My Boss, Hot And Cool

Ethan duduk di kursi ruang tamu, dia menatap sekeliling ruangan itu tampak di dinding ruang tamu itu beberapa pajangan foto keluarga dan juga ada foto Riana masih remaja dengan gaya tersenyum malu-malu. Ethan tersenyum menatap foto Riana yang masih lucu itu.

Bayangannya Riana sewaktu dia berdebat dengan Riana, ternyata membuatnya merindukan gadis itu. Dengan alasan akan meminta berkas yang belum sempat Riana print out. Riana membawa nampan berisi cangkir dan kue-kue, di letakkan di meja untuk sang bos yang datang tanpa di duga.

"Minum dulu pak Ethan." kata Riana.

"Terima kasih." kata Ethan.

Di ruang belakang, Nino sedang di obati oleh ibunya. Bu Sarmi merasa kasihan dan menyesal kenapa dia keras kepala pergi ke rumah pak Parjo. Dia tidak menyangka kalau pak Parjo akan datang ke rumahnya di kala dia sendiri tidak ada di rumah.

Dua anaknya jadi korban, tiba-tiba ibu Sarmi menangis. Riana melihat dari tuang tamu kalau ibunya tampak menyesal. Ingin dia bicara dengan ibunya, karena ulah ibunya itu dia dan adiknya jadi korban pak Parjo.

Ethan memperhatikan wajah Riana yang tampak kesal tapi di tahannya. Sesekali menatap ke dapur lalu menunduk.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ethan.

"Aku sudah lebih baik." jawab Riana.

"Apa perlu ke psikolog untuk memeriksa kejiwaanmu. Ya, barangkali kamu terguncang." kata Ethan mengusulkan.

"Untuk apa? Aku tidak stres, apa lagi gila." kata Riana ketus.

"Jangan ketus begitu bicaranya. Di tolong malah ketus bicaranya." kata Ethan.

Riana menatap tajam pada bosnya, lalu menghela nafas panjang. Dia ingin pak Parjo itu di laporkan pada polisi atas penganiayaan adiknya dan mencoba untuk menculiknya.

"Pak Ethan bisa bantu aku?" tanya Riana.

"Bantu apa?" tanya Ethan.

"Melaporkan dukun cabul itu atas penganiayaan adikku dan mencoba menculikku." kata Riana.

"Bisa, kalau mau lapor ya sekarang saja. Adikmu juga harus ikut, dan kenapa kamu bilang dukun cabul pada laki-laki tadi?" tanya Ethan.

"Dia sudah mencabuli gadis-gadis di kampung ini. Kalau aku tidak lepas sekarang, kemungkinan juga aku akan di cabuli oleh dukun cabul itu." kata Riana.

"Ish! Mending sama aku." ucap Ethan pelan.

"Apa?!"

"Ngga. Oke, kalau mau lapor sekarang aku bisa antar kamu ke kantor polisi." kata Ethan.

"Pak Ethan lapar ngga?" tanya Riana.

"Lapar sih, tapi mending lapor saja dulu ke kantor polisi." kata Ethan.

"Aku lapar, kalau mau makan ya sekalian di meja makan di belakang." kata Riana.

Ethan pun mengalah, memang dia sangat lapar. Dia pun mengikuti Riana menuju dapur. Di sana masih ada ibu Sarmi dan Nino, keduanya menatap Ethan dan mengucapkan terima kasih karena sudah menolong anaknya.

"Nak Ethan, eh pak Ethan. Aduh apa yang manggilnya." kata bu Sarmi gugup.

"Ethan aja bu, saya lebih muda dari ibu." kata Ethan ramah.

"Oh ya nak Ethan. Terima kasih ya sudah menolong anak-anak ibu. Ibu jadi merasa bersalah sekali sama Riana dan Nino. Gara-gara ibu, mereka jadi korban pak Parjo. Kalau ibu tidak memaksa, tidak mungkin pak Parjo datang ke rumah." kata bu Sarmi.

"Ya, mungkin memang sedang beruntung. Tapi lebih baik itu pak Parjo di laporkan saja ke polisi secepatnya, katanya banyak juga yang jadi korban laki-laki itu." kata Ethan.

"Waah, takut juga nak Ethan. Dia ada anak buahnya dan bisa saja menyuruh anak buahnya untuk mengancam kita." kata bu Sarmi.

