✅ Cerita ini mengisahkan konflik rumah tangga penuh drama.
✅ Bagi yang belum cukup umur apalagi masih bau kencur, silahkan mundur dengan teratur!
****
Kegetiran senantiasa menyertai perjalanan hidup seorang wanita bernama Mayuri Akhila.
Menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda, membawa Yuri ke dalam banyak masalah.
Karena status itu pulalah, dia diusir warga di lingkungan tempat tinggalnya dan dituduh sebagai perempuan penggoda suami orang. Namun, pengusiran itu justru mempertemukan Yuri dengan seorang pria beristri yaitu Pandu Manggala.
Dekat dengan Pandu, membuat Yuri merasa menemukan kenyamanan dan diam-diam menaruh hati terhadap pria yang juga selalu memberi perhatian istimewa terhadapnya tersebut.
Mungkinkah Yuri dan Pandu bisa bersatu?
Haruskah Yuri menjadi seorang pelakor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 34. Tak Sengaja Melihat
Setumpul-tumpulnya sebilah pisau, apabila sering diasah, akan menjadi sebuah pisau yang tajam dan berguna.
Begitu pula dengan perkembangan Yuri. Iibaratkan pisau yang terasah dengan baik, kemampuan Yuri dalam bekerja sebagai seorang admin pun semakin hari semakin menajam.
Beberapa hari magang di kantor itu, Yuri kian terbiasa dengan semua pekerjaannya. Dia juga sangat mudah menerima semua hal yang diajarkan oleh seniornya. Beberapa tugas yang membutuhkan tanggung jawab lebih pun sudah mulai dipercayakan kepadanya. Yuri juga sangat senang bekerja di kantor itu. Setiap hari, banyak hal baru yang dia pelajari di sana dari para seniornya. Dia tidak segan bertanya apabila menemukan kesulitan mengerjakan tugasnya.
Selain itu, Yuri juga sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Sikapnya yang ramah dan sangat rajin dalam bekerja, membuat banyak senior yang sangat menyukai kinerjanya, sehingga tidak seorang pun yang menyangka kalau Yuri sebenarnya hanyalah wanita dengan jenjang pendidikan yang sangat rendah.
Hari sudah menjelang siang, tetapi Yuri masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya, padahal waktu dia bekerja di sana, seharusnya hanya sampai pukul dua belas siang saja.
"Sudah jam dua belas, tapi pekerjaanku belum selesai. Kasihan Chia, pasti Pak Pandu terpaksa harus membawanya ke toko." Yuri bersungut sendiri, merasa menyesal karena belum bisa menyelesaikan semua pekerjaannya hari itu. Dia teringat akan tanggung jawab utamanya, harus menjaga Chia setelah dia pulang dari bekerja di kantor itu.
"Yuri, apa pekerjaan kamu belum selesai? Kok sudah jam segini kamu belum pulang?" Seorang sekretaris seniornya yang bernama Nita bertanya dan merasa heran karena Yuri masih ada di kantor itu, padahal dia hanya pekerja part time di sana.
"Iya nih, Mbak Nita. Dokumen-dokumen yang harus saya ketik ulang belum selesai semua," sahut Yuri seraya menunjukkan beberapa lembar dokumen yang harus dia revisi ulang, kepada sekretaris itu.
"Kalau belum selesai sekarang, kamu bisa lanjutkan lagi besok, Yuri! Dokumen itu tidak terlalu urgent, yang penting sebelum akhir bulan kamu sudah menyelesaiaknnya," ujar Nita, memberi saran.
Yuri seketika memasang senyum lebar di bibirnya, mendengar saran dari seniornya itu. "Beneran nih, Mbak? Apa semua ini boleh saya lanjutkan besok?" tanyanya terlihat antusias.
"Boleh-boleh saja, Yuri," sahut Nita dengan santainya.
"Baiklah, terima kasih banyak ya, Mbak Nita. Saya janji, besok semua ini pasti akan saya bereskan!"
Yuri bergegas merapikan meja kerja dan mematikan komputernya.
"Mbak Nita, saya pulang duluan ya! Sampai ketemu besok." Yuri melambaikan tangannya dan tidak lupa berpamitan kepada seniornya itu, sebelum dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kantornya.
"Iya, sampai ketemu besok, Yuri!" balas Nita juga dengan senyum serta ikut melambaikan tangannya.
"Hai ... selamat siang, Nita! Apa Pak Hans ada di kantornya?"
Belum sempat Yuri menggeser langkahnya meninggalkan ruang kerja itu, sontak dia tersentak kaget oleh suara seorang wanita yang tengah bertanya kepada Nita, dan suara wanita itu terdengar sangat tidak asing di telinganya.
Yuri yang sudah siap akan pulang, segera menundukkan wajahnya dan membalikkan badannya agar tamu yang sedang berkunjung di kantor itu tidak sampai melihat wjahnya.
"Seperti suara Ibu Tamara ... apa itu dia?" Batin Yuri bertanya-tanya. Sejenak Yuri diam di tempatnya berdiri semula, tetapi dia tidak berani menoleh ke arah wanita itu.
