NovelToon NovelToon
Menikah Tanpa Rasa, Jatuh Cinta Tanpa Sengaja

Menikah Tanpa Rasa, Jatuh Cinta Tanpa Sengaja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia greyson

Aku adalah seorang gadis desa yang dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang duda dari sebuah kota. dia mempunyai seorang anak perempuan yang memasuki usia 5 tahun. dia seorang laki-laki yang bahkan aku tidak tahu apa isi di hatinya. aku tidak mencintainya dia pun begitu. awal menikah rumah tangga kami sangat dingin, kami tinggal satu atap tapi hidup seperti orang asing dia yang hanya sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak perempuannya. akan tetapi semua itu perlahan berubah ketika aku mulai mencintainya, namun pertanyaannya apakah dia juga mencintaiku. atau aku hanya jatuh cinta sendirian, ketika sahabat masa lalu suamiku hadir dengan alasan ingin bertemu anak sambungku, ternyata itu hanya alasan saja untuk mendekati suamiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia greyson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada obrolan ringan, tidak ada suara langkah kaki Maira, hanya keheningan yang menggantung di antara aku dan mas Arif. Aku memberanikan diri untuk mendekat kerah pintu ruang kerjanya, sambil membawa secangkir teh yang sudah mulai mendingin.

“Boleh masuk?” tanyaku pelan.

Mas Arif hanya mengangguk tanpa melihatku. Aku tahu saat ini mas Arif pasti Sedang memikirkan Rani.

Aku meletakkan segelas teh di atas meja dan memberanikan diri untuk berbicara kepadanya. "Apa aku terlalu memaksakan diri di rumah ini?” tanyaku tiba-tiba.

Dia kaget, namun mas Arif terdiam cukup lama. Lalu, dengan suara yang rendah dan nyaris patah, dia berkata, “Bukan kamu yang memaksakan. Aku yang belum selesai.”

Aku tau kamu mencintaiku, tapi aku belum bisa untuk membalasnya sekarang kata mas Arif, membuat dada kU terasa sesak sekali.

Aku mendekat, jantungku berdetak lebih cepat. “Belum selesai dengan apa, mas?"

Dia akhirnya berbalik. Mata itu, untuk pertama kalinya, memperlihatkan luka yang tak pernah dia tunjukkan. “Dengan Rani. Dengan kenangan tentang dia. Aku pikir waktu akan menyembuhkan semuanya, tapi nyatanya... setiap sudut rumah ini masih menyimpan bayangnya.”

Aku menahan napas.

“Aku lihat kamu berusaha keras, Amira. Kamu baik... kamu tulus. Tapi aku belum bisa mencintaimu sepenuhnya, bukan karena kamu kurang… tapi karena hatiku masih setengah tinggal di masa lalu.”

Kata-katanya yang dia ucapkan kepada kU ini bagaikan sebuah pisau yang menusuk kedalam hatiku, tetapi aku bersikap seperti biasa saja, agar dia tidak tahu bahwa aku sesakit itu mendengarkan kata-kata yang baru dia ucapkan itu.

“Lalu kenapa kamu menikahiku, mas Arif?” tanyaku lirih.

“Karena aku butuh seseorang untuk Maira. Karena aku pikir... mungkin dengan membangun hidup baru, aku bisa perlahan meninggalkan yang lama. Tapi ternyata, tidak semudah itu. Aku masih mencintai Rani… dan aku benci mengakuinya di depanmu.”

Aku mengangguk pelan. Mataku mulai hangat.

“Aku tidak minta kamu melupakan Rani,” bisikku. “Aku hanya ingin tahu… apakah ada tempat untukku juga di hatimu, meski sedikit?”

Arif menunduk. Lama. Lalu menjawab dengan suara rendah, “ Tidak, untuk saat ini aku tidak bisa mengatakan bahwa aku akan mencintaimu, tapi aku mohon kamu berthan, berthan demi maira, anak ku"

Kenapa mas Kamu egois seperti ini, kamu tidak bisa mencintaiku tetapi kamu melarangku untuk pergi, jadi selamat ini kamu anggap aku apa mas? Bayang-Bayang dari rani ?" Kataku lirih kepda mas Arif. Dia diam tanpa sedikitpun membalas perkataan kU, akupun pergi meninggalkan ruang kerja mas Arif dan kembali ke kamar, Malam ini mas Arif tidak tidur dikamar, aku tidak tau dia tidur diruang kerjanya atau tidur dikamar tamu.

Malam itu, setelah percakapan singkat kami di ruang kerja mas Arif, aku baru benar-benar mengerti: bukan aku yang Mas Arif lihat setiap kali matanya kosong menatap ke kejauhan. Ada bayangan lain yang mengikatnya kuat bayangan yang bahkan aku sendiri tak bisa sentuh.

Bayangan tentang Rani.

Aku pernah tanpa sengaja menemukan album foto tua di lemari bawah tangga. Album itu penuh dengan gambar-gambar Rani, Mas Arif, dan Maira yang masih bayi. Mereka terlihat bahagia, utuh, seperti keluarga kecil yang tak pernah berniat berpisah.

