Cewek Intern Dan Duda Keren

Cewek Intern Dan Duda Keren

Bab 1 Hari Pertama Intern Bagian 1

Pagi yang cerah untuk memulai hari yang indah. Mungkin begitu yang sedang dipikirkan oleh Dinda Lestari, ex-mahasiswa yang baru saja menyandang gelar sarjananya sebulan yang lalu. Saat ini dia sedang memilih - milih baju yang akan digunakannya untuk hari pertama bekerja.

Hari Minggu adalah hari dimana orang - orang bermalas - malasan. Tetapi, tidak dengan Dinda yang sudah siap dengan banyak cuciannya pagi ini. Ia mencuci beberapa potongan blazer, kemeja, celana bahan yang dibelinya kemarin.

“Din, harusnya kamu cuci dari kemarin. Kalo hari ini hujan, nanti gak kering, lo.”, sahut Ratna, Ibu Dinda yang juga tengah sibuk di dapur menyiapkan pesanan catering khitanan.

“Gapapa, bunda. Khusus yang untuk besok sudah Dinda siapin. Baju yang waktu itu dipake buat interview.”, jawab Dinda sambil menggantung satu per satu hanger baju ke atas jemuran.

“Ya sudah kalau begitu. Bagus. Ohiya, abis itu, bantuin bunda bungkusin nasi kuningnya, ya. Sudah ditunggu. Nanti Arga mau antar jam 10.”, sahut Ratna kembali.

Ratna, Ibu Dinda menekuni pekerjaannya sebagai jasa penjual katering makanan untuk acara - acara besar atau rumahan sejak 10 tahun yang lalu.

Dulu, waktu masih muda, Ratna bisa dengan cepat menyiapkan katering. Sekarang, ia harus dibantu oleh putra dan putrinya karena sudah sering sakit pinggang kalau duduk terlalu lama.

“Mba, kerja dimana sih?”, Arga muncul dengan rambut yang masih acak - acakan dari kamar sambil melingkarkan handuk di lehernya.

“Perusahaan Consulting Multinasional. Pokoknya keren, deh. Gak mudah masuk situ.”, sahut Dinda dengan bangga.

Dinda sudah sebulan tekun mencari pekerjaan di berbagai perusahaan yang sesuai dengan jurusannya. Harapan sebenarnya adalah bisa mendapatkan pekerjaan begitu selesai kuliah. Tetapi, tidak seperti teman - temannya, ia butuh waktu sebulan untuk mendapatkannya.

Dinda juga harus legowo karena pekerjaan yang dia dapat belum sebagai full-time employee alias staf permanen, tetapi hanya intern.

“Kalo intern berapa lama kontraknya, mba?”, tanya Arga lagi.

Di mulutnya sekarang sudah ada telur yang dia comot sembarangan dari baskom catering ibunya.

“Kontraknya 1 tahun. Nanti kalau kerja mba bagus, bisa diangkat menjadi karyawan full-time.”, sahut Dinda yang sudah siap mengambil tempat duduk untuk membungkus paket nasi kuning ibunya.

“Wah lama juga ya… Aku nanti gimana, ya?”, sahut Arga.

Dinda menganggap Arga lucu kalau dia sudah membicarakan hal serius. Biasanya dia hanya sibuk berkumpul dengan teman - temannya. Tetapi semakin kesini dia sudah mulai memikirkan masa depannya juga.

“Bisa dibilang begitu. Sekarang susah kalau mau cari yang langsung permanen. Gajinya juga lumayan. Tapi jangan pikir intern disini kerjaannya cuma foto copy aja, ya.”, tutur Dinda sambil dengan telaten mencetak nasi kuning dan kemudian memasukkannya ke dalam kotak plastik.

“Eh aku kira gitu. Baguslah kalau gitu. Ya udah buruan bungkusnya. Jam 11 aku mo main ke rumah temen.”, Arga menyeruput minum untuk membantunya menelan dua buah telor rebus yang sudah dia masukkan tadi ke dalam mulutnya. Tak lama, dia langsung mencelos ke kamar mandi.

****

“Ternyata gak semudah ini. Kemarin perasaan pas interview jaraknya dekat. Kenapa sekarang jadi jauh banget, ya.”, Dinda mengeluh sambil mengusap keringatnya dengan tisu. Dia baru saja menaiki kendaraan umum untuk mengantarnya ke kantor barunya.

“Mba, maaf permisi, saya hamil, boleh minta tempat duduknya.”, seorang penumpang yang tengah hamil mencolek lengannya untuk berganti tempat duduk.

“Oh iya, silahkan mba.”, jawab Dinda dengan senyum.

‘Padahal aku udah jalan 10 menit dan nunggu sepi biar dapat tempat duduk. Sekalinya dapet, kenapa ada orang hamil. Kadang aku pengen hamil aja, biar dapat tempat duduk.’, pikirnya menggerutu di dalam hati, meskipun tadi wajahnya sangat ramah.

Kendaraan melaju dengan lambat. Macetnya luar biasa. Kalau di total - total, waktu perjalanan yang ditempuh sekitar 1 jam. Padahal sudah berangkat sangat pagi.

Sesampainya di kantor.

“Selamat pagi, mba. Saya intern baru disini. Mau ke lt. 15. Perusahaan Consulting.”, tutur Dinda begitu sampai di lobi depan.

“Ohiya, silahkan kartu identitasnya. Ini akses masuknya, ya.”, resepsionis tersenyum dan memberikan kartu akses padanya.

“Terima kasih, mba.”, jawab Dinda singkat sambil tersenyum.