"Selamat siang, Bu Tamara. Pak Hans sudah menunggu ibu di ruangannya. Silahkan langsung masuk saja."
Yuri menarik nafas dalam-dalam, mendengar kalimat Nita, yang menyambut ramah wanita itu serta menyebut nama Tamara. Dia menjadi sangat yakin kalau wanita itu adalah mantan majikan yang sudah pernah mengusir dirinya dengan cara kurang baik sebelumnya.
Yuri kemudian membalikkan badannya dan dia dengan jelas bisa melihat Tamara sudah berjalan menuju ruangan CEO setelah dipersilahkan langsung masuk oleh Nita.
"Yang tadi itu Ibu Tamara ya, Mbak?" Merasa sangat penasaran, Yuri langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Nita.
"Iya! Itu Ibu Tamara Nagita, client-nya Pak Hans. Mereka sedang mengerjakan project bersama dan Bu Tamara sangat sering kok datang kesini," jelas Nita.
"Kamu kenapa, Yuri? Apa kamu kenal sama Ibu Tamara?" Nita menyipitkan sebelah matanya menatap heran kepada Yuri yang terlihat penasaran terhadap Tamara.
"Aah ... enggak, Mbak. Saya tidak kenal. Hanya seperti pernah mendengar namanya saja," elak Yuri berbohong.
Tak ingin Nita bertanya lagi padanya, Yuri pun memilih segera meninggalkan kantor itu. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat ketika menyadari kehadiran Tamara di kantor itu. Dia takut apabila Tamara melihatnya, bisa jadi akan timbul masalah lain karenanya.
Yuri melebarkan langkahnya keluar dari gedung perkantoran itu. Tiba di lobby, dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek online.
Cukup lama Yuri duduk menunggu di tepi taman di depan kantor itu. Jalanan yang padat di jam-jam sibuk waktu makan siang, menyebabkan ojek online yang dipesannya akan tiba sedikit terlambat.
Dari lobby yang sama, dua orang juga terlihat baru saja turun dari lift dan melangkah menuju area parkir VIP yang ada di depan gedung kantor itu. Tamara dan Hans keluar bersamaan dan keduanya terlihat sedang bergandengan tangan sangat mesra.
"Kamu ingin kasih aku kejutan apa lagi siang ini, Hans?" Tamara bertanya sambil terus bergelayut manja di tangan Hans.
"Aku akan mengajakmu makan siang di restoran favorite aku dan setelah itu, kita akan ke tempat biasa," sahut Hans dengan kerlingan mata nakalnya.
"Aaah, Hans! Siang-siang begini kamu mau ngajak aku check in? Dasar mesum!" hardik Tamara sambil mencubit gemas pinggang pria di sampingnya.
"Yang penting kamu juga suka kan, Sayang?" balas Hans dengan seringai genitnya.
Keduanya lalu masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang terparkir rapi di area parkir VIP itu. Tak lama setelahnya, mobil itupun meluncur cepat, meninggalkan gedung kantor itu.
Setelah mobil mewah milik Hans berlalu, dari balik rerimbunan pohon palem merah di taman itu, Yuri kembali menyembulkan wajahnya.
Ketika dia tengah menunggu ojek, dia sempat terlonjak kaget ketika mendengar suara seorang wanita yang sangat dia kenal dan terdengar tengah berbicara dengan CEO, pimpinan tertinggi di kantor tempatnya bekerja.
Yuri sengaja bersembunyi ketika Tamara dan Hans melintas di dekatnya. Tentu saja karena dia tidak ingin Tamara melihatnya.
Yuri menghela nafas dalam-dalam, dengan jelas dia bisa mendengar percakapan dua orang itu sebelumnya.
"Ibu Tamara dan Pak Hans sepertinya akan pergi makan di luar bersama," pikir Yuri.
"Tapi, apa yang tadi mereka tengah bicarakan? Kenapa mereka terlihat sangat mesra?" Yuri mengerutkan keningnya. Percakapan layak sensor antara dua orang yang bukan merupakan pasangan suami istri itu, terdengar tidak wajar di telinga Yuri.
"Ahh ... tidak mungkin! Aku tidak boleh berprasangka buruk terhadap Bu Tamara dan Pak Hans. Mereka itu kan client dan sedang menggarap project bersama. Wajar kalau mereka terlihat sangat akrab." Yuri menggelengkan kepalanya dan berusaha mengalihkan semua pikiran buruk serta tidak ingin menyimpan praduga yang tidak-tidak terhadap Tamara dan Hans.
Tidak ingin terlalu merisaukan semua hal yang baru disaksikan oleh kedua mata serta didengar kedua telinganya, Yuri bergegas berjalan menuju pick up zone area di gedung itu, karena ojek yang dia pesan juga sudah datang menjemputnya.
kamu terlalu Sisca 😂😂😂
dahlah ... selamat buat pandu dan Yuri.
chia udah besar ketemu sama mama tamara ya nak. apapun ibu mu, dia tetap ibumu 😑😑🤭🤭
kasihan melihat Tamara, semoga dia akan bahagia bersama kehidupan yang lain. selamat jalan Tamara 🥲🤧