Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.24 (Dengan cara ku)
Malam berganti pagi, mata Reynald mengerjap perlahan, dilihatnya sang istri yang masih dalam dekapan. Ya, semalaman ia tertidur sambil memeluk Elisa sepanjang malam.
Perlahan tangannya menyibak rambut yang menutupi wajah Elisa. Ia menatapnya lekat, sejenak ia terpana karena kecantikan sang istri, namun sedetik kemudian ia tersadar dan bangkit dari posisinya lalu melangkah menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, ia berdiri di bawah shower. Membiarkan bagian tubuh kekarnya yang sempat menegang perlahan menjadi lebih rileks. Setelah selesai mandi, ia memakai pakaian santai karena hari ini ia akan berada di Mansion seharian.
Karena Elisa masih terlelap. Reynald memutuskan untuk pergi ke lantai bawah, tepatnya di bagian dapur. Ia ingin meminta kepada pelayan untuk membuat bubur.
Sesampainya di ujung bawah tangga. Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita paruh baya baru saja masuk dari pintu utama. Mereka saling memandang dengan tatapan asing karena ini pertama kalinya mereka bertemu.
Reynald melangkah mendekati wanita paruh baya itu, ia yakin wanita yang ada di pandangannya saat ini adalah wanita yang menampar Elisa di video itu. Sebenarnya ia begitu geram karena kejadian kemarin, namun ia tetap mencoba menahan diri.
Dari ujung kepala hingga ujung rambut, Eva menatap Reynald. Sesaat ia kebingungan karena baru pertama kali melihat pria yang saat ini berdiri di hadapannya, namun sedetik kemudian ia tersadar bahwa pria ini adalah suami keponakannya, Elisa.
"Apa kamu suami, Elisa?" tanya Eva memastikan.
"Benar sekali, saya suami keponakan anda," jawab Reynald.
"Di mana, Elisa?" tanyanya lagi.
"Istri saya sedang tidur, dia sakit karena kejadian kemarin," jawab Reynald dengan penuh penekanan.
Eva memutar bola matanya malas. "Baiklah, katakan padanya saya datang untuk meminta maaf atas kejadian kemarin." Eva berbalik hendak melangkah pergi namun tiba-tiba saja Reynald kembali bersuara.
"Apa kita bisa bicara sebentar, Tante?"
Eva berbalik dan kembali menatap Reynald. Ia baru saja bertemu dengan suami keponakannya itu, namun ia sudah merasa bahwa kehadiran Reynald adalah sebuah ancaman baru untuknya.
~
Di area taman Mansion.
Reynald dan Eva tengah duduk saling berhadapan. Tak lama seorang pelayan datang untuk menyajikan teh dan kudapan. Setelah kepergian pelayan itu, Eva menyadarkan tubuhnya di sandaran kursi seraya berpangku tangan.
"Kita baru pertama kali bertemu, dan aneh sekali saat kamu menatap saya seperti musuh," ujar Eva di tengah keheningan.
"Saya hanya minta, agar Tante bersikap baik kepada, Elisa. Dia sangat terpukul atas kejadian kemarin ... saya tahu tidak berhak untuk mengatakan ini, tapi saya tidak akan tinggal diam jika sesuatu yang buruk kembali terjadi," ujar Reynald.
"Ck, kamu jangan sok suci ya." Eva menegapkan posisinya dan menunjuk lurus kearah Reynald. "Kamu pasti hanya menginginkan harta keponakan saya kan? Elisa baru saja tiba di negara ini dan langsung menikah dengan kamu, secara realistis itu tidak mungkin jika tidak ada maksud terselubung."
Reynald diam tertegun sesaat. Ya, semua ucapan Eva tak ada salahnya, di awal pernikahan ia memang hanya terpaksa karena keadaan. Namun semakin dalam, ia semakin paham bahwa Elisa membutuhkan seseorang untuk bisa di andalkan.
Meski tak tahu sampai kapan akan bertahan, mengingat mereka terikat perjanjian. Tapi selama ia menyandang status suami, ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk bertanggung jawab sebagaimana mestinya.
"Saya memang orang baru di kehidupan Elisa, tapi saya akan selalu berusaha membuatnya bahagia ... sementara anda yg sudah mengenal Elisa sejak terlahir kedunia, malah dengan nyata melukai hatinya, apa Tante masih merasa lebih baik dari saya?" tutur Reynald.
