NovelToon NovelToon
Cewek Intern Dan Duda Keren

Cewek Intern Dan Duda Keren

Status: tamat
Genre:Romantis / Perjodohan / Nikahmuda / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Hermosa

Dinda Lestari baru saja diterima di sebuah Perusahaan Multinasional sebagai Intern. Di hari pertamanya bekerja, seorang pria dewasa menarik perhatiannya. Dia adalah Arya Pradana, Kepala Divisi Business and Partners yang kabarnya sudah pernah menikah dan bercerai. Dia cerdas, berwibawa, dan tegas.
Baru beberapa minggu bekerja, Bunda Dinda menjodohkannya dengan putera temannya, penyelamat keluarga mereka saat diambang kehancuran dulu. Siapa sangka putera yang dimaksud adalah Arya Pradana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hermosa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Apa Dia masih Mencintai Mantan Istrinya?

“Pak Cecep mau kemana? Kok ambil arah kiri?” tanya Dinda bingung.

Hari ini, Dinda diantar dan dijemput oleh pak Cecep karena Arya sedang sakit. Baru sekitar 5 menit yang lalu mereka berangkat dari kantor menuju rumah. Namun, Dinda bingung kenapa pak Cecep mengambil jalur kiri yang tidak biasanya. Padahal untuk pulang, seharusnya dia mengambil jalur kanan karena lebih cepat dan bisa menghindari macet.

“Oiya maaf non, bapak lupa info. Tadi, den Arya minta Bapak untuk singgah sebentar ke apartemenny. Ada barang yang minta diambil, katanya,” ujar pak Cecep menjelaskan.

“Oh..barang apa, pak?,” tanya Dinda penasaran.

“Kotak sama tas warna coklat katanya, non,” jawab pak Cecep kembali.

“Kotak? Hm..kotak apa pak?” tanya Dinda masih penasaran.

“Waduh, bapak juga kurang tahu non. Den Arya cuma pesan minta diambilkan itu saja. Seharusnya, Bapak ambil setelah mengantar non Dinda ke kantor tadi pagi. Tapi, bapak lupa dan sudah diminta nyonya Inggit untuk pergi ke tempat lain,” jelas pak Cecep.

“Oh.. ya sudah kalau begitu,” ucap Dinda hanya mengangguk.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen Arya karena lokasinya masih satu jalan dengan kantor. Pak Cecep hanya perlu masuk tol dan keluar sekitar 5 menit menuju jalan biasa. Masih satu jalur yang sama, terdapat sebuah mall besar yang sekaligus sudah menyatu dengan apartemen.

Dinda sudah pernah kesini sebelumnya. Tetapi, Dinda tidak sampai masuk ke area apartemen. Hanya di parkiran saja.

“Sebentar ya non, bapak ke atas dulu untuk ambil titipannya den Arya,” ucap pak Cecep.

“Pak, saya boleh ikut ga? Saya takut kalau disini sendirian,” tutur Dinda.

Area Mall memang sangat ramai. Tetapi, parkiran apartemen terbilang sangat sepi.

“Ohiya, gapapa non,” jawab pak Cecep mempersilahkan.

Akhirnya Dinda juga ikut ke atas. Dia masih sedikit takut untuk berjalan sendiri di lorong - lorong seperti area apartemen. Terima kasih untuk pengalaman mengerikan di hotel tempo hari. Dinda masih mengingat kejadian di hotel itu dengan baik.

Apartemen Arya berada di lantai 15. Ada total 20 lantai di apartemen ini, belum termasuk dengan lobi dan basement serta area rooftop. Bagian termahal ada dari lantai 17 hingga 20.

Sedangkan apartemen Arya berada dalam kategori menengah. Namun sebenarnya, untuk ukuran menengah saja, harganya sudah terbilang sangat mahal.

Dari lantai 17 - 20 hanya ada 2 apartemen saja per lantai. Konsepnya lebih mirip seperti penthouse.

Sedangkan untuk kategori apartemen milik Arya yakni lantai 15 dan 16 hanya terdapat 4 unit apartemen saja per lantai-nya. Sebenarnya, Arya membeli 2 unit apartemen dalam satu lantai dan merenovasinya menjadi satu.

