Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
Abian melambaikan tangan saat Riska celingak-celinguk mencari meja nya.
"Ris, aku ke toilet sebentar yah pengen pipis nggak tahan." Riska menganguk namun sayang Septia tidak melihat. Septia berlalu begitu saja tanpa menunggu respon Riska terlebih dahulu.
Dengan langkah tenang, Riska berjalan kembali menuju meja Abian yang berada di pojokan.
"Duduk Yu, mana Septia?." Abian menyambut Riska yang berjalan sendirian.
Abian langsung melambaikan tangan pada petugas restoran.
"Izin ke toilet." Riska duduk di pojok sebelah kanan bersebrangan dengan Abian yang duduk di pojok kiri. Mereka melingkari meja persegi panjang yang ada di atas karpet.
"Kamu mau pesen apa?." Abian bertanya pada Riska setelah pelayan berseragam rumah makan tersebut menghampiri mereka.
"Aku ikan nila bakar 2, tulis cah kangkung 2 dan minum nya teh hijau hangat 2 juga ya, mbak." Riska tersenyum tipis saat mata nya bersirobok dengan gadis cantik yang sedang menulis pesanan nya.
"Ada lagi, Bu?." Gadis itu kembali menatap Riska sebelum akhirnya beralih memandang Abian.
"Nggak itu aja cukup. Nanti di panggil lagi kalau mau nambah."
"Saya samakan saja, jadi 4 porsi aja dengan menu yang sama." ucapan Abian di jawab anggukan ramah oleh pelayan tersebut. Berbeda dengan Riska yang menatap nya penuh keheranan.
Pelayan itu pergi dengan membawa pesanan mereka berempat.
"Dia putra mu?." tanya Riska bersamaan dengan langkah kecil itu menjauh dari meja makan mereka. Rasa penasaran membuat Riska tak sabar untuk bertanya langsung pada Abian dan menuntut jawaban.
"Menurut mu?." Alih-alih menjawab, Abian malah melempar pertanyaan. Kebiasaan saat dulu masih kecil.
Setiap Riska menanyakan sesuatu, justru Abian malah memberikan pertanyaan. Tujuan laki-laki itu agar otak Riska berpikir bukan mengandalkan orang lain.
"Aku tidak mau menebak, takut tebakan ku salah."
Riska menoleh ke arah laki-laki yang sedang mengantri di depan wastafel. Anak yang di bawa Abian itu hendak mencuci tangan di wastafel yang sudah di sediakan oleh pihak rumah makan tersebut, tapi di depan nya sedang dua anak kecil lainnya. Ini jam makan siang, sehingga banyak pengunjung yang membawa keluarganya singgah sejenak untuk mengisi perut mereka yang kosong.
"Aku dengan istri ku baru menikah sekitar 2 tahun silam, dan sampai saat ini ..." Abian menggantung kan ucapan nya.
"Berarti tebakan ku tidak salah. Dia bukan anak mu. Tapi kalau di lihat dari cara mu memperlakukan nya, kamu sangat menyanyangi nya. Kamu sudah menganggap nya anak. Bukan begitu?" Riska hanya mengatakan berdasarkan penilaian semata.
"Tapi kamu punya seorang putri kan?."
Abian mengerutkan kening nya.
"Maaf itu hanya kesimpulan ku saja saat kamu menelpon istri mu saat itu. Eh tapi bukan maksud menguping nya. A-aku hanya tak sengaja mendengar saja." Buru-buru Riska menjelaskan, Riska tidak ingin Abian berpikir kalau dirinya kepo dengan kehidupan nya.
Abian tersenyum. "Dia bukan putri kandung ku tapi dia putri istriku dari pernikahan sebelum nya." jelas Abian.
Riska mengangguk-angguk.
"Dan Keynan sudah aku anggap sebagai anak ku juga, walaupun bukan lahir dari benihku." Abian ikut menatap anak asuh nya.
"Sudah kutebak wajah kalian berbeda." Abian mengulas senyum tipis, mendengar tanggapan dari Riska.
