NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kompensasi

Matahari perlahan turun dari singgasana, semburat warna jingga yang akrab jadi pelengkapnya. Waktu sore yang menandakan berakhirnya pertemuan untuk hari ini. Tak lupa sebelum kami berempat berpisah, masih sempat mengabadikan momen dalam foto selfie.

Selfie yang awalnya hanya beberapa malah membuat kami ketagihan. Sampai-sampai minta pelayan di kafe buat bantuin ambil foto. Beragam gaya mulai beralih dari formal, bebas, sampai lucu. Puas dengan banyaknya foto yang dibuat, kami saling berpamitan untuk ke tujuan masing-masing.

"Kalau gitu aku balik dulu ke hotel ya Kak Ria, Kak Ryan, dan Bro Rifqi," pamit Ilham duluan.

"Jangan lupa buat instagram story!" teriak Ryan.

"Apaan sih teriak-teriak," kataku sambil tengok kanan kiri takut jadi pusat perhatian tamu lain di kafe.

"Siapa Bang! Captionnya keluarga bahagia ya," kata Ilham tertawa sambil berlari menjauh.

Aku tau dia gitu karena takut dimarahin. Dari pada diem di tempat mending kabur sebelum seniornya sadar. Ryan sih santai aja. Aku kesal dengannya. Ku injak kaki Ryan dan segera pergi menggandeng Rifqi.

"Ah... Sakit tau Ri," kata Ryan menahan sakit.

Aku yang sudah berlalu tak menoleh sedikitpun. Mengandalkan kedekatan Ryan dengan Rifqi, dia memberi kode.

" Bro, bantuin aku lho. Nanti ku tambahin uang jajanmu," kata Ryan memprovokasi.

"Maaf Kak, kalo situasi kaya gini aku nyerah. Takut kena gepuk," kata Rifqi sambil menoleh ke arah Ryan.

Sejujurnya Rifqi ingin uang jajan itu, tapi dari pada kena gepuk kakaknya mending mundur dulu sekarang kan. Kalo waktunya pas baru ambil kesempatan buat tambah uang jajan dari Kak Ryan.

Ryan menyusul dengan langkah lambat ke parkiran. Dia tiba terlambat, aku dan adikku sudah pergi dengan motor. Mood Ryan jadi buruk. Padahal mau cari semangat biar tugasnya cepet kelar, malah kakinya jadi korban. Dia masuk ke mobil dan berkendara ke tempat kerjanya.

...****************...

Bos di tempat Ryan bekerja mendatanginya. Dia berkacak pinggang. Raut wajahnya berubah marah dan kesal.

"Kali ini kemana?" tanya si Bos.

"Bos Gao maaf tadi keasyikan ngobrol sampe lupa waktu. Tapi tenang aja Bos, kerjaan aku dah beres."

"Iya udah beres, tapi tadi ada tambahan sedikit. Kerjain sana sebelum pulang!"

"Siap Bos!"

Ryan segera menyelesaikan sisa pekerjaan tambahan.

"Harus kelar sebelum malem nih. Tugas perusahaan masih nungguin di rumah," kata Ryan melihat waktu.

...****************...

Aku dan adikku mampir makan dulu sebelum pulang ke rumah. Tak lupa beliin oleh-oleh buat yang di rumah. Untungnya tempat kita makan ga jauh dari tempat belanja, cuma sebelahan aja.

"Beli apa buat oleh-oleh ya?" tanyaku sambil berpikir.

"Bakpia aja," saran Rifqi.

"Udah pernah tau," tolakku.

"Gudeg deh," kata Rifqi.

"Emm... tanya Ibu aja deh," kataku tak mengabaikannya.

Telepon itu tersambung. Ibu tak meminta apa pun. Dia hanya berpesan agar kami cepat pulang. Mood belanja langsung ambyar. Aku mengajak adikku untuk pulang.

"Lho, ga jadi?"

"Ibu ga minta. Suruh kita pulang cepet."

"Oh."

Kami pun merelakan oleh-oleh yang sudah diam-diam diincar. Segera pulang adalah pilihan terbaik.

...****************...

Tiba di rumah dengan badan yang letih. Aku membuka pintu. Pintu terbuka dan aku masuk sambil mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum, aku pulang."

"Waalaikumsalam," jawab ibu dari dapur.

Aku dan adikku sudah makan, tapi aroma masakan yang menggoda sangat disayangkan kalau tidak diintip. Meja makan penuh dengan menu yang enak-enak.

