Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pergi
Jarwo selama ini mang sudah sangat tidak nyaman dengan keluarga Yeni, namun berusaha bertahan, berharap Yeni mau berubah dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai istri, namun justru semakin tak bisa di kasih tau dan selalu bersikap semaunya. Hanya uang dan uang yang Yeni inginkan.
Ibu mertuanya apa lagi, selalu berkata kasar dan tak jarang melukai hati. Hingga Jarwo memutuskan untuk memilih melepaskan Yeni dan menikahi wanita lain yang bisa menerima dan mencintainya dengan tulus.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Aku sudah minta maaf baik baik, kenapa kamu masih mau melaporkanku hah, maksudmu apa?" Teriak Yudha emosi tanpa sedikitpun mau mengakui sikap arogannya.
"Pulanglah sebelum aku telpon polisi sekarang juga, aku sudah muak dengan sikap kalian. Selama ini aku diam, berusaha memaklumi sikap dan ucapan kasar kalian. Bahkan aku sangat kasihan dengan mbak Halwa yang sudah kalian perlakukan seperti pembantu, padahal untuk mengisi perut kalian saja, itu semua dari uang kerja kerasnya mbak Halwa. Sungguh kalian memang manusia manusia tidak punya hati bahkan rasa malu sudah tidak ada pada diri kalian. Menjijikkkan." Herdik Jarwo penuh emosi, Jarwo sudah tidak bisa lagi menahan untuk diam saja dengan apa yang di simpannya selama ini.
" Apa?." Seketika Yudha dan Yeni dibuat terkejut dengan semua penuturan Jarwo yang berapi api penuh amarah.
"Tidak hanya selingkuh, tapi kamu juga sudah berani membela perempuan bodoh itu, keterlaluan kamu Mas!." Sungut Yeni tidak terima tapi hanya ditanggapi senyuman sinis oleh Jarwo.
" Pergi dari rumahku, aku sudah tidak punya hubungan apa apa dengan kalian. Dan kamu Yen, kamu sudah bukan istriku, tunggu saja surat cerai dari pengadilan, aku akan mengirimnya kerumahmu nanti." Sambung Jarwo jengah dengan sikap mantan istrinya.
" Tega kamu Mas, tega! Kamu lebih memilih perempuan jelek itu dari pada aku istrimu yang sudah bertahun tahun menemanimu. Aku lebih cantik dan seksi dari wanita itu. Kalau kamu mau anak, baik. Aku akan hamil untukmu Mas, tapi tinggalkan perempuan murahan itu." Balas Yeni yang masih dilanda amarah.
" Sudahlah Yen. Semua sudah terlambat. Aku sudah muak dengan semua sikapmu itu. Dan aku sudah tidak lagi ingin mempertahankan rumah tangga kita yang sudah lama mati, tidak ada warna apa lagi rasa. Lebih baik kamu belajar menerima kenyataan. Percuma kamu teriak teriak tidak terima, karena keputusanku sudah bulat." Jarwo bicara penuh dengan penekanan dengan tatapan tajam diarahkan pada wanita yang kini sudah menjadi mantan.
" Sudahlah mbak, lebih baik kita pergi dari sini. Jangan permalukan diri mbak lagi." Hentak Yudha yang sudah mulai jengah, karena posisinya mereka yang terus akan dipermalukan. Tanpa berpikir panjang lagi, Yudha menarik lengan kakaknya untuk pergi menjauh menuju mobilnya.
Di dalam mobil, Yeni terus menangis. Hatinya masih tidak terima dengan keputusan yang Jarwo ambil. Lebih memilih wanita lain dan membuangnya begitu saja.
" Sudahlah mbak jangan nangis terus, makin pusing aku mendengarnya." Sungut Yudha kesal.
" Kamu punya hati gak sih yud? Sudah tau mbakmu susah, bukannya menghibur tapi malah semakin bikin kesel." Bentak Yeni tak kalah kesalnya.
