Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Mari akhiri semuanya malam ini.
Bab 17. Mari akhiri semuanya malam ini.
Setelah pulang dari sekolah, Bagas dan Bayu langsung menuju rumah sakit untuk menengok keadaan Intan.
Namun yang jelas di perjalanan daerah wajah keduanya terlihat kekecewaan yang mendalam tentang bagaimana keputusan pihak sekolah, terutama sang kepala sekolah yang terlalu memandang rendah masalah kekerasan sekolah ini.
Intinya, benar-benar tidak ada keadilan untuk Intan. Bagas sendiri hanya bisa menelan kemarahannya ke dalam perutnya. Dia teringat kata-kata dari kepala sekolah, yang mana jika ia bertindak gegabah atau menyinggung orang dengan kekuasaan yang besar, bisa jadi mereka akan memutar balikkan fakta,
melapor pada pihak berwajib dengan laporan pencemaran nama baik yang didukung dengan sedikit uang pelicin yang pada akhirnya, kemungkinan bisa membuat dirinya dijebloskan ke dalam penjara.
Jika hal ini terjadi, semua hal akan menjadi runyam. Istilahnya...
"Masalah yang sebelumnya hanya sekecil lubang jarum, mungkin bisa berubah menjadi gelombang ledakan yang dapat meruntuhkan bendungan."
Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit. Saat memasuki ruangan, mereka melihat kondisi Intan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Saat ini, dia sudah sadar dan luka lebamnya juga sudah mulai agak tersamarkan, meskipun masih terlihat begitu memprihatinkan. Tetapi, itu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, karena didukung dengan perawatan intensif dari pihak rumah sakit.
Kali ini..Ratna, yang merupakan istri bagas dan ibu dari Intan dan Bayu, mulai bisa sedikit tersenyum saat melihat kondisi putri semata wayangnya yang sudah siuman dan dalam kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Assalamualaikum."
Setelah mengucap salam dan memasuki ruangan, Bagas pun masuk dengan Bayu.
Mendengar suara yang familiar, Ratna pun menolehkan kepalanya dan mendapati suami dan anaknya yang sudah tiba.
"Waalaikumsalam, ayah. Loh, ada Bayu juga toh ternyata. Kenapa kamu di sini, nak? Apakah kamu tidak ke sekolah?" tanya Ratna dengan lembut sebut tersenyum.
"Enggak, Bu. Di sekolah kegiatannya tidak terlalu mendesak. Itu hanya latihan-latihan untuk persiapan perpisahan. Yang Bayu rasa, Bayu tidak perlu mengikutinya. Lebih baik Bayu ikut ayah kesini untuk menemani ibu menjaga Kak Intan," ucap Bayu meraih tangan ibunya, kemudian mencium punggung tangannya.
Ratna pun hanya mengangguk. Pikiran orang pada tahun 1980 memang sangat sederhana. Apalagi pikirannya saat ini sedang sepenuhnya tertuju pada kondisi anaknya. Jadi, dia tidak terlalu memikirkan alasan yang diutarakan oleh Bayu.
"Bu, ini ada nasi bungkus, sebaiknya kamu makan dulu." kata Bagas tiba-tiba memecah suasana.
"Nanti saja Ayah, aku belum lapar." jawab Ratna sambil menggelengkan kepalanya.
"Makan sekarang atau aku akan memaksamu pulang dan membiarkan Bayu menggantikanmu." kata Bagas dengan tegas. Bahkan, ada sedikit nada perintah dibalik kata-katanya.
Jika di hari-hari biasa, mungkin bagas tidak akan mempermasalahkannya. Namun kali ini berbeda. Wajah istrinya terlihat pucat. Kantung matanya terlihat begitu jelas. Dan dia juga jauh lebih kurus. Hanya dalam beberapa hari saja.
Mendengar nada tegas suaminya yang terkesan pemerintah akhirnya Ratna hanya bisa menghela napas dan mau tidak mau harus menurut. Ratna sendiri sangat mengenal karakter suaminya. Jika dia sudah berkata seperti itu, maka itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah sedikitpun. Jika tidak, dia akan benar-benar marah.
Nada tegas seperti itu sangat jarang dikeluarkan oleh Bagas, Karena, selama ini Bagas selalu menjadi pria yang penyabar dan selalu pengertian kepadanya. Hanya jika dia keterlaluan saja maka nada tegas seperti itu akan dikeluarkan dari pria yang kini menjadi suaminya itu.
Singkat cerita, akhirnya Ratna pun beranjak dan pergi ke sudut lain untuk memakan nasi bungkus yang diberikan oleh Bagas.
Bayu segera maju ke depan, memegang tangan intan, dan berkata dengan ringan. Bahkan suaranya sedikit bergetar.
"Hai kak..."
Hanya kata-kata itu yang berhasil meluncur dari mulutnya, ia tidak sanggup mengucapkan kata untuk memberi pertanyaan seperti,
"Bagaimana kabarmu?"
Atau...
"Bagaimana keadaanmu?"
