Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?
Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.
Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya Sah
Besok adalah hari H pernikahan Lisa dan Erkan. Dan malam ini Lisa benar-benar tidak bisa tidur karena gugup. Jantungnya bertalu-talu karena antara siap gak siap ganti status besok.
"Duh... kok aku gak bisa tudur ya? Gimana kalau besok aku teh mata pandaan? Ih... emangnya gini ya kalau mau nikah?" Lisa terus ngedumel karena rasa kantuk tak kunjung datang. Bahkan gadis itu mulai menghitung domba. Namun, matanya masih saja sehat dan segar.
"Argghhh...." Lisa pun membenamkan wajahnya di bantal sambil nungging. Ia benar-benar gugup.
Sama halnya dengan Lisa, Erkan juga tak kunjung memejamkan mata karena sudah tidak sabar untuk menghalalkan gadis pujaan hatinya. Bahkan Erkan sampai senyum-senyum sendiri membayangkan malam pertama mereka. Pasti Lisa bakal malu-malu atau justri liar tanpa diduga-duga. Ah, Erkan gak sanggup membayangkan itu semua. Sesuatu di bawah sana mulai berkedut padahal cuma membayangkan wajah Lisa.
"Jangan harap saya lepasin kamu malam besok, Sa. Siapa suruh bikin saya panas dingin kayak gini." Erkan masih senyum-senyum sendiri. Bahkan hatinya benar-benar sudah mantap untuk mengikrarkan janji suci besok pagi.
Keesokan harinya, rumah Erkan mulai sibuk mempersiapkan segala hal. Terutama Mama Dinar yang terlihat sibuk sendiri sambil mengecek barang-barang bawaan.
Tidak lama, Erkan pun keluar dari kamar sudah siap dengan beskap putih gading. Tentu saja ia sudah tidak sabar untuk segera berangkat ke rumah calon istrinya. Padahal rumah mereka hadep-hadepan, tapi rasanya seperti jauh bagi Erkan.
Mama Dinar yang melihat putranya itu langsung berbinar. "Wah, ganteng amat anak Mama. Udah siap kan?"
"Insya Allah siap dong, Ma." Jawan Erkan yakin seyakin-yakinnya.
"Udah hafal nama Kak Lisa kan, Bang? Jangan sampe salah sebut loh." Ledek Violla mengingatkan hal pernah terjadi dulu. Di mana Erkan malah menyebut nama mantan terindahnya ketimbang nama si calon istri.
"Abang gak mungkin mengulang kesalahan untuk yang kedua kali, Vi. Kamu tumben cantik banget?"
Violla menyebik. "Jadi selama ini aku jelek ya?"
Mama tertawa renyah. "Becanda Abang kamu mah. Udah hayuk bantu Mama lagi." Mama pun langsung menarik Violla.
"Wah, ganteng banget adek gw. Siap lahir batin kayaknya nih? Pasti lah ya, orang calonnya masih ting-ting. Siap-siap belah duren montong nih. Harus hati-hati, masih segelan soalnya." Kali ini Elkan yang baru keluar dari kamar memberikan dukungan penuh pada sang adik. Namun, tidak untuk wanita yang ada di belakangnya. Wajahnya terus ditekuk dan terlihat tak semangat.
Erkan tersenyum ramah. "Doain akadnya lancar, Bang. Agak gugup juga sih walau udah berpengalaman."
"Biasa itu, namanya juga hal sakral. Udah siap semua kan? Mau berangkat sekarang?"
"Bentar lagi kayaknya, belum ada konfirmasi dari keluarga Lisa."
"Ya udah, gw ke depan dulu. Mau bantu Papa sama Mama."
"Okay."
Di tempat lain, Lisa baru saja selesai dipoles. Dan gadis itu benar-benar sangat cantik dengan balutan kebaya gading dan siger sunda di kepalanya.
"MasyaAllah, cantik banget anak Mamah." Puji Mamah saat melihat putrinya yang tampil menawan.
"Mah, Eneng teh deg degan." Lisa meraih tangan Mamahnya.
"Dingin banget tangan kamu, Neng? Jangan tegang banget atuh."
"Takut, gimana kalau Mas Erkan teh salah sebut nama Eneng?"
"Ih, mana mungkin ah. Erkan itu udah pengalaman. Pasti gak mungkin salah lagi. Lagian nama kamu mah gampang."
"Tetap aja gugup, Mamah."
"Wih... cantik amat adek Aa. Udah kayak nyi Roro kidul." Gurau Asep yang selalu berhasil membuat Lisa kesal.
"Mamah." Rengek Lisa.
"A, jangan buat adek kamu makin takut atuh."
"Lah, ngapain takut? Orang yang ijab kabul Pak Erkan kok."
"Aa!" Kesal Lisa.
"Iya, maaf. Ini pihak Pak Erkan tanya, udah bisa gerak belum?"
"Udah." Jawab Mamah.
"Mamah, Eneng belum siap."
"Lah, belum siap apa lagi, Neng? Dandannya juga udah." Heran Mamah.
"Jantung Eneng teh belum siap, dari tadi jedug-jedug terus."
Mendengar itu Mamah dan Asep pun tertawa. "Aduh... lucu pisan si Eneng mah. Udah ah, Aa ke depan dulu."
"Mamah, pegangin Eneng terus ya?"
"Lah, Mamah harus keluar atuh, Neng. Kamu tunggu di sini aja sampe ijab kabul ya? Kalau udah nanti Mamah jemput."
