Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Pergi
“Duke Trishan, saya sudah merencanakan semuanya, tapi entah kenapa saya merasa sangat takut.”
“Tenang saja, aku ada di sini. Lagi pula dia sudah berjanji padamu.”
“Saya tidak bisa berkata-kata untuk semua yang Anda lakukan, terima kasih,” balas Selene.
“Tidak masalah, lagi pula semua setimpal dengan bayarannya.”
Trishan melirik perut Selene yang membesar, “Apa ini rencananya?”
“Ya, ini kehamilan palsu, semua ini bagian dari rencana.”
“Tapi sungguh saya tidak bisa merasakan rencana ini akan berjalan baik.”
“Apa yang membuatmu sangat takut? Semua sudah diatur, jadi beraktinglah bahwa ini benar-benar terjadi,” balas Trishan menenangkan.
Trishan dan Selene berjalan bersama menuju acara perburuan, di sana kaisar menyambut hangat kedatangan sang Duke muda.
“Duke Trishan, selamat datang atas kembalinya kau ke Lezarde.”
Duke Trishan menunduk memberi hormat, “Terima kasih atas sambutan Anda.”
“Yang Mulia, Trishan sudah kembali kekaisaran, kau tidak ingin membuat pesta penyambutan untuknya?” tanya Selene dengan suara manja.
“Tentu saja kita akan membuat acara, Duke adalah pahlawan di negeri ini, mana mungkin kita tidak merayakannya.”
Ya, Trishan Laxiet, adalah seorang Duke di Lezarde, yang juga saudara sepupu dari Leonardo sendiri. Keduanya tumbuh bersama dengan didikan yang tak jauh berbeda, ia juga ahli dalam berpedang seperti Leonardo, wajah dan perawakan keduanya pun juga mirip.
Hanya warna matalah yang menjadi pembeda antara keduanya, jika Leonardo memiliki mata merah, maka Trishan memiliki mata biru.
Saat melihat keduanya sibuk berbicara, Selene pun meninggalkan keduanya.
“Yang Mulia, kalau begitu aku permisi, kalian tampak sibuk membicarakan pekerjaan aku tidak ingin mengganggu.”
...****************...
Selene berjalan menuju meja permaisuri, di sana Calista tampak tengah bersantai sembari menyeruput teh. Selene dengan percaya diri menghampiri permaisuri, ia langsung duduk di kursi yang kosong.
“Permaisuri, lama tidak bertemu denganmu. Semoga kau selalu sehat.”
Kata-kata sembarang yang keluar dari mulut Selene sebenarnya sangat menjengkelkan bagi Calista, tapi kini ia memutuskan untuk tidak peduli.
“Bisa kan aku ikut bergabung bersamamu, aku kasihan melihatmu duduk sendirian di sini, jadi aku ingin menemani.”
“Jika kau ingin di sini, maka duduk diamlah di tempatmu,” tegur Calista sembari menyeruput tehnya.
“Ya, ya aku akan diam. Hah, permaisuri kau benar-benar menyiapkan acara ini dengan sangat meriah, berkat Yang Mulia aku juga bisa melihat acara ini.”
“Permaisuri tahu, meskipun usia kandunganku masih baru, aku sudah memimpikan dia menjadi seorang putri atau pangeran di kerajaan ini.”
“Dia pasti akan jadi cantik atau tampan kan Permaisuri, aku harap Theodore tidak akan iri pada kehidupan anakku nanti.”
Meski mendengar kata-kata Selene yang keterlaluan, Calista sama sekali tak bergeming, ia masih terlihat tenang dengan wajah teduhnya.
Calista menatap Selene dan tertawa kecil, “Ha, ha, Theo tidak akan pernah mengganggu kehidupan anakmu, itu bukan tandingannya.”
Selene terdiam, ia kehabisan kata-kata, wanita itu mulai meminum teh yang dituangkan pelayan untuknya.
Tak berapa lama, tiba-tiba saja Selene terbatuk, ia memuntahkan darah dari mulutnya. Wajah cantiknya berubah pucat kala melihat muntahan darah di tangannya.
Mata itu kemudian menatap tak percaya permaisuri.
“Permaisuri a-apa kau begitu membenci—“
Belum sempat Selene menyelesaikan kata-katanya, wanita itu telah roboh ke tanah. Melihat Selene yang seperti itu sontak membuat orang-orang di sekitar terkejut.
“Apa yang terjadi dengannya!”
“Dia keracunan!”
Mereka memandang aneh permaisuri yang masih duduk tenang di tempatnya. Para bangsawan langsung berbisik dan menyimpulkan sendiri siapa pelakunya.
Leonardo dan Trishan yang tadinya sibuk berbicara langsung datang menghampiri Selene yang sudah tak sadar kan diri.
“Selene apa yang terjadi denganmu?”
“Selene!”