Aku bisa mengerti sekarang. Kehilangan Rani bukan sekadar kehilangan seorang istri untuk Mas Arif. Itu seperti kehilangan sebagian jiwanya.

Ada malam-malam di mana Mas Arif terduduk di ruang kerja, menatap kosong ke arah jendela. Kadang bibirnya bergerak, seolah membisikkan sesuatu—sebuah permintaan maaf, atau mungkin panggilan rindu yang tak pernah sampai.

Aku tahu, bahkan saat aku ada di sampingnya, pikirannya kadang tetap bersama Rani.

Bayangan itu... seolah hidup di antara kami. Duduk di ruang tamu, berdiri di ambang pintu kamar, menyelinap di antara napas kami saat tidur. Tidak marah, tidak membenci, tapi tetap ada, tak mau pergi.

Mungkin itulah mengapa Mas Arif belum bisa sepenuhnya menerimaku. Ia masih memeluk kenangan itu begitu erat, takut melepaskan karena berarti mengkhianati cinta yang pernah mereka punya.

Aku sering bertanya-tanya, apa aku cukup kuat untuk bersaing dengan seseorang yang sudah tidak ada di dunia ini? Seseorang yang namanya masih disimpan rapi dalam setiap detik kenangan Mas Arif?

Tapi saat Maira menggenggam tanganku, dengan senyum polosnya, aku tahu aku tak boleh menyerah.

Mungkin aku tidak bisa mengusir bayangan itu.

Tapi aku bisa belajar berdamai dengannya.

Karena mencintai Mas Arif, berarti juga menerima semua luka yang ia bawa.

Termasuk luka bernama Rani.

Kadang aku membayangkan... kalau Rani masih hidup, mungkin aku takkan pernah ada di sini. Mungkin aku hanya penonton yang melihat dari jauh, menyaksikan kisah cinta mereka yang tetap utuh.

Sakit.

Aku duduk di sudut tempat tidur, memeluk lututku erat-erat, menahan sesak yang diam-diam menggerogoti dada. Rasa cemburu pada seseorang yang sudah tiada, rasa bersalah karena membenci kenangan, dan rasa takut... takut aku tak akan pernah bisa menggantikan tempat Rani di hati Mas Arif.

"Maaf ya, Ran..." bisikku pada diri sendiri, bahkan pada sosok yang belum pernah kukenal. "Aku bukan mau merebut tempatmu... aku hanya ingin sedikit saja... dicintai."

Air mataku jatuh tanpa suara. Di luar jendela, malam semakin larut. Hujan turun perlahan, seolah langit pun ikut merasakan sepi yang menjeratku.

Aku tahu, perasaan ini tidak adil. Untuk Rani, untuk Mas Arif, bahkan untuk diriku sendiri. Tapi aku manusia, dan hatiku juga punya batas.

Kalau saja aku tahu caranya berdamai dengan bayangannya... mungkin aku bisa bertahan lebih lama.

Atau... mungkin aku akan belajar mencintai Mas Arif bukan untuk menggantikan Rani.

Tapi untuk melengkapi kehilangan yang tak pernah bisa dihapuskan.

Terbesit di pikiranku, sampai kapan aku akan busa bertahan dengan hubungan yang seperti ini,hubungan yang semakin hari sama sekali tidak ada perkembangannya, Bahkan setiap hari aku yang semakin jatuh cinta kepada Mas Arif.

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri.

Jika aku berada di posisi Rani... apa aku akan rela melihat orang yang kucintai melanjutkan hidup bersama orang lain? Atau justru hatiku akan dipenuhi rasa cemburu, bahkan setelah aku tiada?

Pikiran itu membuatku merasa semakin kecil.

"Apa aku egois... karena berharap Mas Arif mencintaiku sepenuhnya?" bisikku sendiri di sudut tempat tidur.

Malam-malam terasa lebih panjang saat aku tenggelam dalam bayangannya. Rani, dengan semua kebaikannya, telah meninggalkan jejak yang mustahil dihapus. Aku merasa seperti berjalan di dalam rumah yang setiap sudutnya masih membisikkan nama perempuan itu.

Ada malam di mana aku hampir menyerah. Berpikir, mungkin aku tak pernah akan bisa memenangkan hati Mas Arif sepenuhnya.

Tapi ada malam-malam lain... di mana aku mencoba menguatkan diriku sendiri.

Rani mencintai Mas Arif dengan segala ketulusan.

1
leahlaurance
wow....so sweet,thor lebih diperhati ya banyak typo nya.
Hyyyyy Gurliiii🪲: Terimaksih banyak kak,
total 1 replies
leahlaurance
kaya dikit semacam ,satu imam dua makmum😅
Hyyyyy Gurliiii🪲: Haiiii kakak kak, maaaf yaaa sblum nya
Saya gak tau cerita ituuu 🤣
total 1 replies
leahlaurance
cerita ini kaya,curhat seoramg isteri.ayu usaha terus embak.
leahlaurance
mampir ,dan di bab ini sepertinya biasa juga.
leahlaurance
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!