MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Zetta buru-buru bangkit dan membenahi atasannya yang agak tersingkap. Dia segera menutupi tato yang ada di pinggangnya agar jangan sampai terlihat oleh Roan. Dia tak tahu kalau mantan adik iparnya itu memiliki penglihatan yang tajam dan telah melihat apa yang mau Zetta tutupi itu.
"Dasar," ujar Zetta sambil merebut kembali ponselnya yang sebelumnya Roan ambil. Roan sendiri pun tak menahan benda itu lagi.
"Maaf," gumam Roan lirih dengan agak salah tingkah.
Zetta mengembuskan nafas kasar karena merasa agak kesal. Dia ingin kembali menghubungi Keenan dan memberitahukan pada lelaki itu jika Roan berada di rumahnya. Tapi belum sempat Zetta mendial nomor kontak Keenan, bel rumahnya berbunyi. Zetta mengerutkan keningnya sesaat, menebak-nebak siapa yang datang.
Selang beberapa saat kemudian, barulah dia beranjak membukakan pintu. Zetta agak tertegun saat mendapati jika yang datang ke rumahnya adalah Keenan dan Helia.
"Selamat malam, Zetta. Maaf mengganggumu malam-malam begini," sapa Keenan dengan agak canggung. Lelaki itu terlihat agak tak nyaman melihat ekspresi Zetta saat ini.
"Sudah tahu mengganggu, kenapa masih datang? Ada perlu apa?" tanya Zetta tanpa basa-basi.
Keenan terlihat semakin menunjukkan raut wajah tak enaknya saat mendengar pertanyaan Zetta barusan. Jelas sekali jika mantan istrinya ini sangat terganggu karena kehadirannya.
"Kamu mesti ingat kalau kita sudah bercerai, jadi sangat tidak etis rasanya datang ke rumahku malam-malam begini, meskipun dengan membawa serta tunanganmu. Kamu mestinya memikirkan perasaan dia. Pasti dia kesal kamu ajak ke sini," ujar Zetta lagi, seolah prihatin pada Helia. Dalam hati dia tertawa melihat raut wajah Helia saat ini yang begitu muram, meski berusaha untuk dia tutupi.
Sementara itu, Keenan tampak kehilangan kata-kata dan tak tahu mau menanggapi Zetta seperti apa.
"Atau jangan-jangan ... kamu masih belum melupakanku, lalu sekarang datang karena merindukanku?" tanya Zetta pada Keenan dengan santainya.
Helia awalnya masih berusaha untuk pura-pura tersenyum, tapi kini senyuman palsunya itu pun seketika lenyap dari wajahnya. Dia awalnya sangat bersemangat saat Keenan mengajaknya mendatangi rumah Zetta karena berpikir bisa memamerkan kemesraannya pada Zetta dan membuat perempuan itu kesal. Tapi nyatanya dialah yang justru dibuat kesal.
"Kami mencari Roan," sahut Helia kemudian dengan agak tak terima.
"Benar." Keenan menimpali. "Apa dia ada di sini?"
Zetta tampak melipat tangannya di dada sambil memandang ke arah Keenan dan Helia.
"Kami tadi sedang mengadakan pertemuan keluarga di hotel untuk membahas rencana pernikahan. Tapi Roan tidak datang juga, ditelepon juga tidak diangkat, jadi Keenan melihat posisi Roan melalui GPS dari ponselnya. Dan menuriut GPS, Roan ada di sini, makanya kami datang kemari." Helia menjelaskan.
"Oh, kupikir Keenan sedang mencari-cari alasan untuk bertemu denganku. Baguslah kalau begitu," sahut Zetta sambil berpura-pura menghela nafas lega.
Terang saja Helia dan Keenan agak tak terima mendengar kata-kata Zetta yang seolah menuduh Keenan masih ada rasa pada peremuan itu. Tapi jika biasanya Keenan tak segan mengeluarkan katakata tajam saat Renata membuatnya jengkel, kali ini Keenan seolah tak memiliki daya untuk mendebat Zetta.
"Roan, keluarlah. Ini ada kakak dan kakak iparmu menjemput," panggil Zetta kemudian. Perempuan itu tampaknya tak membiarkan Keenan dan Helia masuk ke dalam rumahnya, apalagi disuruh duduk dan dihidangkan makanan serta minuman.
Zetta membiarkan saja pasangan itu berdiri di depan pintu rumahnya, dan dia sangat yakin saat ini kedua orang tersebut sedang menahan pegal karena terus berdiri sejak datang tadi, terutama Helia yang mengenakan sepatu berhak tinggi.
Mau tak mau, Roan pun akhirnya keluar. Pemuda itu tampak menekuk wajahnya karena sebenarnya tidak mau pulang bersama Keenan dan Helia.
"Dia kelaparan di pinggir jalan dan memaksa ikut pulang denganku," ujar Zetta pada Keenan, lagi-lagi dengan nada santai dan tak mempertimbangkan sama sekali apakah orang yang mendengarnya akan merasa tersinggung atau tidak. Sangat jauh berbeda dengan cara bicara Zetta pada Keenan selama ini yang cenderung sangat hati-hati, meskipun pada akhirnya tetap tak membuat Keenan serta keluarganya menghargai hal itu.
Keenan tampak menatap ke arah Roan sejenak, lalu menghela nafasnya. Dia ingin memarahi pemuda itu, tapi rasanya tak ada gunanya.
"Terima kasih, maaf karena telah merepotkanmu," ujar Keenan kemudian pada Zetta. Lelaki itu kemudian langsung pamit mengajak Roan pulang karena Zetta tampak sudah sangat terganggu dengan kedatangannya.
Di dalam mobil, Keenan tampak memperhatikan penampilan Roan yang sangat berantakan. Luka yang terdapat di wajah pemuda itu juga tak luput dari penglihatannya.
"Apa yang terjadi sampai kamu berada di rumah Zetta?" tanya Keenan pada adik laki-lakinya itu. Dia sudah bisa menebak jika Roan pasti habis berkelahi. Tapi keberadaan pemuda itu di rumah Zetta membuatnya bertanya-tanya, mengingat betapa Roan sangat tak menyukai Zetta selama ini.
"Aku ditahan di kantor polisi, lalu Kak Zetta yang membebaskanku," sahut Roan dengan suara rendah.
Keenan tampak terkejut, begitu pun dengan Helia. Bukan bagian Roan ditahan di kantor polisi yang paling mengejutkan Keenan, tapi bagian Zetta yang menolong adik berandalannya ini. Padahal selama ini Roan terus menunjukkan kebenciannya pada Roan, mestinya dia tak sepeduli itu sampai membantu membebaskan Roan dari kantor polisi, kan?
"Tapi, ngomong-ngomong, Kak. Tadi aku berkeliling rumah Kak Zetta, lalu sempat masuk ke dalam kamarnya juga ...."
"Kenapa kamu lancang masuk ke dalam kamar orang?" Keenan dengan marah sebelun Roan sempat menyelesaikan ucapannya.
"Tidak apa-apa, aku cuma penasaran saja. Kupikir sekarang Kak Zetta mungkin tinggal bersama pacar barunya, tapi ternyata kamarnya bersih, tidak ada barang-barang milik seorang lelaki. Dia tinggal sendirian," sahut Roan.
Mata Keenan terlihat sedikit melebar mendengar Roan menyebut soal pacar baru Zetta, tapi mengetahui Zetta tidak tinggal dengan seorang lelaki, entah kenapa hatinya merasa lega.
Helia yang sejak tadi ikut mendengarkan percakapan Roan dan Keenan, tampak agak meradang. Dia tak ingin kakak beradik ini membicarakan Zetta, apalagi tentang hal yang baik-baik.
"Keenan, aku hampir lupa memberitahukan padamu. Kejadian sewaktu Mama datang ke kantor Zetta dan membuat keributan, sekarang sudah tersebar. Ada seseorang yang sengaja merekam kejadian itu dan menyebarkannya. Sudah pasti itu salah seorang dari karyawan Zetta. Atau ... bisa jadi memang Zetta yang sengaja memerintahkan karyawannya untuk merekam kejadian itu, lalu meyebarkannya. Dia pasti dendam pada Mama dan ingin menjatuhkan nama baik Mama," ujar Helia kemudian, berpura-pura sedih dan marah seolah dia sangat peduli pada Nyonya Brenda.
"Tidak mungkin itu perbuatan Kak Zetta!" Roan langsung menyanggah dengan tegas sebelum Keenan sempat menanggapi.
"Selama ini aku memang tidak menyukai Kak Zetta, tapi aku sudah serumah dengannya selama enam tahun. Dia bukan orang yang akan melakukan hal licik dan menjijikan seperti itu," tambah Roan lagi.
Keenan terkejut mendengar pembelaan yang keluar dari mulut Roan, begitu pun Helia. Padahal Helia pikir Roan akan langsung naik pitam mendengar Zetta berusaha menjatuhkan ibunya. Tak disangka, pemuda itu malah membela Zetta.
"Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi. Mama juga sudah agak keterlaluan, membuat kekacauan di kantor orang," ujar Keenan akhirnya menanggapi.
Helia tampak membuang wajah sambil berusaha menahan rasa kesalnya. Usahanya menghasut Keenan dan Roan kali ini gagal. Suasana pun akhirnya menjadi hening selama perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah, Keenan langsung masuk ke kamarnya dan membersihkan diri, lalu dia pergi ke ruang kerjanya untuk mengecek beberapa dokumen. Secara kebetulan, Keenan membuka salah satu laci dan mendapati setumpuk surat yang tersusun rapi di sana, sesuatu yang sebelumnya tidak dia lihat ada di sana. Surat-surat tersebut adalah surat darinya yang pernah dia kirimkan pada seseorang.
Keenan mengira Helia yang meletakkan surat-surat itu di sana karena perempuan itu yang beberapa kali masuk ke dalam ruang kerjanya. Pandangannya menjadi lembut karena berpikir memang benar Helia yang dulu saling berbalas surat dengannya.
***
Hish, B_e_g_o 🙄🙄🙄