Ia mulai melewati pintu masuk lift. Beruntung dia masih ingat caranya menggunakan kartu akses. Gedung ini termasuk yang paling canggih. Kita tidak perlu lagi menekan nomor lantai di lift. Begitu masuk di gerbang depan lift, kartu akses akan membaca pengaturan lantai yang kita tuju dan memberitahukan lift mana yang harus dinaiki.

“Aduh!”, Dinda tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya karena bersenggolan dengan seseorang saat memasuki lift. Ia mengambil kembali dengan hati - hati. Beruntung ponselnya tidak terjun ke sela - sela lift.

‘Kenapa orang yang nabrak gak minta maaf, sih! Udah jelas - jelas dia yang nabrak duluan.’, Dinda hanya bisa menggerutu karena orang yang menabraknya tidak meminta maaf padanya.

Pria itu berperawakan tinggi. Setelannya parlente dan ada aroma harum yang khas keluar dari tubuhnya. ‘Sangat menggoda’, pikir Dinda.

‘Pasti parfum mahal. Aromannya bikin betah. Eh ngomong apa sih aku. Apa ini pengaruh karena aku sudah beranjak dewasa, ya.’, ucap Dinda dalam hati.

Dinda tak berani bersitatap dengan orang itu. Ia hanya berani melihat pantulan kartu yang dikalungkan di leher pria itu pada pantulan cermin lift.

‘Arya Pradana.’, Dinda membacanya dengan pelan di dalam hati.

Ia masih tidak ingin menatap orang itu. Auranya sangat kuat. Seperti dosen killer yang menangkap basah siswanya saat datang terlambat.

‘Tunggu, aku baru sadar, di lift ini hanya aku dan dia, ya. Tidak ada orang lain. Arya Pradana… seperti pernah lihat. Tapi lupa dimana.’, tutur Dinda masih di dalam hati.

Karena sangat gugup, terburu - buru dan lelah, dia tidak sadar bahwa lift yang akan mengantarkannya ke lantai 15 ini hanya ada mereka berdua saja.

Ting.. pintu lift terbuka. Pria itu langsung melengos keluar. Setelannya rapi dengan sebuah tas dokumen bermerek di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sedang memegang segelas kopi yang sesekali ia seruput.

Laki - laki itu menempelkan kartu akses ke pintu perusahaan yang sebentar lagi juga akan dimasuki oleh Dinda. Tak lama berselang, pria itu menghilang dibalik pintu. Dinda masih tidak bisa melupakan aroma parfumnya.

‘Semoga dia bukan di divisi yang sama denganku. Sekali lihat saja sudah tahu kalau dia itu pasti bos, selevel manager atau Kepala Divisi. Auranya benar - benar menyeramkan. Sudah pasti galak. Mana tadi gak lihat wajahnya lagi.’, ujar Dinda di dalam hati.

Berbeda dengan lelaki yang bernama Arya, Dinda hanya bisa melengos ke bagian security untuk meminta dibukakan pintu. Ia masih intern dan belum memiliki kartu akses masuk ke kantor. Ia hanya punya akses masuk ke lantai 15 saja.

****

“Oke, semuanya sudah ditandatangani, ya. Ini kartu akses kalian. Nanti masing - masing Supervisor kalian akan memperkenalkan kalian ke bagian masing - masing. Semoga betah, ya kerja disini.”, begitulah kira - kira sambutan dari HRD kepada kami para intern.

Ada 10 orang intern yang masuk di periode penerimaan ini. Kami tidak benar - benar tahu ada berapa pendaftar. Yang jelas, kuartal ini paling banyak menerima intern.

“Ohiya, Dinda. Khusus untuk kamu langsung ke ruang meeting ‘Amerika’ aja, ya. Divisi kamu kebetulan jam 10 ada Town Hall. Nanti disana kamu langsung ketemu sama supervisornya, ya.”, HRD tadi menghentikan langkah Dinda yang baru saja ingin keluar dari ruangan itu.

“Oh iya, Bu. Maaf, ruang meeting ‘Amerika’ itu sebelah mana, ya?”, tanya Dinda dengan tenang. Tetapi sebenarnya dalam hati dia sangat deg - degan. Masa di hari pertama sudah ada Town Hall.

‘Eh tapi ngomong - ngomong, Town Hall itu apa ya?’, gumamnya dalam hati.

“Kamu ingat tempat wawancara ketiga dengan calon supervisor kamu? Nah, dari situ kamu tinggal lurus, nanti belok ke kanan langsung ruang meeting ‘Amerika’, ya. Kebetulan deket - deket situ juga adalah area divisi kamu.

“Oh, baik. Makasih ya, Bu.”, jawabnya berusaha dengan tenang.

“Ohiya, nanti kalau misalnya ada ribut - ribut atau marah - marah, jangan takut, ya. Udah biasa. Dan kamu-kan baru masuk, jadi pastinya bukan kamu yang dimarahi.”, tambah HRD itu lagi sambil tersenyum.

‘Duh, gimana nih. Jadi makin tegang, kan. Masa baru pertama bekerja sudah harus lihat orang marah - marah. Mana aku bawaannya paling gak bisa lihat ada keributan. Semoga aja HRD ini cuma nakut - nakutin aja.’, celetuk Dinda dalam pikirannya.

Dinda berjalan sambil melirik kanan kiri. Meskipun gugup, dia masih sempat untuk mengagumi tempat kerja itu. Ia bisa melihat beberapa orang yang sedang berbicara di telepon. Beberapa lagi masih santai berbincang sambil menyeruput kopi. Ada juga yang sudah berlari panik ke mesin fotokopi.

Dari kejauhan Dinda tak sengaja bertemu pandang dengan Devan, pria yang juga satu periode intern dengannya tadi. Mereka sebenarnya tidak saling kenal. Hanya karena berada di ruang yang sama tadi, Dinda jadi merasa perlu untuk tersenyum.

Dinda mendongak ke atas, tertulis ‘Marketing Division’. Sepertinya dia ditempatkan di divisi Marketing, begitu pikirnya. Pria itu juga berbalik senyum padanya.

Dinda meneruskan langkah untuk mencari ruang meeting yang digunakan saat interview beberapa waktu lalu. Dia sudah lupa - lupa ingat sebenarnya. Akhirnya dia bertanya saja dimana ruang meeting Amerika pada seorang karyawan wanita yang sedang memfotokopi materi di bilik kiri.

“Oh kebetulan saya juga mau ke ruang meeting Amerika. Kamu bareng saya, aja.”, begitu jawabnya saat Dinda bertanya. Nada suaranya sangat ramah. Rasa gugup Dinda perlahan hilang.

‘Mungkin cuma perasaanku saja. Orang disini kaya-nya ramah - ramah.’, ujarnya.

“Makasih, mba.”, jawab Dinda singkat sambil mengikuti mba yang tadi.

“Kamu baru, ya? Saya belum pernah lihat.”, Dia masih sibuk mengubah - ubah urutan kertas yang ada di tangannya.

“Oh iya mba, saya intern baru untuk divisi `Digital and Development’.”, jawab Dinda singkat. Dia masih belum terbiasa. Daripada dianggap sok akrab, Dinda memilih singkat sesuai pertanyaan.

“Ahh.. divisi sebelah, ya. Kebetulan Head-nya lagi gak ada, tuh.”, jawab mba itu santai.

“Ohiya, aku Rhea. Aku Assistant Manager di Divisi Analytics. Dulu aku juga intern kaya kamu. Biar gak tegang. Bahasanya aku ubah, ya. Anyway, kita akan banyak ketemu juga nanti di pekerjaan. Meskipun gak sering. Nah, ini dia ruang meeting Amerika. See you later, ya.”, wanita yang bernama Rhea itu langsung masuk dan mengambil duduk.

Ruangan itu sangat besar, tetapi hanya ada beberapa bangku di dalamnya. Setidaknya setengah dari kapasitas orang yang hadir. Dinda sudah bisa tahu kalau yang duduk pasti mereka yang memiliki jabatan saja. Seperti halnya Rhea. Dia sudah siap dibangku tengah. Sebelum itu, dia tadi meletakkan bahan yang ia print di atas meja depan.

Satu per satu karyawan mulai memasuki ruangan dan mengisi kursi yang ada. Terpantau masih ada beberapa tempat duduk yang kosong, tetapi banyak yang tidak berani mendudukinya. Tak lama berselang, muncul beberapa karyawan lain yang dari penampilannya sudah pasti para bos - bos besar selevel Manager. Diantara mereka ada yang menepuk bahu Dinda. Seorang wanita dengan perawakan tinggi dan jenjang, heel berwarna abu - abu, jas simpel dan sebuah kopi di tangannya. Persis seperti model. Rambutnya halus panjang dan berwarna pirang. Sepertinya sengaja dicat.

Ia juga menggunakan nail-art yang tidak biasa untuk ukuran karyawan. Nail artnya berwarna warni dan ada sedikit ornamen tapi karena terlalu kecil, Dinda tidak bisa mengenalinya. Pakaiannya seksi, roknya dibawah lutut tetapi ada belahan sampai sekitar 5 cm diatas lutut.

Dinda langsung mengenali orang itu. Dia adalah supervisor-nya. Manager yang beberapa waktu lalu mewawancarainya.

Dinda langsung tersenyum sambil menyambut tangan wanita itu. Dinda hampir saja tidak mengenalinya, karena penampilannya sedikit berbeda dari pertama kali mereka bertemu. Rambutnya memang sudah pirang, tetapi saat itu dia tidak mengenakan pakaian rapi dan rambutnya juga digulung ke atas serta berkaca - mata.

“Selamat bergabung ya, Dinda. Kita meeting dulu, nanti saya akan brief kamu setelah ini. Di dengerin aja dulu, ya. Sama jangan kaget, ya.”, tuturnya sambil tersenyum dan meninggalkan Dinda untuk mengambil duduk di salah satu bangku. Y

Ia duduk di samping seorang laki - laki. Ia mengenal laki - laki itu. Meski tak begitu memahami posisinya, tetapi dia memiliki level yang lebih tinggi dari pada supervisor Dinda tadi di tim Digital and Development. Kebetulan, dia juga mewawancarai Dinda saat proses rekrutmen. Lebih tepatnya menjadi juri untuk semua pelamar yang masuk dalam kandidat shortlisted sebanyak 20 orang.

Meskipun tidak sama, tetapi perkataannya persis seperti HRD tadi. Sebenarnya akan terjadi apa sih di meeting ini. Begitu kira - kira pikiran Dinda.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uchy Suci

Uchy Suci

blaster? mungkin blazer 🤭

2024-02-10

0

Risma Rismawati Gamstick

Risma Rismawati Gamstick

kayaknya asyik😊

2023-02-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hari Pertama Intern Bagian 1
2 Bab 2 Hari Pertama Intern Bagian 2
3 Bab 3 Kerisauan Inggit
4 Bab 4 Pemberitahuan dan Masa Lalu
5 Bab 5 Bermasalah di Kantor
6 Bab 6 Keputusan sudah Final Bagian 1
7 Bab 7 Keputusan sudah Final Bagian 2
8 Bab 8 Berkunjung Bagian 1
9 Bab 9 Berkunjung Bagian 2
10 Bab 10 Awkward and Silence Bagian 1
11 Bab 11 Awkward and Silence Bagian 2
12 Bab 12 Lamaran
13 Bab 13 Masa Depan dan Masa Lalu
14 Bab 14 Pernikahan
15 Bab 15 Istri Seorang Arya Pradana Bagian 1
16 Bab 16 Istri Seorang Arya Pradana Bagian 2
17 Bab 17 Dingin
18 Bab 18 Ngantor Lagi
19 Bab 19 Kebebasan
20 Bab 20 Kelakuan Mama Inggit
21 Bab 21 Umpan Bagian 1
22 Bab 22 Umpan Bagian 2
23 Bab 23 Definisi Rasa
24 Bab 24 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 1
25 Bab 25 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 2
26 Bab 26 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 3
27 Bab 27 Wanita di Sekitar Arya
28 Bab 28 Voucher Liburan
29 Bab 29 Pesona Pak Arya
30 Bab 30 Situasi yang Aneh
31 Bab 31 Sakit Bagian 1
32 Bab 32 Sakit Bagian 2
33 Bab 33 Kebodohan Dinda
34 Bab 34 Apa Dia masih Mencintai Mantan Istrinya?
35 Bab 35 Bulan Madu Bagian I
36 Bab 36 Bulan Madu Bagian 2
37 Bab 37 Bulan Madu Bagian 3
38 Bab 38 Bulan Madu Bagian 4
39 Bab 39 Bulan Madu Bagian 5
40 Bab 40 Sikap Tegas Sang Arya Pradana
41 Bab 41 Hari Terakhir Bulan Madu
42 Bab 42 Belajar Memahami
43 Bab 43 Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 Hutang Dinda pada Arya
45 Bab 45 Penolakan
46 Bab 46 Izin Glamping
47 Bab 47 Berhubungan dengan Mantan
48 Bab 48 Gagal Glamping
49 Bab 49 Pertemuan Tak Terduga
50 Bab 50 Sikap Dingin Dinda
51 Bab 51 Apa yang terjadi di Kamar 505?
52 Bab 52 Makan Malam Keluarga
53 Bab 53 Apartemen Arya
54 Bab 54 Perhatian
55 Bab 55 Bertemu Orang Baru
56 Bab 56 Arya, Si Workaholic
57 Bab 57 Cafe Baru di Kantor
58 Bab 58 Kebetulan
59 Bab 59 Boleh panggilannya diganti jadi ‘Mas’?
60 Bab 60 Rahasia Besar Terungkap
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Aku ingin Dinda malam ini
63 Bab 63 Maaf
64 Bab 64 Gak Masuk Kantor
65 Bab 65 Pillow Talk
66 Bab 66 Masuk Kantor Lagi
67 Bab 67 Kissmark
68 Bab 68 Pertanda Badai Mulai Menerjang
69 Bab 69 Pillow Talk bagian 2
70 Bab 70 Weekend
71 Bab 71 Dinner Berdua
72 Bab 72 Kehidupan Perkantoran Bagian 1
73 Bab 73 Kehidupan Perkantoran bagian 2
74 Bab 74 Hari yang Melelahkan
75 Bab 75 Mulai Perhatian
76 Bab 76 Profesionalitas Seorang Arya Pradana
77 Bab 77 Konfrontasi
78 Bab 78 Keisengan Inggit
79 Bab 79 Seorang Arya bisa Nervous juga?
80 Bab 80 Perjalanan ke Luar Kota
81 Bab 81 Dinda, Si Penakut
82 Bab 82 Sunrise
83 Bab 83 Pertemuan tak Terduga
84 Bab 84 Penjelasan
85 Bab 85 Dinda Salah Tingkah (Salting)
86 Bab 86 Ketahuan
87 Bab 87 Mereka Pacaran?
88 Bab 88 Dihantui Masa Lalu
89 Bab 89 Melewati Malam yang Indah
90 Bab 90 Konfrontasi Dimas
91 Bab 91 Arya Mulai Posesif
92 Bab 92 Bermalam di Apartemen
93 Bab 93 Tetangga Apartemen
94 Bab 94 Menginap di Rumah Dinda bagian 1
95 Bab 95 Menginap di Rumah Dinda bagian 2
96 Bab 96 Menginap di Rumah Dinda Bagian 3
97 Bab 97 Menginap di Rumah Dinda Bagian 4
98 Bab 98 Permainan dimulai
99 Bab 99 Bagaimana sebenarnya perasaanku?
100 Bab 100 Arya Cemburu?
101 Bab 101 Mata - Mata Arya
102 Bab 102 Ngobrol Cantik di Kamar Dinda
103 Bab 103 Arya Salah Strategi
104 Bab 104 Pertanyaan Sulit dari Dinda
105 Bab 105 Circle Rekan Kantor
106 Bab 106 Kemarahan Arya
107 Bab 107 Apartemen Arya
108 Bab 108 Peringatan dari Arya
109 Bab 109 I love you?
110 Bab 110 Cuti Bersama
111 Bab 111 Arya ke Bangkok
112 Bab 112 Hari tanpa Arya
113 Bab 113 Telat Datang Bulan
114 Bab 114 Test Pack
115 Bab 115 Rumor tentang Arya
116 Bab 116 Darimana Rumor Berawal
117 Bab 117 Pertemuan dengan Si Kecil
118 Bab 118 Pandangan Ibas
119 Bab 119 Arya Pulang Bagian 1
120 Bab 120 Arya Pulang Bagian 2
121 Bab 121 Sikap Romantis Arya Pradana
122 Q&A Session Bagian 1
123 Bab 122 Akhirnya Mereka Tahu
124 Bab 123 Flashback Pernikahan Bianca
125 Bab 124 Tim Building Bagian 1
126 Bab 125 Pengertian dan Perhatian
127 Bab 126 Penjelasan tentang Rumor
128 Bab 127 Tim Building Bagian 2
129 Bab 128 Kena Mental
130 Bab 129 Taring Arya Pradana
131 Bab 130 Misi Pertama Tim Building - Wisata Pantai
132 Bab 131 Wisata Pantai Bagian 2
133 Bab 132 Arya Buka Kartu
134 Bab 133 Pria Misterius di Hotel
135 Bab 134 Kekhawatiran Arya
136 Bab 135 Kartu Arya di Gilbert
137 Bab 136 Pillow Talk Edisi Tim Building
138 Bab 137 Kembali ke Kamar
139 Bab 138 Wisata Pulau dengan Kapal
140 Bab 139 Genting
141 Bab 140 Menyelamatkan Dinda
142 Bab 141 Kembali ke Hotel
143 Bab 142 Omelan Arya
144 Bab 143 Bisik - Bisik Karyawan
145 Bab 144 Kehamilan Dinda
146 Bab 145 Teguran Keras dari Arya
147 Bab 146 Cara Meluluhkan Pria Es seperti Arya
148 Bab 147 Modus ala Bianca
149 Bab 148 Babak Baru telah dimulai
150 Bab 149 Kepala Divisi yang Baru
151 Bab 150 Siapa Dika Sadewa?
152 Bab 151 Periksa Kandungan Rutin Bagian 1
153 Bab 152 Periksa Kandungan Rutin Bagian 2
154 Bab 153 Orang - Orang Baru
155 Bab 154 Tak Menjawab Telepon
156 Bab 155 Arya Pulang dari Luar Kota
157 Bab 156 Masih Marah
158 Bab 157 Hukuman
159 Bab 158 Business Trip lagi?
160 Bab 159 Pak Arya punya Istri?
161 Bab 160 Mas Arya Selingkuh?
162 Bab 161 Yeay, Arya Pulang
163 Bab 162 Couple Time
164 Bab 163 Kenalin Istri saya
165 Bab 164 Susu Hamil buatan Mas Arya
166 Bab 165 Penawaran dari HRD
167 Bab 166 Mereka menginap gak ya?
168 Bab 167 Suami yang Perhatian
169 Bab 168 Meeting di Tempat yang Sama
170 Bab 169 Kotak Pandora
171 Bab 170 Mencari Tahu
172 Bab 171 Jadwal Periksa Kandungan
173 Bab 172 Baik - baik saja
174 Bab 173 Drama Dinda
175 Bab 174 Meeting di Apartemen
176 Bab 175 Dinda Ketahuan Sembunyi?
177 Bab 176 Dilema Karir Dinda Bagian 1
178 Bab 177 Dilema Karir Dinda Bagian 2
179 Bab 178 Ketegangan
180 Bab 179 Dimas PDKT?
181 Bab 180 Antara Penasaran dan Curiga
182 Bab 181 Pertemuan tak Terduga
183 Bab 182 Saling Jujur
184 Bab 183 Gosip Hangat di Divisi Business and Partner
185 Bab 184 Menemui HRD lagi?
186 Bab 185 Arya bersama Seorang Wanita?
187 Bab 186 Ada apa dengan Dinda?
188 Bab 187 Ada apa dengan Dinda? Bagian 2
189 Bab 188 Mencari Tahu
190 Bab 189 Keributan di Divisi Digital and Development
191 Bab 190 Treat dari Kepala Divisi DD
192 Bab 191 Cemburu
193 Bab 192 Suara Aneh di Parkiran
194 Bab 193 Will miss you, bae
195 Bab 194 Business Trip vs Hangout
196 Bab 195 Payback
197 Bab 196 Pertemuan
198 Bab 197 Lovely Phone Call
199 Bab 198 Ketegangan di Pagi Hari
200 Bab 199 Apa aku harus cerita?
201 Bab 200 Yeay… Arya pulang Business Trip
202 Bab 201 Ketahuan Bi Rumi
203 Bab 202 Kesepakatan
204 Bab 203 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 1
205 Bab 204 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 2
206 Bab 205 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 3
207 Bab 206 Check up Rutin Kehamilan Bagian 4
208 Bab 207 Me Time Berdua
209 Bab 208 Curhatan Karir
210 Bab 209 Hati yang tak menerima
211 Bab 210 Pilihan yang sulit
212 Bab 211 Situasi Canggung
213 Bab 212 Intern, Boleh disuruh apa aja?
214 Bab 213 Aku akan menjadi perisaimu
215 Bab 214 Dinda Sakit
216 Bab 215 Perhatian Suami saat Istri Sakit
217 Bab 216 Drama Istri kalau Sakit
218 Bab 217 Dinda? Mungkinkah?
219 Bab 218 Rumah Sakit
220 Bab 219 Bertemu Kenalan Lama?
221 Bab 220 Kesempatan
222 Bab 221 Benang Kusut Bagian 1
223 Bab 222 Benang Kusut Bagian 2
224 Bab Spesial: Suasana Arisan Keluarga Pradana
225 Bab 223 Insiden Tak Terduga di Parkiran Bagian 1
226 Bab 224 Insiden Tak Terduga di Parkiran Bagian 2
227 Bab 225 Apa yang terjadi?
228 Bab 226 Someone calls an ambulance
229 Bab 227 Dari Berbagai Sisi
230 Bab 228 Bagaimana keadaan istri saya Dok?
231 Bab 229 Arya berubah jadi dingin?
232 Bab 230 Affection
233 Bab 231 Keraguan Arya sebelum Dinda Sadar
234 Bab 232 Mama Inggit Curiga
235 Bab 233 Membesuk
236 Bab 234 Kerja di Rumah Sakit
237 Bab 235 Mendadak Canggung
238 Bab 236 Apa Istimewanya Dia?
239 Bab 237 Penjelasan
240 Bab 238 Ratu Drama mulai Beraksi
241 Bab 239 Perhatian Orang Terdekat
242 Bab 240 Kunjungan dari Tim Digital and Development
243 Bab 241 Quality Time
244 Bab 242 Hari Pertama setelah Insiden
245 Bab 243 Bagaimana Reaksi yang lain?
246 Bab 244 Bertemu HRD
247 Bab 245 Lunch-nya Para Pekerja Kantoran
248 Bab 246 Yang Disembunyikan
249 Bab 247 Kehadiran dan Pengakuan
250 Bab 248 Hanya Bisa Heran
251 Bab 249 Obrolan Ringan edisi Bucin Bagian 1
252 Bab 250 Obrolan Ringan edisi Bucin Bagian 2
253 Bab 251 Arisan Dadakan Bagian 1
254 Bab 252 Arisan Dadakan Bagian 2
255 Bab 253 Arisan Dadakan Bagian 3
256 Bab 254 Tamu Tak Di Undang
257 Bab 255 Ratu Drama
258 Bab 256 Prinsip
259 Bab 257 Salah Paham
260 Bab 258 Percaya
261 Bab 259 Bagaimana Nasib Karir Dinda? Bagian 1
262 Bab 260 Business Trip Lagi???
263 Bab 261 Bagaimana Nasib Karir Dinda Bagian 2
264 Bab 262 Tamu Dadakan
265 Bab 263 Bagaimana Nasib Karir Dinda Bagian 3
266 Bab 264 Menerima Keputusan
267 Bab 265 Dendam
268 Bab 266 Permintaan Maaf
269 Bab 267 Kejutan Mas Arya
270 Bab 268 Farewell Dinda di Kantor Bagian 1
271 Bab 269 Farewell Dinda di Kantor Bagian 2
272 Bab 270 Farewell Dinda di Kantor Bagian 3
273 Bab 271 Farewell Dinda di Kantor Bagian 4
274 [Penting] Message dari Othor
Episodes

Updated 274 Episodes

1
Bab 1 Hari Pertama Intern Bagian 1
2
Bab 2 Hari Pertama Intern Bagian 2
3
Bab 3 Kerisauan Inggit
4
Bab 4 Pemberitahuan dan Masa Lalu
5
Bab 5 Bermasalah di Kantor
6
Bab 6 Keputusan sudah Final Bagian 1
7
Bab 7 Keputusan sudah Final Bagian 2
8
Bab 8 Berkunjung Bagian 1
9
Bab 9 Berkunjung Bagian 2
10
Bab 10 Awkward and Silence Bagian 1
11
Bab 11 Awkward and Silence Bagian 2
12
Bab 12 Lamaran
13
Bab 13 Masa Depan dan Masa Lalu
14
Bab 14 Pernikahan
15
Bab 15 Istri Seorang Arya Pradana Bagian 1
16
Bab 16 Istri Seorang Arya Pradana Bagian 2
17
Bab 17 Dingin
18
Bab 18 Ngantor Lagi
19
Bab 19 Kebebasan
20
Bab 20 Kelakuan Mama Inggit
21
Bab 21 Umpan Bagian 1
22
Bab 22 Umpan Bagian 2
23
Bab 23 Definisi Rasa
24
Bab 24 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 1
25
Bab 25 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 2
26
Bab 26 Menginap Dadakan di Hotel Bagian 3
27
Bab 27 Wanita di Sekitar Arya
28
Bab 28 Voucher Liburan
29
Bab 29 Pesona Pak Arya
30
Bab 30 Situasi yang Aneh
31
Bab 31 Sakit Bagian 1
32
Bab 32 Sakit Bagian 2
33
Bab 33 Kebodohan Dinda
34
Bab 34 Apa Dia masih Mencintai Mantan Istrinya?
35
Bab 35 Bulan Madu Bagian I
36
Bab 36 Bulan Madu Bagian 2
37
Bab 37 Bulan Madu Bagian 3
38
Bab 38 Bulan Madu Bagian 4
39
Bab 39 Bulan Madu Bagian 5
40
Bab 40 Sikap Tegas Sang Arya Pradana
41
Bab 41 Hari Terakhir Bulan Madu
42
Bab 42 Belajar Memahami
43
Bab 43 Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 Hutang Dinda pada Arya
45
Bab 45 Penolakan
46
Bab 46 Izin Glamping
47
Bab 47 Berhubungan dengan Mantan
48
Bab 48 Gagal Glamping
49
Bab 49 Pertemuan Tak Terduga
50
Bab 50 Sikap Dingin Dinda
51
Bab 51 Apa yang terjadi di Kamar 505?
52
Bab 52 Makan Malam Keluarga
53
Bab 53 Apartemen Arya
54
Bab 54 Perhatian
55
Bab 55 Bertemu Orang Baru
56
Bab 56 Arya, Si Workaholic
57
Bab 57 Cafe Baru di Kantor
58
Bab 58 Kebetulan
59
Bab 59 Boleh panggilannya diganti jadi ‘Mas’?
60
Bab 60 Rahasia Besar Terungkap
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Aku ingin Dinda malam ini
63
Bab 63 Maaf
64
Bab 64 Gak Masuk Kantor
65
Bab 65 Pillow Talk
66
Bab 66 Masuk Kantor Lagi
67
Bab 67 Kissmark
68
Bab 68 Pertanda Badai Mulai Menerjang
69
Bab 69 Pillow Talk bagian 2
70
Bab 70 Weekend
71
Bab 71 Dinner Berdua
72
Bab 72 Kehidupan Perkantoran Bagian 1
73
Bab 73 Kehidupan Perkantoran bagian 2
74
Bab 74 Hari yang Melelahkan
75
Bab 75 Mulai Perhatian
76
Bab 76 Profesionalitas Seorang Arya Pradana
77
Bab 77 Konfrontasi
78
Bab 78 Keisengan Inggit
79
Bab 79 Seorang Arya bisa Nervous juga?
80
Bab 80 Perjalanan ke Luar Kota
81
Bab 81 Dinda, Si Penakut
82
Bab 82 Sunrise
83
Bab 83 Pertemuan tak Terduga
84
Bab 84 Penjelasan
85
Bab 85 Dinda Salah Tingkah (Salting)
86
Bab 86 Ketahuan
87
Bab 87 Mereka Pacaran?
88
Bab 88 Dihantui Masa Lalu
89
Bab 89 Melewati Malam yang Indah
90
Bab 90 Konfrontasi Dimas
91
Bab 91 Arya Mulai Posesif
92
Bab 92 Bermalam di Apartemen
93
Bab 93 Tetangga Apartemen
94
Bab 94 Menginap di Rumah Dinda bagian 1
95
Bab 95 Menginap di Rumah Dinda bagian 2
96
Bab 96 Menginap di Rumah Dinda Bagian 3
97
Bab 97 Menginap di Rumah Dinda Bagian 4
98
Bab 98 Permainan dimulai
99
Bab 99 Bagaimana sebenarnya perasaanku?
100
Bab 100 Arya Cemburu?
101
Bab 101 Mata - Mata Arya
102
Bab 102 Ngobrol Cantik di Kamar Dinda
103
Bab 103 Arya Salah Strategi
104
Bab 104 Pertanyaan Sulit dari Dinda
105
Bab 105 Circle Rekan Kantor
106
Bab 106 Kemarahan Arya
107
Bab 107 Apartemen Arya
108
Bab 108 Peringatan dari Arya
109
Bab 109 I love you?
110
Bab 110 Cuti Bersama
111
Bab 111 Arya ke Bangkok
112
Bab 112 Hari tanpa Arya
113
Bab 113 Telat Datang Bulan
114
Bab 114 Test Pack
115
Bab 115 Rumor tentang Arya
116
Bab 116 Darimana Rumor Berawal
117
Bab 117 Pertemuan dengan Si Kecil
118
Bab 118 Pandangan Ibas
119
Bab 119 Arya Pulang Bagian 1
120
Bab 120 Arya Pulang Bagian 2
121
Bab 121 Sikap Romantis Arya Pradana
122
Q&A Session Bagian 1
123
Bab 122 Akhirnya Mereka Tahu
124
Bab 123 Flashback Pernikahan Bianca
125
Bab 124 Tim Building Bagian 1
126
Bab 125 Pengertian dan Perhatian
127
Bab 126 Penjelasan tentang Rumor
128
Bab 127 Tim Building Bagian 2
129
Bab 128 Kena Mental
130
Bab 129 Taring Arya Pradana
131
Bab 130 Misi Pertama Tim Building - Wisata Pantai
132
Bab 131 Wisata Pantai Bagian 2
133
Bab 132 Arya Buka Kartu
134
Bab 133 Pria Misterius di Hotel
135
Bab 134 Kekhawatiran Arya
136
Bab 135 Kartu Arya di Gilbert
137
Bab 136 Pillow Talk Edisi Tim Building
138
Bab 137 Kembali ke Kamar
139
Bab 138 Wisata Pulau dengan Kapal
140
Bab 139 Genting
141
Bab 140 Menyelamatkan Dinda
142
Bab 141 Kembali ke Hotel
143
Bab 142 Omelan Arya
144