Bayu takut pertanyaan itu justru kembali membuka luka hati yang membuat kondisi kakaknya menjadi seperti saat ini.
Menatap Bayu, Intan, sedikit menarik sudut bibirnya, matanya masih bengkak, namun terlihat sedikit lebih baik, mata itu menatap Bayu dengan lembut dan penuh kasih sayang yang tulus dari seorang kakak.
Tidak ada kata-kata yang terucap. Tidak ada gerakan yang berlebihan. Namun, saat mata Bayu menatap mata kakaknya, entah kenapa, air mata seketika langsung mengenang tepuk-tepuk matanya.
Akhirnya, tetes demi tetes, air mata mulai berjatuhan. Yang kemudian, disusul dengan tetesan berikutnya yang mengalir tak terkendali. Namun, dengan kasar Bayu segera mengusap air matanya.
Hatinya hancur melihat kondisi kakaknya yang meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan masih menatapnya dengan penuh kasih sayang seolah dia ingin mengatakan..
"Jangan khawatir dek.. kakak baik-baik saja."
Sakit. Rasanya jantung Bayu seperti dihantam oleh Palu Godam. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak. Rasa sesak yang begitu menyiksa. Sehingga membuat dirinya bahkan kesulitan untuk hanya sekedar menaik napas.
Memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan lewat mulut, ia berusaha menenangkan gejolak yang bergemuruh di dalam dadanya.
"Kakak cepat sembuh ya. Pokoknya, Bayu akan selalu berdoa untuk kesehatan kakak. Jangan khawatir. Bayu berjanji... Tidak lama lagi. Semuanya akan baik-baik saja."
Ia berkata dengan nada yang bergetar dan sedikit tergagap karena luapan emosi yang membuncah di dalam hatinya.
"Bagaimana tidak?!"
Kakaknya yang dulunya ceria, penuh dengan senyuman dan semangat untuk belajar. Kini kondisinya begitu tragis. Wajah cantiknya dipenuhi oleh luka lebam, meskipun itu sudah membaik, akan tetapi itu jauh dari kata sembuh.
Namun, saat mata mereka bertemu, kakaknya bahkan masing memancarkan sorot mata yang mengatakan jika dia baik-baik saja, bagaimana mungkin hati Bayu tidak hancur.
Baginya, kakaknya adalah dunianya.
Dia adalah skala terbalik dirinya yang tidak bisa disentuh setelah kedua orang tuanya.
Melihat kondisi Bayu yang begitu kacau, tangan Intan terulur, meskipun sedikit gemetar akhirnya itu berhasil menyentuh kepala Bayu. Dengan penuh kasih sayang dan perhatian, Intan mengusapnya secara perlahan.
Seketika tubuh Bayu bergetar hebat. Tak perlu mengucapkan sebuah kata, tetapi sentuhan itu sudah cukup untuk mengatakan semuanya. Sudah cukup untuk mengucapkan banyak hal sekaligus.
Tersenyum lembut. Bayu memegang tangan kakaknya yang mengusapnya. Kemudian, menggenggam jemarinya yang terlihat kecil dan rapuh sambil berkata,
"Pokoknya, kakak harus semangat. Karena...baik itu aku maupun Ayah dan Ibu, semuanya sayang sama kakak."
Mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, Intan tak kuasa meneteskan air mata. Hatinya terasa hangat oleh kata-kata yang diucapkan oleh adiknya.
Momen itu menjadi momen yang sangat mengharukan. Bahkan Bagas dan Ratna yang melihat interaksi keduanya juga tak kuasa untuk menahan tangis.
Keesokan Harinya.
Hari ini merupakan hari keempat dari tujuh hari sebelum perpisahan sekolah Bayu di SDN Cipayung 01. Jadi, hanya tersisa waktu tiga hari sebelum perpisahan dimulai.
Namun, selama itu pula, Bayu sama sekali tidak peduli pada sekolahnya. Bahkan, dirinya justru kembali ke SMPN Cipayung 01. Atau lebih tepatnya, ia saat ini sedang berada di sebuah warung yang tidak jauh dari gedung SMP itu berada.
Semalam, atau lebih tepatnya jam 19.00 setelah menunaikan sholat isya. Bayu sempat datang ke rumah Bella. Yang mana kedatangannya disambut dengan baik oleh kedua orang tua Bella dan terutama ibunya juga mengungkapkan rasa keprihatinannya atas apa yang menimpa Intan.
Intan sendiri juga sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri, karena selama ini Intan dan Bella adalah sahabat yang baik sejak keduanya TK.
Mendengar itu, Bayu hanya tersenyum dan menanggapi dengan sopan. Apa yang dikatakan oleh ibu Bella.
Singkat cerita, akhirnya Bella pun keluar dari rumah. Dan ia juga sudah memperkirakan kedatangan Bayu. Jadi setelah ibunya masuk rumah dan membiarkan keduanya untuk mengobrol, Bella langsung ke intinya tanpa berbahasa basi.