"Acara apa Bu?" tanyaku heran.

"Kamu liat kamu bosen di rumah. Jadi ubah menu deh.

" Yah Bu, aku ma adek dah makan tadi," keluhku.

"Digado aja lauknya," kata ibu.

Aku langsung mencomot lauk itu. Adikku bisa-bisanya malah makan lagi dengan porsi kuli.

"Makan teross," sindirku.

"Biarin dong. Masih masa pertumbuhan nih," katanya membela diri.

"Kamu kalo iri bilang aja," sahut ayah.

"Iri? Ga lah," kataku.

"Badanmu kecil makanmu banyak. Ga sadar diri," kata ibu menimpali.

Aku hanya memanyunkan bibir sambil mengunyah makanan. Ku lirik adikku yang tadi memakan seporsi kuli sudah lenyap setengahnya. Baru juga ditinggal ngobrol dah mau abis aja tuh nasi.

Setengah porsi itu langsung ludes. Aku memerhatikan prosesnya. Apa ga dikunyah tuh makanan? Ludes gitu aja ga bersisa.

"Liatin apa?" kata adikku yang sadar ditatap dari tadi.

"Kamu makan pake mulut?" tanyaku dengan konyol.

"Iyalah, masa pake hidung," semprot Rifqi.

"Habis makan kek angin, wuss... ilang semua."

"Keburu ga mood makan. Makanya cepet-cepet habisin."

"Perutmu ga begah?"

Rifqi menepuk perutnya yang penuh sambil geleng-geleng. Rejeki nomplok menghampirinya. Notifikasi ponsel di sampingnya ternyata dapat duit lagi dari Ryan.

"Woah, aku dukung kamu jadi iparku!" kata Rifqi sambil berteriak dan menunjuk layar ponselnya.

"Masih pada makan ngapain teriak-teriak soal ipar, " nasihat ibu.

"Ayah dah selesai," kata ayah sambil menaikan alisnya.

"Terserah kalian deh," kata ibu.

"Ria, siapa itu?" tanya ayah ingin tau.

"Apa sih Yah, ikutan aja," kataku kesal dan beranjak pergi untuk cuci tangan.

"Calon mantunya Ibu yang pernah ke sini itu lho, Ayah tau kan?" kata Rifqi memberi kode.

"Beneran?" kata ibu dengan senang.

"Udah sampe mana mereka?" tanya ibu kemudian.

"Sama aja. Cuma dia lagi deketin aku Bu," kata Rifqi mengakui.

"Strategi bagus. Dekati keluarganya dapetin mangsanya," kata Ayah sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Aku masih di sini!" teriakku yang selesai cuci tangan.

"Cuma cuci tangan aja ga bisa tenang," keluhku dan pergi ke kamar.

"Marah tuh," kata Rifqi ke ayah dan ibu.

"Biarin aja dah gede dia," kata ibu tak peduli.

"Anak kita ga suka sama si Ryan itu ya?" tanya ayah kepada ibu.

"Lama-lama juga nanti suka kalo dikejar terus," komentar ibu.

"Bener Bu. Orang yang ngejar aja ugal-ugalan gitu. Ya kali, ga klepek-klepek dia nanti," kata Rifqi menambahkan.

"Bu, mau liat kemajuannya ga?" tanya Rifqi tiba-tiba.

Ayah dan ibu saling memandang dan dengan serempak berkata, "Apa?"

Rifqi menunjukkan instagram story yang dibuat Ilham hari ini. Dua unggah story itu membuat ibunya tersenyum senang.

"Coba kamu cerita. Kok yang tadinya mau rebut Kakakmu, malah jadi mendoakan langgeng sama yang laen," bujuk ibu.

"Ga perlu dijelasin Bu. Udah jelas ada yang cemburu. Jadi dihukum buat kompensasi hati," kata Rifqi.

"Hahaha, anak ayah cantik wajar kalo banyak yang mau," ujar ayah bangga.

Ibu langsung menatap ayah dengan tajam dan mengatakan dengan tegas.

"Ga boleh sama yang laen. Harus sama Ryan aja. Itu udah jadi pilihan yang baik. Coba aja liat temennya itu masih terlalu muda belum kerja pastinya," oceh ibu.

"Iya, Bu. Ayah minta maaf," kata ayah mengakui kesalahan.

Lagi pula dia sudah dipaksa memberi restu ke Ryan itu. Walaupun, itu dilakukan dibawah tekanan maut sang istri.

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!