"Kan ada buktinya bu, Riana mau di culik tadi. Dan adik Riana juga tuh, di pukuli sama pak Parjo sampai babak belur. Biar dia jera dan di penjara, kan korban lainnya bisa kok melaporkan karena kasus penipuan dukun palsu." kata Ethan lagi.

Bu Sarmi diam, dia menatap Riana. Dan Riana pun mengangguk. Nino masih merasakan perih dan ngilu di bagian punggungnya yang tadi di pukul serta pipinya yang di tampar itu.

"Ke dokter saja Riana, adiknya. Kasihan itu kesakitan." kata Ethan.

"Nino, kamu masih sakit? Atau ada tulang yang patah ngga?" tanya Riana.

"Ngga kak, cuma ngilu aja nih pipi sama punggung tadi di tendang sama pak Parjo tadi." jawab Nino.

"Tadi sudah ibu obati. Nino istirahat aja sesudah makan." kata ibu Sarmi.

"Ya sudah, makan dulu. Nanti di antar sama pak Ethan untuk lapor ke polisi." kata Riana.

Mereka mengangguk, Riana menyiapkan makan siang ini dengan lauk yang tadi dia masak. Beruntung semua selesai sebelum pak Parjo memaksanya di bawa ke dalam mobil.

_

Riana sudah menghubungi siapa saja yang jadi korban pak Parjo. Dia di temani Ethan pergi ke kantor polisi. Sebelum berangkat ke kantor polisi, para tetangga datang ke rumah Riana. Ingin tahu apa yang terjadi kenapa Riana mau melaporkan pak Parjo.

Mereka pun geram juga melihat Nino babak belur karena penganiayaan pak Parjo pada Nino. Apa lagi Marni, dia juga antusias ikut melaporkan pak Parjo dengan laporan dukun palsu.

Para tetangga bukan hanya penasaran dan ingin tahu Nino dan Riana korban pak Parjo, tapi ada mobil sedan hitam mewah terparkir di depan rumah Riana. Mereka ingin tahu siapa tamu bu Sarmi itu, dan mereka para tetangga kaget ada tamu laki-laki yang di kabarkan dialah yang menolong Riana dan Nino.

Laki-laki tampan dan putih bersih, dengan perawakan tinggi dan tubuh kekar. Berbalut pakaian kemeja kancing di buka dengan dalaman kaos polos, menambah penampilan Ethan jadi bahan bisik-bisik ibu-ibu muda yang kagum pada Ethan.

"Oh, jadi laki-laki ganteng itu ya yang menolong anak bu Sarmi? Uuh, ganteng ya orangnya. Baik pula." kata ibu berusia tiga puluh delapan.

"Eh, seksi juga ya. Riana beruntung banget kenal laki-laki itu." bisik yang lainnya.

"Katanya sih dia itu bos Riana di kota." jawab yang lainnya.

"Hemm, pasti tuh Riana sering goda-goda bosnya yang ganteng itu." kata tetangga yang syirik pada Riana.

Semua berbisik, ada yang kagum ada yang menggunjing tentang Riana dan Ethan. Hingga Riana mendengar bisik-bisik tetangga itu, membuat dia kesal juga. Apa lagi bisik-bisik tetangga yang selalu saja membuat ibunya panas dan akhirnya dia berbuat hal yang membuat Riana dan Nino jadi korban pak Parjo.

"Ck, ibu-ibu itu ya. Ada saja gosip yang bikin panas telinga." ucap Riana mendengar tetangga syirik bergosip.

"Jangan dengarkan Ri, mereka begitu. Setiap kali ibumu lewat di depan mereka, selalu saja menggosip yang tidak benar." kata Marni.

"Iya, kesal juga. Ada saja tetangga yang tidak suka, aku dan Nino kena musibah karena pak Parjo. Mereka malah menggunjing pak Ethan." ucap Riana.

"Itu bos kamu Ri?" tanya Marni.

"Iya."

"Kok dia rela datang ke kampung menemui kamu sih Ri?" tanya Marni lagi.

"Aku ngga tahu, tapi berkat dia. Aku dan Nino selamat." kata Riana.

"Tapi, menurutku bukan saja menyelamatkan kamu deh. Soalnya, mana ada bos datang sendiri menyusul kamu ke kampung." kata Marni.

Riana diam, dia menatap Ethan dari jauh. Laki-laki itu sedang di kerumuni oleh tetangga-tetangga yang tadi berbisik-bisik.

_

_

***************