"Apakah kamu datang kemari untuk mengetahui tentang Rio?" tanyanya sambil tersenyum.
"Iya Kak.. aku ingin mengetahui tentang Rio semuanya semua yang tidak diketahui tolong ceritakan padaku seperti apa dirinya seperti apa keluarganya. Lalu kenapa dirinya sampai tega melakukan hal yang begitu kejam kepada kakak perempuanku.." kata Bayu dengan tenang.
Namun, tidak ada yang mengetahui jika ini ada titik balik dari ketenangan sebelum badai besar yang akan terjadi.
Bella, Yang tidak menaruh kecurigaan sedikitpun kepada Bayu dan justru berpikir jika Bayu harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada kakaknya itu mulai menceritakan seperti apa ciri-ciri Rio agar ia mudah Bella berkata,
"Namanya Rio Wicaksana. Ayahnya bernama Herman Wicaksana, dia adalah seorang pengusaha Pabrik Bata Merah yang ada di sekitar daerah Pondok Gede.
"Kabarnya, Rio adalah anak tunggal yang terbiasa dimanja sejak kecil. Akhirnya, kekayaan dan kekuasaan orangtuanya membentuk karakternya menjadi sangat sombong dan angkuh. Setiap keinginannya harus terpenuhi. Jika tidak, maka dia akan mengamuk dan menggila."
Sebenarnya, sikap semena mena Rio sudah terkenal sejak dirinya di kelas 7.
Dan juga sikap kasarnya yang suka main tangan dan memukul seseorang juga sudah terkenal. Yah, dia dikenal sebagai seorang psikopat gila yang tidak peduli mau itu laki-laki atau perempuan, jika ia tidak suka dan sakit hati, ia akan memukulnya. Tetapi pemukulan yang paling parah adalah pemukulan yang ia lakukan pada Intan, kakakmu."
Saat Bella Mengatakannya, tubuhnya bergetar. Nadanya tersendat dan tanpa sadar, air mata mengalir di pelupuk matanya.
Mendengar itu, Bayu hanya terdiam. Namun jika diperhatikan, sorot matanya menjadi lebih tajam.
Bella melanjutkan ceritanya,
"Meskipun dikenal sebagai anak yang sombong dan angkuh, dia juga termasuk anak yang berprestasi. Alasan dia tertarik pada kakakmu sebelumnya adalah, karena dia adalah anak yang pintar dan Rio merasa kakakmu cukup menarik perhatiannya, jadinya dia mengungkapkan perasaannya pada kakakmu berharap agar dia menjadi pacarnya. Dengan begitu, dia akan merasa bangga karena memiliki seorang pacar yang sama pintarnya."
"Namun, tidak disangka ternyata kakakmu menolaknya dengan sopan dan halus. Karena kakakmu sendiri sebenarnya juga mengetahui jika Rio adalah seorang psikopat yang kasar. Maka dari itu ia sangat berhati-hati dalam memilih kata."
"Meskipun begitu, akhirnya Rio marah, tidak terima, dan akhirnya memukuli kakakmu, seperti yang sudah terjadi. Dan kegiatan yang biasa ia lakukan adalah dia selalu pergi les di daerah dekat pasar munjul, kebetulan aku juga les di sana. Les ini dimulai pukul 19.00 dan selesai pukul 20.00."
"Dan yang terakhir, mari kita bicara tentang ciri-ciri fisiknya. Rio ini tingginya sekitar 168 cm. Matanya sedikit sipit, rambutnya ikal, berwarna hitam. kulitnya putih, seperti orang cina. Dan ada tahi lalat kecil di bawah matanya yang sebelah kanan."
"Dan yang menjadi ciri khasnya adalah dia memakai jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Sepeda onthelnya juga sepeda yang paling mahal diantara sepeda-sepeda yang lain di tempat les." jelas Bella panjang lebar.
Mendengar itu, Bayu pun akhirnya mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Bella atas semua informasinya.
Kembali Ke Cerita.
Akhirnya, setelah sekitar jam 13.00 siang, semua siswa di SMPN Cipayung 01 mulai berhamburan untuk keluar dari sekolah dan pulang ke rumah masing-masing.
Seorang anak berusia 13 tahun saat ini sedang menatap tajam ke arah kerumunan yang keluar dari gerbang sekolah. Kemudian, tidak lama setelah itu, matanya menyipit dan tertuju pada sosok pemuda yang postur tubuhnya dan ciri-ciri fisiknya sesuai dengan yang ada di dalam ingatannya. Anak itu tidak lain adalah Bayu.
Ya, saat ini saya sedang memandangi pemuda bernama Rio yang deskripsinya sangat sesuai dengan yang diceritakan oleh Bella.
Setelah melihat seperti apa sosoknya, Bayu hanya tersenyum sinis, namun sorot matanya memancarkan kelihatan mengerikan dan aura membunuh yang luar biasa.
Setelah memastikan targetnya, ia pun segera berbalik dan pergi dari sana. Sambil berjalan, ia bergumam.
"Mari akhiri semuanya malam ini."