“Apa yang kalian lakukan, cepat bawa dia!” perintah Leonardo.
Saat tubuh Selene telah dibawa menuju istana, Kaisar berdiri dan menatap sengit Calista.
“Permaisuri, temui aku setelah ini dan jelaskan semuanya,” ucap sang kaisar penuh penekanan.
‘Aku tidak menyangka jika permaisuri bisa senekat itu.’
‘Bahkan meski kejahatannya terang-terangan diketahui semua orang dia masih saja terlihat tenang'
‘Tapi menurutku itu lebih bagus, siapa yang ingin tepatnya dibagi dengan seorang selir'
‘Permaisuri benar-benar nekat'
‘Kehidupan istana memang sangat mencekam, ya.’
Meski Calista mendengar bisikkan para bangsawan, ia tetap diam, toh percuma bagi dirinya untuk membela diri, tidak akan ada yang percaya pada wanita serakah.
Calista berdiri dari kursinya dan berniat untuk kembali ke istana putih, saat dirinya hampir sampai di istana, ia begitu saja dicegat oleh Theodore dan Aaron.
“Ibu, ibu tidak papa? Ibu aku tahu kau tidak bersalah, mereka sangat jahat menuduh ibu,” ucap Theodore sembari menghapus air matanya.
“Permaisuri, saya tahu Anda tidak bersalah, saya akan selalu di pihak Anda.”
“Anda tidak boleh bersedih, dan Anda tak perlu cemas, karna semua ini tipu daya dari wanita jahat itu.”
Calista tersenyum melihat kekhawatiran keduanya, ia berjalan mendekati sang putra dan berjongkok di hadapannya.
Permaisuri menatap dalam sosok putranya, meski sang ibu tak berkata apa pun, lewat matanya Theodore dapat mengetahui kesedihan dan rasa sayang Calista padanya.
Theodore memeluk sang ibu dan tangisnya pun semakin pecah.
“Theodore tak perlu khawatir pada ibu, ibu bisa menghadapi semuanya.”
Tatapan Calista beralih menatap Aaron. “Terima kasih atas kekhawatiran Anda, Kaisar Axios.”
...****************...
Calista yang berada di istana putih, tampak duduk di meja kerjanya sambil memandang langit yang menghitam, sudah tiga jam berlalu sejak peristiwa itu terjadi.
“Aku akan merindukan tempat ini.”
Baru saja Calista berkata seperti itu, Elisha datang menemuinya, wajahnya melukiskan kekhawatiran.
“Ada apa Elisha?”
“Yang Mulia, Ba-baginda kaisar memanggil Anda, Beliau menunggu Anda di istana selir.”
“Begitukah.”
Calista beranjak dari duduknya, ia memperbaiki gaun yang kusut dan kemudian berjalan pergi dari kamar. Tak ada raut khawatir atau pun sedih di wajah Calista, ia masih saja tampak tenang.
Dengan langkah gontainya Calista bersama ketiga pelayan pribadinya berjalan menuju istana selir, di sana Leonardo menunggunya di depan kamar Selene.
“Salam untuk Anda yang Mulia, Anda memanggil saya?”
“Bagus sekali Calista, kau masih bisa memasang wajah tenang setelah apa yang terjadi.”
“Selene sudah mengatakan semuanya padaku, sekarang aku ingin kau menjelaskan semuanya.”
Tiba-tiba pintu kamar Selene terbuka, wanita itu berdiri di ambang pintu, wajahnya tampak pucat dan matanya sebab sedangkan di sampingnya ada Trishan yang memapahnya.
“Ini semua karna kau, karna kau aku kehilangan bayi dalam kandunganku!”
“Selene cukup, biar aku yang berbicara dengan permaisuri. Calista jelaskan semuanya dari sudut pandangmu.”
“Anda bisa melihatnya sendiri tanpa penjelasan saya, jika Anda orang yang jeli dan paham situasinya, maka Anda akan tahu siapa pelakunya.”
“Aku meminta Penjelasan dari sisi pandangmu Calista.”
“Tidak ada yang bisa saya jelaskan untuk Anda.”
“Baiklah jika itu jawabanmu.”
“Maka dari itu, Aku Leonardo Edgar Alaric, kaisar Lezarde. Mengasingkan Permaisuri sebagai bentuk introspeksi diri atas kesalahannya.”
Calista terdiam menatap sosok pria di hadapannya.
Ayo memohonlah padaku. Leonardo.
Memohonlah. Leonardo
Memohonlah Calista, memohon lah padaku. Leonardo
Memohonlah, dengan begitu aku akan membantumu. Leonardo
Harapan Leonardo pupus kala mendengar jawaban Calista. Ia pikir jika memberikan permaisuri hukuman seperti itu, maka Calista akan memohon padanya, tapi nyatanya jauh berbeda.
“Baik, saya akan pergi.”
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget