calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nama suami Sendiri Tidak Tau
"Rizal. Benar dia temanmu?" tanyaku pada Rizal setelah kami sudah sampai Rumah.
Menikmati secangkir teh di meja makan dan berbincang kecil. Hal seperti inilah yang membuat kami lebih cepat akrab satu sama lain semenjak sebulan lalu kami menikah.
"Iya," jawab Rizal singkat.
"Kenapa tidak cerita klau kau punya teman seorang artis terkenal?"
"Aku juga baru tau hal itu. Klau saja tidak mengantarmu ke sana aku pasti tidak tau klau dia itu artis ternama."
"Apa? Dia itu terkenal sekali,lho. Bagaimana kau tidak tau hal itu?"
"Aku bukan orang menganggur hanya agar tahu siapa saja artis terkenal, Risna!" ujarnya.
Aku memutar bola mataku mendengarnya. Sesibuk apa sih pekerjaan seorang supir truk sampai tidak mengerti bahwa teman SMAnya ada yang sudah menjadi artis besar. Klau artis itu adalah temanku pasti aku sudah berbangga dan pamerkan di tetangga- tetangga di kampung.
Jangan-jangan pria ini juga tidak perna tergabung di grup pesan atau media sosial lainnya.
"Tapi selama ini komunikasi kalian masih nyambung?" tanyaku.
"Sesekali saja. Dia yang menghubungiku sekedar kirim ucapan hari raya dan apalah itu. Mudah di menghubungiku karna sejak dulu aku tidak pernah berganti nomor ponsel."
"Benarkah? jadi, kau juga tidak menyangka bisa bertemu dengannya disana?" aku menjadi tertarik dengan cerita Rizal.
"Benar. Ternyata dia juga punya butik dikota tempat kita tinggal dan aku sama sekali tidak tau."
"Kebetulan sekali ya, Rizal. Aku jadi bangga padamu. Begini-begini kau punya teman artis terkenal," ujarku terkekeh.
Rizal menatapku seolah ada yang salah dengan ucapanku.
"Ada apa?"
"Begini-begini katamu?tidak enak sekali dengarnya," ucapan protes karna aku seolah sangat menyepelekannya.
"Jangan protes begitu. Mas Alex blang kau selalu bolos dan membuat masalah saat SMA. Jadi dia nyukurin jika kau sekarang hanya seorang sopir truk, itu pasti hukuman karna kau yang malas belajar di SMA."
"Hmmm. Memangnya kenapa klau aku ini hanya seorang sopir truk?"
"Apakah itu seorang presiden atau tukang bersih sampah,kedua menjalankan tugas masing-masing. Bahkan seorang presiden juga butuh tukang sampah untuk membuat negaranya terawat. Lalu menurut kalian sopir truk itu profesi yang si pandang sebelah mata? Bisa tidak Alex yang menyepelekan itu menjadi sopir truk sepertiku?"
Aku menjadi tidak enak, apakah Rizal berkata seperti itu karna tersinggung dengan ucapanku tentang pekerjaannya?
"Maaf,Rizal. Aku tidak bermaksud menyingung mu," ucapku cepat agar Rizal tidak salah paham. Karna aku pernah mengatakan tidak mempersalahkan apapun pekerjaannya.
"Aku sama sekali tidak merasa tersinggung, lho. Yang penting istriku bisa hidup baik, bisa tersenyum, dan bisa bahagia itu sudah bisa membuatku bangga pada diriku sendiri. Tidak perduli apa kata orang tentangku. Aku tidak butuh pengakuan mereka. Aku hanya butuh pengakuanmu."
"Oh!" ucapanku terharu mendengar kata-katanya.
Mungkin karna selama ini kebanyakan orang hanya merendahkan ku saja, jadi nya setiap kata- kata Rizal selalu membuatku terkesan kepadanya.
Kupeluk Rizal tidak adil rasanya jika aku tidak berterima kasih atas semuanya.
"Trimah kasih , Rizal. Aku jug tidak akan perduli apapun orang blang tentangmu, bagiku kau memang suami yang baik. Aku mencintaimu!" kataku yang baru saja mengucapkan kata cinta itu untuk pria ini.
Ah, tidak mengapa juga.Rizal memang pria baik. Mengucapkan kata cinta untuknya adalah hal yang pantas~ setelah dia sudah melakukan banyak hal untukku.
"Katakan sekali lagi." ujarnya.
"Apa? Yang mana?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Katakan seperti tadi lagi,aku mencintaimu."
Aku terdiam dan jadi ingin menggodanya . Melihat Rizal menunjukan ekspresi tidak sabar, aku jadi ingin menertawainya.
Sepertinya pria itu kesal dengan sikapku. Kulihat Rizal meletakan cangkir tehnya dan bergerak mendekatiku. Aku segera bangkit dan menghindarinya. Kami seperti dua anak kecil yang berkejaran dan mengelilingi meja makan itu.
Sayangnya,aku tertangkap. Seperti biasa, dia menghukum ku dengan ciuman-ciumannya yang menghanyutkan.
"Rizal, jangan sekarang, ya? Seharian di luar aku berkeringat," aku menahannya ketika kegiatan ciuman itu semakin merongrong keinginannya menuju kegiatan yang lebih panas.
Meski Rizal pria yang beraktifitas di luar ruang. Tapi tubuh pria ini selalu bersih dan menguarkan aroma yang segar.membuatku selalu nyaman berada di pelukannya. Heran saja apa dia tidak pernah berkeringat?
Hal itulah yang membuatku tidak ingin Rizal mengajak ku berhubungan badan saat tubuhku lengket dan bau keringat. Aku juga ingin dia merasa nyaman saat memeluk ku.
Sekarang,aku mulai perduli dengan perasaannya.
"Tidak apa, kau selalu menarik bagiku."
Rizal masih mendesak dan melanjutkan ciuman -ciumannya. Membopongku ke tempat tidur, membaringkanku dan mengungkungi tubuhku. walaupun begitu tangannya masih cetakan melepaskan gaun yang aku gunakan.
Terampil sekali pria ini melakukannya. Tidak tau bagaimana tadi caranya , tahu- tahu bahuku terasa dingin karna gaun yang ku kenakan sudah terkulai di lantai.
"Rizal?" gumam ku di sela kegiatan intim kami.
"Benarkah namamu Rizal?"
Masih sempatnya aku kepikiran nama yang keluar dari bibir Alex. Menyebut Rizal sebagai Rizal Pratama. Bisa jadi itu nama panjangnya ' kan?
Rizal tidak menjawab. Justru terlihat sangat gemas padaku. Gerakannya sedikit brutal dan tidak
memberikan jeda sekadar mengambil nafas.
"Rizal, argh.....!" desahanku melengking karna tidak berdaya berkali-kali digiring ke puncak kegiatan.
Rizal benar-benar tau bagaiman mengajak ku. Bersenang-senang di atas tempat tidur.
Ketika aku sudah terkulai lemas karena kepayahan, lamat-lamat ku dengar Rizal bergumam.
"Nama suami sendirj tidak tau!"