Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laki-laki Atau Perempuan
Menunggu di ruang tamu, Dirgantara dipaksa memakai pakaian rapi oleh istrinya. Entah kenapa Sela begitu antusias sedangkan Dirgantara bagaikan tidak setuju dengan ide pertunangan, serta rencana pernikahan ini.
Pasalnya baru saja rencana pertunangan dengan Hazel diputuskan sepihak oleh Cheisia.
Bianca tersenyum, tapi dalam hatinya benar-benar malas dengan semua ini. Lebih menyenangkan berkirim pesan dengan Hazel bukan?
Tapi ada yang aneh. Tidak ada balasan pesan sama sekali. Bahkan tiba-tiba nomornya diblokir?
"Neil sudah datang." Ucap Cheisia mendengar suara mobil.
"Sayang! Kamu harus ingat! Terima apapun keputusanku. Jika tidak, aku akan menginjak burung kesayanganmu." Ancaman penuh senyuman dari istrinya yang tengah merapikan dasi suaminya. Membuat Dirgantara menelan ludah kasar.
"Apa yang dapat dibanggakan? Paling juga setara dengan keluarga Hazel..." Batin Bianca, menikmati teh di hadapannya.
Tapi.
Seorang pelayan mempersilahkan mereka masuk. Seorang wanita yang masih duduk di kursi rodanya. Serta Neil yang mengenakan setelan jas rapi.
Beberapa kotak dan paper bag dikeluarkan pelayan dari dalam mobil. Brand terkenal terlihat di labelnya. Seketika membuat Bianca mengernyitkan keningnya.
"Sela!" Teriak wanita yang masih duduk di kursi rodanya.
"Yulia!" Sela berjalan mendekati sahabatnya mencium pipi kanan pipi kiri."Tidak usah repot-repot, membawa oleh-oleh."
"Tidak bisa seperti itu, aku akan meminta anakmu untuk mendidik anakku yang susah diatur. Mereka benar-benar serasi, seperti Obito dan Rin (tokoh animasi)." Kalimat yang diucapkan Yulia, membuat kedua sahabat itu berteriak heboh sendiri bersamaan.
"Aku tidak bisa berkata-kata." Neil memijit pelipisnya sendiri.
"Kakanda...adinda kangen!" Cheisia melekat, memeluk lengan Neil.
Dengan cepat pula Dirgantara berusaha melepaskan putrinya."Cheisia! Kamu itu perempuan."
"Cinta tidak memandang laki-laki atau perempuan. Asalkan dapat kesempatan dalam kesempitan, harus diterobos. Ayah tidak tau, ini jaman emansipasi wanita!?" Bentak Cheisia, tidak bersedia melepaskan Neil.
Pembicaraan yang pastinya tidak akan selesai dalam waktu singkat. Tapi mungkin kala embun tetap berusaha memiliki bunganya ada hal yang tidak diduga akan terjadi.
*
Tinggal seorang diri di rumah semi permanen. Sebuah rumah yang hanya berlapis triplek berada di kota lain.
Tepat pukul 11 malam gejala itu mulai terasa. Seorang wanita yang harus hidup menggunakan identitas saudara tirinya. Nama aslinya? Bianca. Dirinya mengetahuinya, tapi dirinya harus hidup sebagai Vony jika tidak ingin dihabisi oleh selingkuhan mendiang ayahnya.
Uueek!
Muntah disertai pusing, perutnya sakit, berusaha mendapatkan tenaga ke kamar mandi. Tinggal seorang diri di tempat ini? Dunia begitu dingin bukan?
Bahkan ketika Tantra hadir di hidupnya. Dengan cepat pula orang tua kekasihnya memindahkan ke sekolah yang berbeda. Bahkan kini keberadaan kekasihnya berselisih tiga jam perjalanan dari tempat ini.
Kembali berbaring, tapi rasa mual tetap muncul, meminum obat pun, obat yang dibelinya di warung segera dimuntahkan olehnya.
"Kenapa aku begini? Apa aku hamil? Tapi aku kan hanya pernah berciuman dengan Tantra. Tidak pernah lebih, kenapa jadi pusing dan muntah-muntah..." Gumam seorang remaja polos yang bingung harus bagaimana.
Dirinya tidak memiliki uang untuk ke dokter. Tidak memiliki orang tua untuk membimbing. Sekolah pun, dapat dikatakan dirinya hanya sekedar bersekolah. Karena harus bekerja untuk bertahan hidup.
Tubuh yang lemas, dirinya membuat oralit. Tapi pada akhirnya sama, semua isi perutnya kembali keluar. Diare patah, disertai rasa mual dan muntah yang tidak kunjung berhenti.
Perlahan dirinya mulai mengirim pesan pada Tantra, satu-satunya orang yang mungkin akan menolongnya.
'Aku mual dan muntah. Perutku sakit. Tapi aku tidak mungkin hamil.'
Sebuah pesan polos dari Bianca yang kini menggunakan nama Vony hanya untuk bertahan hidup dari ancaman pembunuhan selingkuhan ayahnya. Kita sebut saja sekarang namanya Vony, agar lebih mudah membedakan, walaupun sejatinya dialah Bianca yang asli.
Sedangkan di tempat lain, Tantra tengah berada di hadapan kedua orang tuanya saat ini. Yang membawa seorang wanita untuk dijodohkan dengannya. Melarikan diri sekarang? Maka kedua orang tuanya akan semakin membenci Vony.
Harus berakting bagaikan pria tidak normal agar perjodohan ini dibatalkan.