Eva tak bisa berkata-kata, ia mencengkram erat kedua tangannya seraya menatap tajam ke arah Reynald. Setelah beberapa saat terdiam dan tak bisa mengatakan apapun, Eva berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya melewati Reynald.
"Sebaiknya jika Tante benar-benar menyesal dan ingin minta maaf, lakukan lah dengan cara yang benar. Elisa membutuhkan permintaan maaf yang tulus, bukan karena keterpaksaan," sahut Reynald tiba-tiba, membuat Eva menghentikan langkahnya.
"Sial, bisa-bisa dia menyudutkan ku," gumam Eva lalu kembali melanjutkan langkahnya.
...**...
Setelah kepergian Eva. Reynald hendak kembali ke kamar dengan nampan berisi bubur dan juga segelas susu. Sesampainya di dalam, ia tersenyum melihat sang istri yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang.
"Ternyata kamu sudah bangun," ucap Reynald seraya melangkah mendekati Elisa.
Elisa yang tadi menatap keluar jendela, kini beralih melihat Reynald. "Kamu dari mana saja?"
"Aku minta tolong ke pelayan membuat bubur untuk kamu, ayo makan," jawab Reynald sambil mengaduk bubur itu agar cepat dingin.
"Kamu tidak ke bengkel?" tanya Elisa lagi.
"Kamu sedang sakit, mana mungkin aku tinggal," jawab Reynald lalu menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Elisa. "Ayo buka mulutnya."
Elisa mengikuti instruksi Reynald dan melahap bubur itu. Ia tak henti-hentinya menatap suaminya itu, rasanya baru kali ini ia merasakan perhatian dari orang lain selain Mama dan Bi Nini saat ia kecil.
"Oh iya, tadi Tante kamu datang, dia ingin minta maaf ke kamu tapi kamu masih tidur, jadi dia pulang," ujar Reynald.
"Berhentilah membahasnya, aku tidak akan memaafkan dia sampai kapanpun," ketus Elisa dengan ekspresi kekesalannya.
Reynald mengerti perasaan Elisa saat ini. Namun rasa dendam hanya akan menjadi penyakit hati yang semakin memburuk setiap hari. "Jangan seperti itu, El kamu hanya punya Tante Eva sekarang, jika sikapnya buruk, apa harus di balas dengan hal buruk juga? Lalu apa bedanya kamu sama dia."
"Ck kamu tahu saat kamu bicara seperti ini, aku ingat ucapan Mamaku untuk baik ke semua orang walaupun orang itu jahat dengan kita," ujar Elisa yang akhirnya bisa tersenyum.
"Nah gitu dong, kalau kamu senyumkan jadi makin cantik. Ayo makan lagi," ucap Reynald lalu kembali menyuapi Elisa.
Elisa menikmati setiap suapan dari sang suami. Ia bersyukur masih ada seseorang yang mengerti dirinya di tengah dunia yang masih saja tak berpihak kepadanya.
Setelah bubur di mangkuk itu habis, Reynald meletakkan mangkuk ke atas meja yang ada di sisi ranjang lalu memberikan segelas susu kepada Elisa.
Elisa meneguk susu perlahan sampai habis. Namun tiba-tiba saja keningnya mengerut heran saat melihat Reynald melamun. "Hey kamu kenapa?"
Reynald yang tersadar dari lamunannya, kembali menatap Elisa. "El, ayo kita bulan madu."
Mata Elisa membulat tak percaya. Ia heran kenapa tiba-tiba saja Reynald mengatakan hal yang bahkan tak pernah ia pikirkan. "Bu-bulan madu?"
"Iya bulan madu ... tapi bulan madu dengan cara ku," ujar Reynald lagi, membuat Elisa semakin bingung.
"Bulan madu dengan cara kamu, maksudnya?"
Reynald hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Elisa, namun ia sudah memikirkan sebuah rencana bulan madu untuk membuat Elisa bahagia dengan cara yang ia pikirkan.
Bersambung.
Jangan lupa untuk tekan like komen vote hadiah ya reader, terimakasih.
Lanjuyyyy siang ini ya insyaallah 😉