Ceklek. Pak Cecep membuka pintu unit apartemen dengan menggunakan kartu akses yang sudah diberikan oleh Arya pagi ini.

‘Wah.. luas juga ya, apartemennya. Baru pertama aku masuk ke apartemen,’ ucap Dinda terpana di dalam hati.

Dinda mengedarkan pandangannya ke segala arah. Banyak ruang yang dibuat terbuka dan hanya dipisahkan dengan sekat. Seperti ruang tamu, dapur, ruang kerja, dan mini bar. Sisanya adalah kamar mandi dan 2 buah kamar.

‘Mungkin satunya kamar utama dan satu lagi kamar tamu,’ pikir Dinda.

Ada lorong yang mungkin menghubungkan dengan apartemen satunya, tapi Dinda tidak berani kesana tanpa pemiliknya. Pak Cecep juga langsung masuk ke kamar utama.

Dinda hanya mengikuti kemana pak Cecep melangkah. Meskipun terlihat mewah, tapi kalau jarang dihuni kesannya jadi horor juga. Begitu pikir Dinda.

Perhatian Dinda tertuju pada sebuah foto berukuran besar di dalam kamar utama yang dimasuki oleh pak Cecep. Meskipun Dinda tidak ikut masuk, tetapi dia masih bisa melihatnya dengan jelas dari pintu.

‘Foto pernikahan pak Arya dengan mantan istrinya,’ ucap Dinda dalam hati.

‘Meski sudah tiga tahun bercerai, foto itu masih terpasang rapi disana,’ gumamnya.

Dinda melihat foto itu dengan lebih jelas lagi saat pak Cecep menghidupkan lampu kedua yang lebih terang di ruangan itu.

“Cantik,” celetuk Dinda.

Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Dinda saat melihat pantulan foto dari cermin besar. Ya, Dinda melihat foto itu dari pantulan cermin besar di dalam kamar utama.

‘Fotonya saja masih dia pajang dengan rapi. Apalagi hatinya. Dia belum bisa melupakan mantan istrinya,’ batin Dinda terdengar miris. Wajahnya berubah sendu.

‘Pak Arya memang suamiku, tapi hubungan kami tidak sama seperti hubungannya dengan mantan istrinya. Mereka menikah karena cinta. Sedangkan aku, dijodohkan. Dia tidak punya pilihan lain selain menikahiku. Dia mungkin hanya baik padaku karena saat ini aku adalah istrinya,’ berbagai kesimpulan masuk ke kepala Dinda.

‘Hah..bagaimana aku bisa melupakan fakta bahwa dia sendiri yang memintaku untuk membatalkan perjodohan itu. Mungkin saja dia sekarang baik karena merasa bersalah pada kejadian di hotel waktu itu,’ berbagai pikiran buruk muncul di benak Dinda.

Pantulan foto pernikahan yang dia lihat dari cermin sukses mengobrak - abrik perasaannya.

Pantas Dinda merasa aneh saat mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi apartemen. Tata letak, barang - barang, dan nuansa yang dia rasakan di apartemen ini bukan seperti seorang pria yang tinggal sendiri. Tetapi sepasang suami istri.

Di sudut dapur, Dinda bisa melihat beberapa gelas couple. Ada dua mantel dengan warna senada tergantung rapi di ruang tamu. Mantel berwarna coklat dengan aksen kulit yang kental. Satunya berwarna gelap dan satu lagi lebih terang.

Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Arya dan mantan istrinya. Dinda mengeluarkan asumsi - asumsinya sendiri setiap menemukan sesuatu di bagian apartemen itu.

Sepuluh menit kemudian, pak Cecep keluar dengan membawa sebuah kotak berukuran 30 x 30 dan tas berwarna coklat. Dalam hati, Dinda tak kuasa menahan rasa penasarannya tentang apa isi kotak dan tas itu. Tapi, dia menahan dan mengurungkan niatnya untuk memeriksa isinya.

“Sudah ketemu, non. Kita bisa kembali sekarang,”, ujar pak Cecep.

“Non Dinda?” panggil pak Cecep kembali.

Pak Cecep baru menyadari bahwa apartemen ini masih seperti sedia kala. Dia terlalu fokus mencari barang yang diminta sampai tidak peka. Pandangannya mengarah pada foto yang ada di kamar utama lalu pada Dinda.