Bab 143 Bisik - Bisik Karyawan
145
Bab 144 Kehamilan Dinda
146
Bab 145 Teguran Keras dari Arya
147
Bab 146 Cara Meluluhkan Pria Es seperti Arya
148
Bab 147 Modus ala Bianca
149
Bab 148 Babak Baru telah dimulai
150
Bab 149 Kepala Divisi yang Baru
151
Bab 150 Siapa Dika Sadewa?
152
Bab 151 Periksa Kandungan Rutin Bagian 1
153
Bab 152 Periksa Kandungan Rutin Bagian 2
154
Bab 153 Orang - Orang Baru
155
Bab 154 Tak Menjawab Telepon
156
Bab 155 Arya Pulang dari Luar Kota
157
Bab 156 Masih Marah
158
Bab 157 Hukuman
159
Bab 158 Business Trip lagi?
160
Bab 159 Pak Arya punya Istri?
161
Bab 160 Mas Arya Selingkuh?
162
Bab 161 Yeay, Arya Pulang
163
Bab 162 Couple Time
164
Bab 163 Kenalin Istri saya
165
Bab 164 Susu Hamil buatan Mas Arya
166
Bab 165 Penawaran dari HRD
167
Bab 166 Mereka menginap gak ya?
168
Bab 167 Suami yang Perhatian
169
Bab 168 Meeting di Tempat yang Sama
170
Bab 169 Kotak Pandora
171
Bab 170 Mencari Tahu
172
Bab 171 Jadwal Periksa Kandungan
173
Bab 172 Baik - baik saja
174
Bab 173 Drama Dinda
175
Bab 174 Meeting di Apartemen
176
Bab 175 Dinda Ketahuan Sembunyi?
177
Bab 176 Dilema Karir Dinda Bagian 1
178
Bab 177 Dilema Karir Dinda Bagian 2
179
Bab 178 Ketegangan
180
Bab 179 Dimas PDKT?
181
Bab 180 Antara Penasaran dan Curiga
182
Bab 181 Pertemuan tak Terduga
183
Bab 182 Saling Jujur
184
Bab 183 Gosip Hangat di Divisi Business and Partner
185
Bab 184 Menemui HRD lagi?
186
Bab 185 Arya bersama Seorang Wanita?
187
Bab 186 Ada apa dengan Dinda?
188
Bab 187 Ada apa dengan Dinda? Bagian 2
189
Bab 188 Mencari Tahu
190
Bab 189 Keributan di Divisi Digital and Development
191
Bab 190 Treat dari Kepala Divisi DD
192
Bab 191 Cemburu
193
Bab 192 Suara Aneh di Parkiran
194
Bab 193 Will miss you, bae
195
Bab 194 Business Trip vs Hangout
196
Bab 195 Payback
197
Bab 196 Pertemuan
198
Bab 197 Lovely Phone Call
199
Bab 198 Ketegangan di Pagi Hari
200
Bab 199 Apa aku harus cerita?
201
Bab 200 Yeay… Arya pulang Business Trip
202
Bab 201 Ketahuan Bi Rumi
203
Bab 202 Kesepakatan
204
Bab 203 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 1
205
Bab 204 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 2
206
Bab 205 Check-up Rutin Kehamilan Bagian 3
207
Bab 206 Check up Rutin Kehamilan Bagian 4
208
Bab 207 Me Time Berdua
209
Bab 208 Curhatan Karir
210
Bab 209 Hati yang tak menerima
211
Bab 210 Pilihan yang sulit
212
Bab 211 Situasi Canggung
213
Bab 212 Intern, Boleh disuruh apa aja?
214
Bab 213 Aku akan menjadi perisaimu
215
Bab 214 Dinda Sakit
216
Bab 215 Perhatian Suami saat Istri Sakit
217
Bab 216 Drama Istri kalau Sakit
218
Bab 217 Dinda? Mungkinkah?
219
Bab 218 Rumah Sakit
220
Bab 219 Bertemu Kenalan Lama?
221
Bab 220 Kesempatan
222
Bab 221 Benang Kusut Bagian 1
223
Bab 222 Benang Kusut Bagian 2
224
Bab Spesial: Suasana Arisan Keluarga Pradana
225
Bab 223 Insiden Tak Terduga di Parkiran Bagian 1
226
Bab 224 Insiden Tak Terduga di Parkiran Bagian 2
227
Bab 225 Apa yang terjadi?
228
Bab 226 Someone calls an ambulance
229
Bab 227 Dari Berbagai Sisi
230
Bab 228 Bagaimana keadaan istri saya Dok?
231
Bab 229 Arya berubah jadi dingin?
232
Bab 230 Affection
233
Bab 231 Keraguan Arya sebelum Dinda Sadar
234
Bab 232 Mama Inggit Curiga
235
Bab 233 Membesuk
236
Bab 234 Kerja di Rumah Sakit
237
Bab 235 Mendadak Canggung
238
Bab 236 Apa Istimewanya Dia?
239
Bab 237 Penjelasan
240
Bab 238 Ratu Drama mulai Beraksi
241
Bab 239 Perhatian Orang Terdekat
242
Bab 240 Kunjungan dari Tim Digital and Development
243
Bab 241 Quality Time
244
Bab 242 Hari Pertama setelah Insiden
245
Bab 243 Bagaimana Reaksi yang lain?
246
Bab 244 Bertemu HRD
247
Bab 245 Lunch-nya Para Pekerja Kantoran
248
Bab 246 Yang Disembunyikan
249
Bab 247 Kehadiran dan Pengakuan
250
Bab 248 Hanya Bisa Heran
251
Bab 249 Obrolan Ringan edisi Bucin Bagian 1
252
Bab 250 Obrolan Ringan edisi Bucin Bagian 2
253
Bab 251 Arisan Dadakan Bagian 1
254
Bab 252 Arisan Dadakan Bagian 2
255
Bab 253 Arisan Dadakan Bagian 3
256
Bab 254 Tamu Tak Di Undang
257
Bab 255 Ratu Drama
258
Bab 256 Prinsip
259
Bab 257 Salah Paham
260
Bab 258 Percaya
261
Bab 259 Bagaimana Nasib Karir Dinda? Bagian 1
262
Bab 260 Business Trip Lagi???
263
Bab 261 Bagaimana Nasib Karir Dinda Bagian 2
264
Bab 262 Tamu Dadakan
265
Bab 263 Bagaimana Nasib Karir Dinda Bagian 3
266
Bab 264 Menerima Keputusan
267
Bab 265 Dendam
268
Bab 266 Permintaan Maaf
269
Bab 267 Kejutan Mas Arya
270
Bab 268 Farewell Dinda di Kantor Bagian 1
271
Bab 269 Farewell Dinda di Kantor Bagian 2
272
Bab 270 Farewell Dinda di Kantor Bagian 3
273
Bab 271 Farewell Dinda di Kantor Bagian 4
274
[Penting] Message dari Othor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!