mas David untuk mencari istri kedua!"
"Apa kamu mandul?" celetuk Gea.
"Sialan kamu Gea! Aku tidak mandul. Rahimku hanya lemah," jawab Selena yang tidak terima dikatai mandul.
"Sudahlah, buang-buang waktu saja berbicara denganmu."
Selena pun pergi dari pintu kamar Gea dan menuju ke dapur. Ia meminta dibuatkan makanan pada Bi Surti. Lalu melanjutkan lagi kegiatannya yang tertunda karena Gea.
*
*
Di dalam kamar, Gea mencoba menggeledah isi kamar, mencari ponselnya yang yang dulu ia taruh di laci bawa meja rias.
"Alhamdulillah, ponselnya masih ada baterainya walaupun tinggal 10 persen."
Gea memanfaatkan daya baterai ponsel yang tinggal sedikit itu dengan memberikan pesan lewat media sosial ke sahabatnya.
Ga, tolong aku!
Untungnya, Gaza juga sedang online. Jadi mereka bisa balas-balasan pesan.
Kamu sedang dalam masalah Ge? Kamu bertengkar dengan suamimu? Apa dia memperlakukanmu dengan buruk?
^^^Aku tidak bisa menjelaskan semuanya di pesan ini Ga. Waktuku tak banyak. ^^^
Apa sih ini Ge? Aku jadi penasaran tahu!
^^^Aku ada di desa xxxx kota Malang. ^^^
Jadi kau tinggal disana selama ini Ge? Lalu aku harus apa? Menjemputmu mu?
Ketika akan membalas lagi, ponsel Gea tiba-tiba mati karena kehabisan daya. Gea menggeledah meja rias dan isi lacinya. Namun, tak ada charger disana.
"Ya Tuhan, kenapa harus begini? Padahal aku belum selesai berbalas pesan pada Gaza. Aku ingin bilang kalau aku ingin kabur dari sini dan minta bantuannya."
Gea jadi menggigit jarinya sendiri karena gelisah dan cemas. Ia hanya berharap kalau Gaza mengerti apa yang ia katakan.
*
*
David sudah pulang kerja, laki-laki itu langsung mandi dan setelahnya langsung menggendong anaknya. Meski laki-laki itu jahat pada Gea, tapi dia sangat menyayangi Alwin, darah dagingnya. Bahkan kini Selena merasa tersingkirkan karena yang pertama kali ditanyakan ketika pulang kerja adalah Alwin bukan apa yang ia lakukan di hari ini. Tapi, Selena tidak mau mempermasalahkan itu.
Alwin mulai rewel dan menangis, itu artinya bayi itu sedang haus dan ingin minum ASI dari ibunya. David pun membawa Alwin ke kamar Gea. Ia memberikannya pada Gea. Lalu matanya agak menyipit ketika melihat sebuah ponsel tergeletak di atas meja.
David langsung menatap Gea dengan tajam.
"Kau habis menghubungi siapa Ge?" tanya David yang tak bersahabat.
Gea memilih diam dan fokus untuk menyusui Alwin. Ia seolah membiarkan David bicara seperti angin lalu.
"Jawab!" teriak David sedikit keras hingga membuat Alwin menangis lagi padahal tadi bayi itu sudah anteng.
"Jangan keras-keras mas! Nggak baik buat pendengaran bayi!" marah Gea.
"Aku tanyakan sekali lagi! Kamu habis menghubungi siapa Gea? Ibumu? Temanmu? Atau siapa?"
"Apa peduli mu? Mau aku menghubungi orang pun. Kamu tidak akan peduli kan Mas? Kamu kan tidak mencintai aku," ucap Gea dengan wajah sendu menahan sesak di dalam dadanya ketika mengucapkan suaminya tidak mencintainya. Padahal seluruh isi hatinya sudah ia berikan seluruhnya pada suaminya.
David yang kesal karena jawaban Gea, ia langsung membanting ponsel Gea ke lantai hingga hancur jadi beberapa bagian. Gea hanya bisa menangisi apa yang terjadi padanya. Hancur sudah harapannya.
*
*
TBC