Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu (End)
Namira duduk dengan tatapan kosong menanti Mario pulang, dia tahu Mario pasti akan menemani ibunya lebih dulu, perasaan Namira sedikit khawatir mengingat darah yang menetes ke lantai dari perut ibu mertuanya itu, dia akan menunggu apa keputusan Mario apakah memilihnya atau Ibunya, namun melihat Mario begitu takut akan keadaan Olivia, Namira yakin Mario akan memilih melepaskannya, dan kini Namira sedang menyiapkan hatinya agar terlihat tegar dan kuat saat Mario memutuskan pernikahan mereka.
Larut malam Mario menginjakkan kakinya di rumah, suasananya sudah hening memang di malam hari para pelayan sudah pulang, dan tinggal Mario dan Namira saja, Mario memasuki kamar dimana Namira masih duduk di sofa menunggunya pulang.
Mario tertegun melihat Namira yang hanya menatapnya dengan datar, Mario menelan ludahnya dan berjalan ke arah Namira lalu berjongkok, Namira diam dan menatap Mario.
"Aku yakin kamu tahu apa yang terjadi dengan Mama.." Mario menundukkan wajahnya dia tidak berani menatap Namira.
"Apa keputusan kamu Mas?"
Mario semakin tenggelam di lutut Namira "Maaf.." lirihnya.
Namira memejamkan matanya menghalau rasa sakit di hatinya, dia sudah tahu Mario akan memutuskan melepaskannya dan menyerah tapi meski sudah menyiapkan hati tetap saja Namira merasakan sesak tak terhingga.
Namira mengusap air matanya dan menghela nafas panjang dia tidak bicara apapun. "Maafkan aku Nami, kamu tahu aku sayang kamu, aku cinta kamu, tapi aku tidak berdaya.. aku.." Mario merasakan lidahnya terasa kelu kata- kata yang akan dia ucapkan begitu membuatnya sakit.
Mario bahkan tak berani menatap mata Namira yang masih bergeming "Aku.. mulai hari ini aku ceraikan kamu.." Namira lagi- lagi hanya diam, hanya air mata yang menetes di pipinya, sedangkan Mario menangis di pangkuannya.
Namira bahkan tak berani untuk memeluk suaminya yang kini menjadi mantan suaminya tersebut, Mario masih tergugu dan memeluk kakinya erat, tapi Namira tetap merasakan dirinya kosong. Seluruh tulang di tubuhnya terasa lemas, nyatanya cinta mereka tetap kalah, dan Mario tak menepati janjinya untuk terus bersamanya.
Flashback off..
Namira masih diam di sana di pinggir jalan di dalam mobilnya, ingatan masa lalu itu menyita pikirannya.
Sesak itu masih terasa, orang bilang jika kita belum bisa melupakan rasa sakit kita, itu berarti kita juga belum bisa melupakan cinta kita.
Entah apa yang ada di fikiran Namira saat ini, dia sudah memutuskan untuk menjalin hubungan serius dengan Andre, namun Namira juga tak bisa menghapus Mario seutuhnya dari hatinya.
.
.
Sedangkan Mario merasakan hatinya berdebar- debar, sekarang juga dia akan menemui Juni dan mengatakan dia adalah ayahnya, Namira sudah berkata jujur bahwa Juni benar- benar anaknya.
Tak pedulikan keadaannya yang masih sakit Mario segera keluar dari rumah untuk menemui Juni, tak bisa di pungkiri hatinya bergemuruh hebat, dia bisa memiliki darah dagingnya sendiri.
Selama ini dia mengurus Rivano seperti putranya sendiri, dan tanpa sengaja mengabaikan Juni, entah apa yang dirasakan Juni, hidup tanpa Ayah di sisinya selama ini.
Mario akui ini semua salahnya, dan dia akan memperbaiki dan membuat semua berada di jalurnya semula, tak akan dia biarkan sesuatu terjadi pada Namira ataupun Juni, dia akan mempertaruhkan hidupnya demi Namira dan Juni, dia akan berusaha.
Mengingat Juni dan Namira Mario akan berusaha lebih keras lagi sekarang!.
...
Saat Mario tiba di rumah Namira, di saat bersamaan pun Namira baru saja memasuki pagar, Mario mengerutkan dahi, dari mana Namira dia lebih dulu pergi dari rumahnya tadi dan Mario menyusul setelah satu jam, lalu sekarang dia yang lebih dulu sampai, melihat pakaian kerja Namira, Mario yakin Namira belum pulang sejak tadi.
Namira menghela nafasnya saat memasuki pelataran rumahnya, dan melihat mobil Mario sudah ada disana "Apa harus sekarang?" tanya Namira dengan raut kesal.
"Apa aku harus menunggu lagi?, empat tahun bahkan terlalu lama."
Namira mendesah "Aku katakan pada Juni kalau ayahnya sudah tiada, apa yang akan dia pikirkan jika sekarang kau mengaku sebagai ayahnya"
"Siapa yang memintamu mengatakan itu?"
"Haruskah aku berharap dari pria beristri yang mengutamakan anaknya?"
"Aku sudah bercerai!."
"Dan sebelumnya aku tidak tahu.."
"Pulanglah, akan aku jelaskan dulu pada Juni, dan kamu bisa datang nanti.."
"Nami.."
"Aku lelah, bisakah beri aku waktu.."
Mario membiarkan Namira memasuki rumahnya sedangkan dirinya hanya bisa meremas tangannya, lalu pergi dari sana.
...
Aku tak mengerti..
kemarin bertanya- tanya kenapa mereka bercerai, aku kasih tahu kok pada protes masa lalunya kelamaan..
Ini baru 30 episode lebih loh, belum 50 masa udah gak sabar🤭..
Sabar- sabar inget lagi puasa🥰
bunga mana bunga, kopi mana kopi..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....