“Non,” panggil pak Cecep lagi.

“Ah.. iya pak. Maaf,” ucap Dinda tersadar.

Sesampainya di lobby, Dinda secara tidak sengaja berpapasan dengan seorang wanita. Awalnya Dinda merasa biasa saja. Namun, rasa tidak asing membayanginya bahkan setelah setengah perjalanan dari apartemen Arya.

‘Dimana aku pernah melihat wanita itu, ya?’ tanya Dinda.

‘Apa dosen? Hm.. sepertinya tidak ada dosen di kampus yang berpenampilan semodis itu,’ pikir Dinda.

Melihat Dinda hanya termenung di dalam mobil membuat pak Cecep juga tidak enak hati. Dia ingin mengatakan bahwa semua itu hanya masa lalu Arya. Tapi, dia berpikir bukan tempatnya dia mengatakan seperti itu. Alhasil pak Cecep hanya bisa mengurungkan niatnya.

Tak lama Dinda baru menyadari bahwa wanita yang berpapasan dengannya tadi mirip dengan wanita yang ada di foto pernikahan di kamar utama.

‘Wanita itu adalah wanita yang sama yang ada di foto tadi. Mantan istrinya pak Arya. Apa dia tinggal di apartemen yang sama?’ Dinda merasa sangat penasaran.

Entah sejak kapan rasa tidak nyaman seperti ini merasuki dirinya.

*****

“Arya, kamu ga ada rencana akhir pekan apa gitu sama Dinda?” tanya Inggit pada puteranya.

Mereka sedang berkumpul di meja makan pagi ini. Kali ini dengan formasi lengkap. Ada Ibas, Andin dan kedua putera kecilnya. Kuswan juga tengah fokus menyantap sarapan paginya.

“Din, kamu kalo belanja biasanya kemana? Kapan - kapan kita shopping bareng yuk! Mba sibuk ngurusin anak mba. Jadi, ga pernah ngobrol dan main bareng kamu.”, Andin tersenyum.

Ya, Andin selalu saja sibuk dengan berbagai persoalan rumah tangga yang sedang dia hadapi. Semenjak Dinda resmi jadi bagian keluarga mereka, Andin belum sekalipun mencoba mengakrabkan diri dengan Dinda.

“Boleh mba. Aku gak punya tempat tertentu untuk shopping. Nanti aku bisa ikut mba Andin saja. Mungkin mba bisa kasih rekomendasi toko - toko yang bagus,” ucap Dinda sambil tersenyum senang.

Semenjak menikah dengan Arya, Dinda kebanyakan menghabiskan akhir pekan di rumah. Dia merasa bosan tetapi juga tidak enak jika harus pergi sendiri.

“Oke, mungkin minggu depan, kita coba atur waktunya, ya,”, usul Andin yang kemudian dibalas anggukan oleh Dinda.

“Eh tunggu - tunggu. Apa kabar voucher liburan ke Maldives yang dikasih sama tante Meri?” tanya Inggit membuka kembali pertanyaan yang ia berikan beberapa hari yang lalu.

“Sekarang udah gak bisa alasan - alasan lagi. Buruan dipake, kan sayang nanti kalau keburu expired, Arya,” tambah Inggit memanggil nama puteranya.

Sementara itu, yang dipanggil malah dengan tenang menyantap sarapannya tanpa menoleh sama sekali.

Dinda melirik ke Arya sebentar sebelum akhirnya membuka suara.

“Ma, tapi kan Pak.. hm.. mas Arya baru aja sembuh dari sakit, belum bisa untuk langsung liburan,” ujar Dinda melemparkan alasan.

“Nah, justru itu sayang. Dia itu sakit karena stres, kebanyakan kerja, ambisius gak jelas, dan akhirnya menyengsarakan diri sendiri. Rajin kerja boleh, tapi jangan diforsir sampai tumbang seperti kemarin,” Inggit tak mau kalah.

Meskipun dia menanggapi pernyataan Dinda barusan, tetapi pandangan dan arah langkahnya mendekat ke Arya, mencoba menarik perhatian puteranya yang dari tadi masih diam seribu bahasa.

“Arya, jadi kapan kamu mau berangkat sama Dinda?” tanya Inggit langsung persis di samping puteranya.