Tapi bagaimana dengan kekasihnya yang kini tengah sakit? Mungkin Vony dapat menahan satu jam lagi, barulah dirinya akan pergi.
"Mereka benar-benar cocok." Ucap seorang wanita paruh baya. Sedangkan gadis muda di sampingnya memutar bola mata malas, karena dijodohkan dengan pria gemulai.
"Tante, mama, aku permisi ke toilet dulu." Ucap Tantra, merapikan rambutnya sendiri. Lebih tepatnya menyelipkan ke belakang telinga, kemudian berjalan berlenggak lenggok menuju toilet.
Memasuki toilet pria dirinya benar-benar berada dalam kecemasan. Dengan cepat dirinya menghubungi Vony.
"Yang, apa begitu parah?" Tanyanya segera setelah panggilan diangkat.
"Apa kamu sibuk?" Vony malah balik bertanya.
"Hari ini ibuku kembali mempertemukan dengan anak rekan bisnis ayah. Aku akan ke sana setelah pertemuan ini selesai." Tantra menghela napas berkali-kali, ada perasaan tidak enak dalam dirinya. Bagaikan sebuah firasat?
"Aku tidak apa-apa, aku bisa menunggu." Jawab Vony dari sebrang sana.
"A...aku... untuk berjaga-jaga aku akan meminta tolong temanku, untuk mengantarmu berobat." Tantra segera mematikan panggilannya. Tidak mengetahui jam berapa pertemuan memuakkan ini selesai.
Karena itu dirinya menghubungi Risa yang tidurnya sudah seperti kebo. Sudah diduga tidak ada jawaban sama sekali. Kembali dirinya menghubungi Jessi, berharap dapat membantu dirinya sekali ini saja.
Tapi sialnya sama, Jessi tidak mengangkat panggilan. Jika dirinya tiba-tiba pergi, maka orang tuanya akan marah besar. Mungkin saja mengirimnya ke luar negeri.
Menghela napas kasar masih ada satu orang lagi menjadi pilihannya. Mencoba menghubungi Cheisia.
Benar-benar berharap kali ini panggilannya diangkat. Dan benar saja, ada jawaban dari orang di seberang sana.
"Halo! Cheisia!" Ucap Tantra, tiba-tiba dengan nada jantan, bukan nada betina lagi.
"I...ini siapa?" Tanya Cheisia mungkin memastikan. Pasalnya suara Tantra tidak seperti ini.
"Ini aku Tantra." Kembali Tantra berucap dengan nada suara lemah gemulai.
"Oh! Ada apa? Em...tapi bisa kita bicara besok saja? Sedang ada pertemuan keluarga di sini. Selain itu aku tidak mau Neil cemburu. Dia sudah menatap tajam dari saat aku mengangkat panggilanmu." Cheisia terkekeh, membuat Tantra memijit pelipisnya sendiri.
"Aku... pacarku sakit." Ucap Tantra pada akhirnya.
"Sakit!? Kamu punya pacar!? Pacarmu laki-laki atau perempuan?" Sebuah pertanyaan heboh dari Cheisia.
"Tentu saja perempuan! Aku normal!" Bentak Tantra dengan suara pejantan tangguh.
"Lalu? Kenapa tiba-tiba menghubungiku?" Tanya Cheisia dari seberang sana.
"Aku sebenarnya tidak enak meminta tolong. Tapi teman ibuku baru pulang dari luar kota. Ibuku ingin aku berkenalan dengan anak perempuan temannya. Jika aku mengacaukan pertemuan, aku akan dikirim sekolah ke luar negeri. A...aku tidak mau itu, karena aku akan semakin jauh dengan pacarku." Ucap Tantra ragu meminta pertolongan. Mungkin sekitar satu, dua, atau tiga jam lagi. Apa Vony bisa menunggu?
"Jangan bicara berputar-putar Neil terlihat marah besar. Karena aku tidak mengindahkan peringatannya untuk berhenti bicara denganmu." Cheisia terdengar bagaikan akan menutup panggilannya.
"Tunggu! Pacarku perutnya sakit, dia bilang mual dan muntah. Bisa kamu ke tempat pacarku sekarang? Aku mohon! Namanya Vony, dia tinggal di kota Anyelir, jalan Cempaka, gang kelinci, rumah semi permanen pinggir sungai. Tidak ada nomor rumahnya jadi kamu bisa bertanya pada warga sekitar. Dimana rumah Vony yang membuat kerupuk." Ucap Tantra, tapi tidak ada jawaban dari Cheisia.
Wanita itu berteriak tidak jelas, kemudian mematikan panggilan sepihak. Mencoba menghubungi balik juga tidak diangkat.
Jujur saja Tantra saat ini benar-benar cemas. Menghela napas kasar dirinya mau tidak mau melanjutkan pertemuan keluarga.
"Mungkin Vony dapat menunggu sedikit lebih lama." Batinnya.
Tapi taukah kalian apa yang terjadi sebelum waktu terulang? Alasan terbesar mengapa Tantra menabrakkan mobilnya pada usia 24 tahun ke tebing pinggir laut. Itu karena rasa bersalah dan kehilangannya karena keputusan yang diambilnya hari ini.
Sebelum waktu terulang, Tantra datang setelah pertemuan keluarga. Membawa Vony ke rumah sakit. Sayangnya Vony meninggal dalam perjalanan. Kalimat terakhir? Tidak ada kalimat terakhir, Tantra menemukan Vony sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Apa ada hal kecil yang dapat berubah ketika kamu mengetahui masa depan lebih awal?
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