" Bukan begitu, apa mbak Yeni lupa tadi Jarwo bilang apa? Dia akan laporin kita ke polisi. Kalau beneran bisa mati kita mbak." Sahut Yudha frustasi dan langsung membuat tangis Yeni berhenti berganti cemas dan bingung.
" Gimana kalau kita beneran masuk penjara yud? Mbak gak mau."
" Makanya mbak sekarang mikir, cari cara agar mantan mbak itu tidak jadi melaporkan kita." Sungut Yudha dengan pandangan fokus ke depan.
" Mbak bisa apa yud, Jarwo saja bahkan sudah tidak mau lihat wajah mbak ini." Yeni tertunduk dan air matanya kembali menetes pilu.
" Kita sudah sampai, masuk dulu. Kita bicarakan dengan ibu, siapa tau ibu punya jalan keluar." Sambung Yudha datar bahkan tidak merespon kesedihan yang Yeni rasakan.
" Gimana? Kalian sudah menghajar mereka?" Sambut Bu Imah yang sudah berdiri di depan teras menyambut kepulangan kedua anaknya.
" Sudah, tapi kita akan masuk penjara. Jarwo mau melaporkan kita ke polisi besok." Sahut Yudha datar sambil terus melangkah ke dalam rumah dan menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.
" Apa? Penjara?." Teriak Bu Imah tak percaya.
" Kurang ajar itu si Jarwo, sudah ketahuan selingkuh, lha ini masih berani memenjarakan, keterlaluan sekali dia." Sungut Bu Imah tak terima. Yudha hanya bisa memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak menjadi pusing dengan masalah yang terus menimpanya.
" Bahkan mas Jarwo sama sekali tidak mau melihatku Bu. Dia sudah di buat lupa oleh perempuan itu. Sakit hati Yeni." Lapor Yeni pada ibunya yang semakin meradang.
" Sudahlah Yen. Kamu itu cantik dan masih terlihat muda, pasti kamu akan menemukan laki laki yang lebih baik dari si Jarwo itu." Balas Bu Imah menghibur anaknya.
" Tapi dari mana lagi Yeni dapat uang Bu, kalau Yeni sudah tidak jadi istrinya mas Jarwo, itu sama saja Yeni sudah tidak lagi dapat jatah uang darinya. Sebenarnya yang bikin Yeni sedih itu ya ini, Yeni bingung memikirkan biaya perawatan tubuh ini biar tetap cantik."
"Astagfirullah mbak, aku pikir tadi mbak itu benar benar sedih karena diceraikan mas Jarwo, ternyata yang mbak tangisi uangnya." Sahut Yudha melongo menatap kakaknya tak percaya.
" Kita itu tidak usah munafik yud, uang itu segalanya, yang penting buat mbak ya uang, kalau mas Jarwo gak perduli aku."
" Sudah, sudah. Kalian ini bukannya mikir gimana biar Jarwo tidak melaporkan ke polisi, ini malah bertengkar gak jelas." Seketika Yeni dan Yudha langsung terdiam dengan pikiran masing masing.
" Gimana kalau kamu telpon Jarwo sekarang Yen, bilang ke dia agar menarik keputusannya. Bilang kalau kamu akan memaafkannya dan tidak lagi mengusiknya asal dia tidak melaporkan kalian ke kantor polisi." Usul Bu Imah yang langsung di iyakan oleh Yudha.
" Apa Bu? Maafin mereka, oh tidak. Enak sekali, mereka senang senang sedangkan aku menderita disini." Balas Yeni tidak terima.
" Kamu pilih di penjara apa milih mengiklaskan? Kalau ibu terserah kamu saja, ini saran ibu, mau kamu dengar atau tidak itu urusanmu. Sudah ibu bilang, kamu itu cantik, pasti banyak yang antri di luar sana untuk jadi suamimu. Cari yang lebih kaya dari Jarwo." Sambung Bu Imah mengingatkan.
Yeni terdiam merenungi perkataan ibunya, terbayang lantai penjara yang dingin dan kotor, belum lagi akan bercampur dengan para penjahat disana, membuat Yeni langsung bergidik ngeri.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
Happy ending ❤️