Lisa pun mengangguk pasrah. Lalu Mamah pun keluar. Tidak lama dari itu pintu kamar kembali terbuka. Dan memperlihatkan tiga orang gadis cantik berpakain modis. Sontak Lisa pun memekik bahagia.
"Bella, Desi, Mona?" Lisa pun langsung bangun dan menghampiri ketiganya. Salah satu dari mereka pun menutup pintu. Kemudian mereka pun langsung heboh.
"Sumpah demi apa Kejora (kelompok jomblo ceria) kita pecah telor?" Seru Desi memeluk Lisa erat.
"Duh... belah duren dong tar malam. Jangan lupa live streaming ya, Sa. Penasaran gw." Celetuk Bella yang berhasil mendapat timpukan dari teman-temannya.
"Gimana ceritanya dia bisa live streaming? Nahan suara aja udah kuwalahan. Secara kan lakiknya duda gais, udah berpengalaman. Lemes bestie. Jiwa jomblo gw meronta-ronta." Ujar Mona menjatuhkan diri di atas ranjang pengantin. "Duh... mana kamarnya harum lagi."
"Sa, pokoknya lo harus cerita pengalaman malam pertama lo ke gw. Lumayan kan buat inspirasi cerbung gw. Kebetulan cerbung gw udah masuk part honeymoon. Kan lebih asik kalau denger langsung dari yang udah berpengalaman." Imbuh Bella.
"Jadi lo masih lanjut nulis cerbung, Bel?" Tanya Lisa gak percaya.
"Masih dong, nih cincin emas yang gw pake hasil dari cerbung tahu gak sih?" Bella pun dengan sombong menunjukkan cincin emas di jarinya.
"Wih... mantap banget. Sukses terus buat elo, Bel." Ucap Lisa dengan tulus.
"Makanya jangan lupa cerita pengalaman lo ke gw."
"Udah bahas mp-nya. Yuk foto dulu, kasian sosmed nganggur." Ajak Desi mulai mengeluarkan ponsel canggihnya yang berlogo apel digigit. Lalu keempatnya pun langsung bergaya ala-ala anak muda zaman now.
"Lo gak undang anak kampus?" Tanya Mona.
"Undang kok, tapi pas pesta aja. Kalau sekarang mah takut bikin rusuh."
"Iya sih."
"Tar, gw masukin grup ya foto tadi. Pasti heboh grup kita yang udah lama sepi. Ratu cakep kita udah laku soalnya."
"Sa, ganteng banget calon lo. Tadi gw liat di depan. Sumpah, kayak artis-artis korea gitu. Paten lah sobat kita yang satu ini cari suami. Gak papa duda, yang penting kaya sama ganteng." Oceh Bella yang sibuk merapikan penampilan Lisa.
"Kalau suami lo punya temen yang cakep, kasih gw satu ya." Sambar Desi yang baru selesai memposting foto mereka di semua sosmednya.
Lisa yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Dan tidak lama dari itu terdengar suara dari luar yang mendandakan acara akan segera di mulai.
"Eh, gw ke depan ya mau mengabadikan momen. Kalian temenin Lisa di sini."
Ujar Desi yang dijawab anggukan oleh ketiganya. Lalu gadis itu pun keluar.
Ketiga gadis itu langsung duduk kalem dan mendengarkan rangkaian acara dengan khidmat.
Sedangkan di luar, Erkan sudah duduk di depan penghulu dan Abah Wawan sebagai wali Lisa.
"Gimana? Apa pernikahannya sudah bisa kita mulai?" Tanya Pak penghulu.
Erkan pun mengangguk pasti. Meski wajahnya agak pucat karena tegang.
"Baiklah, sebaiknya kita langsung mulai aja ijab kabulnya. Bismillah...." Pak penghulu pun memulai rangkaian ijab kabul. Namun, sebelum itu Pak penghulu bertanya lebih dulu pada Lisa untuk kesediaannya menikah dengan Erkan.
"Sebelum ijab kabulnya kita mulai, saya mau bertanya dulu nih sama mempelai wanita yang ada di dalam. Apakah Anda bersedia dan ridho menikah dengan saudara Erkan Nadeo Argawinata?" Tanyanya pada Lisa.
Sontak Lisa yang ada di dalam pun panik sendiri. Ia menarik napas panjang. Lalu menerima mikrofon yang dibawa oleh Desi barusan.
"Bismillah, Insya Allah saya teh ridho dan bersedia."
Erkan sedikit bergetar saat mendengar suara merdu Lisa. Seulas senyuman terbit dibibirnya.
Dan pernikahan pun dilanjutkan.
"Ananda Erkan Nadeo Arhawinata, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Alisa Kemala dengan mas kawin seperangkat alat salat, serta uang tunai satu juta seratus ribu rupiah dan emas 100 gram dibayar tunai!" Ucap Abah Wawan sedikit menghentakkan tangannya.
Jantung Lisa berdetak kencang saat mendengar namanya disandingkan dengan Erkan oleh Abahnya sendiri. Bahkan tanpa sadar air matanya menitik.
"Saya terima nikahnya Lisa Kemala binti Wawan Setiawan dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Erkan berhasil mengucapkan kata-kata sakral itu dengan sekali tarikan napas. Jantungnya semakin bertabuh hebat hebat sangking bahagianya karena berhasil memperistri Lisa.
"Bagaimana saksi, sah?" Tanya Pak Penghulu.
"Sah!" Sahut para saksi dan tamu yang hadir.