Arya mengangkat kepalanya. Setelah menyeruput teh hangat di sampingnya, Arya kemudian memandang ke samping ke arah Dinda. Tak lupa, dia juga meletakkan tangannya di belakang kursi yang diduduki oleh istrinya itu.

“Jadi, kapan sayang kita mau berangkat?” tanya Arya dengan nada dan wajah jahilnya.

Perlakuan Arya itu sukses membuat Dinda salah tingkah melihat reaksi anggota keluarga yang lain. Lalu, pandangan Dinda kembali beralih pada Arya.

‘Ih.. apa - apaan sih om - om satu ini. Kenapa tiba - tiba bersikap aneh? Pakai ‘sayang’ - ‘sayang’ lagi,’ Dinda langsung merinding mendengar ucapan itu keluar dari mulut Arya.

“Nah.. gitu dong! Sering - sering panggil sayang supaya hubungan kalian semakin mencari,” sought Inggit.

Tak seperti yang diharapkan Dinda, respon Inggit malah semakin antusias.

‘Bukannya seharusnya dia mengalihkan pembicaraan ini? Kenapa malah membuat mama semakin bersemangat dengan rencana bulan madu?’ protes Dinda dalam hati.

“Jadi, kapan Din? Ditanyain tuh sama suaminya,” sekarang Andin ikut mengompori.

“Ehm… ha-ha.. Kapan ya… heh Dinda belum kepikiran,”Dinda bingung harus bersikap seperti apa.

Inggit melemparkan topik ini secara tiba - tiba disaat Dinda belum mempersiapkan diri. Sementara orang yang seharusnya memasang tameng malah dengan santai melahap sarapannya.

“Oke, kalau begitu minggu depan aja, gimana? Kalian ambil cuti, trus berangkat liburan. Ya? Mau ya sayang?” rayu Inggit bukan main membuat Dinda jadi tak enak hati.

“Mulai lagi si mamah. Memang ratu drama, mama waktu mudanya jago akting, ya? Kenapa gak jadi artis aja?” ujar Ibas yang sedari tadi hanya mengikuti arus.

Tetapi dia mulai berkomentar karena gregetan dengan tingkah mama-nya.

Andin dan Arya juga ikut bertatapan pertanda setuju dengan pernyataan yang dilayangkan oleh Ibas. Mereka sudah hafal betul dengan gaya mama-nya.

“Ya udah, minggu depan kan berangkatnya. Hari ini aku mau nge-gym dulu. Aku berangkat ya, ma,” pamit Arya tiba - tiba.

Dia langsung beranjak dari kursinya dan berlari ke atas mengambil tas gymnya. Tak berselang lama, Arya kemudian kembali muncul di ruang tengah.

“Aku pamit ya, sayang,” ujar Arya sambil mencium pipi Dinda dengan mesra.

Tentu saja gadis itu langsung kaget. Dia sama sekali tidak menduga pergerakan itu dari Arya.

“Uhuyyy… yang lagi mesra - mesranya,” teriak Ibas bersorak heboh sebelum akhirnya dilempar kerupuk oleh papanya.

“Jangan digituin,” ujar Kuswan marah pada Ibas.

“Ih si papa gak seru,” balas Ibas sambil menangkis kerupuk yang dilemparkan lalu memakannya.

Dinda hanya bisa tersenyum canggung menerima perlakuan yang tidak biasa dari Arya.

Sebelumnya dia memang selalu akting manis pada Dinda kalau sedang di meja makan atau sedang berada dekat dengan keluarganya. Tapi, sejauh ini tidak pernah ada kontak fisik sama sekali. Baru kali ini.

‘Apa maksudnya? Apa sakit kemarin berefek ke otaknya, ya? Kenapa dia tiba - tiba mengupgrade sandiwaranya?’ gumam Dinda dalam hati.

“Arya itu kalo weekend gini memang sering ke gym. Kadang dia juga main tenis. Nanti sore biasanya baru pulang. Kayanya kesibukannya belakangan ini bikin dia jadi jarang nge-gym lagi,” tutur Inggit memberikan penjelasan pada Dinda.

“Din, sini bentar deh. Mama mau bicara,” panggil Inggit menggiring Dinda ke dapur karena dia ingin berbicara hal yang rahasia dan sensitif.