"Tadi rumah orang tua nya?" Riska masih mencoba menggali informasi anak itu.
"Iya bisa di bilang begitu.. kenapa kamu ingin tahu tentang Keynan?." Abian menatap lekat wajah sahabat kecil nya itu.
Merasa di tatap sedemikian dalam Riska mengalihkan perhatian nya ke arah lain. Riska merasa risih dan tidak nyaman di tatap oleh seorang laki-laki beristri, meskipun dulu mereka sering mandi bersama di sungai.
"Aku merasa tidak asing dengan wajahnya, tapi aku lupa di mana dan kapan aku pernah bertemu." Riska mencoba memilah ingatan nya, namun gagal. Dia benar-benar tidak ingat, namun melihat wajah kecil Keynan ia merasa sangat tidak asing.
Abian tersenyum melihat ekspresi Riska yang sedang mengingat sesuatu.
"Kamu masih sama, yu." ucap Abian tiba-tiba.
Riska menoleh ke arah Abian. "Tolong panggil saya dengan Riska saja." tegas Riska. Ia tidak ingin Abian memanggilnya denga panggilan Rahayu lagi karena panggilan 'Rahayu' seperti panggilan sayang untuk dirinya sewaktu kecil oleh Ayah nya dan Abian. Namun berbeda sekarang, Abian sudah memiliki istri, jadi sewajarnya Abian memanggil nya dengan nama Riska saja. Abian seharusnya tahu kalau ada hati yang harus di jaga.
"Kenapa?." tanya Abian.
"Lebih baik panggil Riska saja."
"Oke baiklah." Abian tidak bertanya lebih lanjut melihat mimik wajah Riska yang serius.
Celingak-celinguk Riska menatap ke arah toilet. Entah kenapa Septia tidak kunjung datang.
"Sudahlah kita pernah akrab dekat. Kenapa kita tidak mengakbrabkan diri lagi. Aku merasa kamu seperti memberi batasan untuk ku. Lagian aku ingin akrab seperti dulu."
Abian Hardiningrat, seorang pengacara ternama dengan segudang prestasi. Di persidangan tak jarang ia seperti singa garang dalam menghadapi lawan, sehingga kerap sekali memenangkan kasus yang cukup berat. Namun di depan Riska berubah menjadi kucing manis yang minta di elus-elus tuan nya.
"Tidak mungkin kita seakrab dulu. Biar bagaimana pun aku tau batasan bergaul antara laki-laki dan perempuan. Kamu laki-laki beristri, aku tidak kau menjadi perusak hubungan rumah tangga orang. Memang saat ini kita tulus berteman, namun tidak ada jaminan ke depan nya kita akan tetap bisa menjaga hati, tidak menutup kemungkinan setan akan menggoda hati kita berdua hingga terjerumus ke tempat yang salah. Satu lagi, tidak ada pertemanan yang tulus antara laki-laki dan perempuan hingga salah satu nya menyimpan rasa. Jadi aku harap setelah ini kita menjaga jarak, ada perasaan istri mu yang harus di jaga." dengan lancar Riska mengungkapkan perasaan nya.
"Baiklah Riska, aku hargai keputusan mu. Tapi perlu kamu tahu istriku bukan seperti kebanyakan." Abian menarik nafas berat. Lalu mundur ke belakang hingga punggungnya bersandar di salah satu tiang penyangga rumah makan.
"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi aku hanya ingin mengingatkan bahwa apapun kekurangan istrimu jangan jadi alasan untuk mendua." Riska menarik nafas berat beriringan dengan Keynan yang baru datang setelah selesai mencuci tangan.
Abian menelan ludah nya sendiri saat Riska mencoba mengingatkan. Menurut nya Riska adalah orang yang sok tahu di dunia, padahal di tidak tahu yang sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga nya bersama Ajeng.
"Hai Adek manis, namamu siapa?" Riska mencoba menyapa bocah berpipi chubby tersebut. Tangan kanan nya pun di ulurkan pada bocah berlesung pipi tersebut.
.
.
.
tinggalkan aja suamimu riska......