Dinda hanya bisa berdiri dan mengikuti dengan patuh kemana arah ibu mertuanya berjalan.

“Maaf ya, mama ikut campur. Maklumin ya sayang. Kalau boleh mama tanya, kamu sama Arya…udah….?” sudah dari kemarin - kemarin Inggit ingin sekali menanyakannya.

Tapi, dia masih ragu mengucapkannya karena takut Dinda merasa malu atau segan. Alhasil, dia hanya menunjukkan dengan gestur tangan saja.

“Oh? Udah apa ma?” tanya Dinda bingung.

Gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan arah pertanyaan Inggit.

“Itu.. masa kamu gak tahu?” ucap Inggit masih berusaha memberikan kode dengan gestur tangan.

“Itu apa ma? Maaf ma, tapi Dinda sama sekali gak ngerti,”, Dinda mengusap - usap kepalanya karena bingung.

“Aduh… kamu sama Arya udah tidur bareng belum?” tanya Inggit langsung karena dia sudah kehilangan ide untuk bertanya.

“Hah? Bukannya tiap malam Dinda memang tidurnya bareng sama mas Arya di kamar. Dinda gak pindah kemana - mana kok, ma. Kecuali kalau Pak, ehm maksudnya mas Arya lagi sibuk,”, Dinda menjawab dengan polos.

“Huft… bukan itu maksud mama. Ini…udah belum?” Inggit akhirnya mengetik kata yang sensitif itu di ponselnya dan menunjukkannya ke Dinda.

Setelah membacanya, wajah Dinda langsung merah padam.

“Ah.. Mama.. ”, Dinda langsung salah tingkah.

“Buk, Buk Inggit dipanggil Bapak,” tiba - tiba Bi Rumi datang seolah menyelamatkan Dinda.

“Nanti dilanjut lagi ya, Din,” kata Inggit sebelum pergi.

‘Lanjut apanya? Mama aneh banget deh… Untung Bi Rumi datang. Masa kaya gitu ditanya - tanya sih,’ pikir Dinda frustasi dalam hati.

Dinda jadi kembali memikirkan hal itu. Dia masih berpegang teguh pada prinsipnya. Dia tidak akan menyerahkan hal yang paling berharga dalam dirinya sebelum bisa melihat komitmen dan keseriusan Arya pada pernikahan mereka. Tidak akan.

Dia tidak mau mengalami hal yang sama dengan ibunya. Ditinggalkan dan dibuang seperti sampah oleh papanya sendiri.

1
Fatma Wati
Buruk
Fatma Wati
Lumayan
Santi Seminar
kak mosa sudah kangen pak Arya loh ini
Lia Kiftia Usman
suka dgn harmoni keluarga pak kuswan
Lia Kiftia Usman
suka... ucapanmu dan sikapmu dinda...👍
Lia Kiftia Usman
🤣🤣🤣🤣🤭
naura nahwa
selalu di tunggu
Lia Kiftia Usman
biasanya sekretaris se level sisca punya ob yg mendampingi u urusan copy meng copy dan urusan2 distribusi surat2 internal
Rini Fajarwati
Semoga ada kelanjutannya...
Rini Fajarwati
sampai 2 kali baca suka ceritanya...
Lia Kiftia Usman: ada...saya 5x juga
dite: 😂🤣🤣 ane ampe baca 5x ada
total 2 replies
HeNda Arfiani
Suka banget sama cerita ini. ❤️
Jenny Mongi
Lanjutkan thor.
Kristin Prakerja
di tunggu kanjutannya
Uchy Suci
blaster? mungkin blazer 🤭
Nani Widia
bagus cerita ya ringan tapi kenapa like ya sedih ya semangat author
Nadia Mgl
bagusss banget ceritanya semoga segera lanjut season ke 2 nya Dinda&Pak Arya😍🤟
Nadia Mgl
ayoo thor lanjut lagi season 2 nya gak sabar nih😔😇
Nadia Mgl
semangat othor😍
dite
Kak Mosa, kapan Pak Arya Dinda comeback?
dite: hehehe udah ditinggal stahun, gak ada jg ya kak
Hermosa: Ditunggu yaaa ❤️
total 2 replies
Fellicia Naura Azzahra
bagus banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!