Menghadiri pesta ulang tahun teman sekolahnya,membuat seorang gadis bernama Renata harus kehilangan kesuciannya.
Seseorang sudah menjebaknya dan akibat ulah seseorang yang tidak bertanggung jawab,dia harus menjalani hidupnya,hidup yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naya siswanto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Gino membuka pintu salah satu kamar VIP yang ada di sana,kemudian mengajak Cindy untuk masuk.Cindy terkejut saat melihat ibunya sudah terbaring dengan banyak alat medis yang dipasang di sekujur tubuhnya.
" Kenapa kamu tidak bilang kalo ibu sakit? Untung aku cepat mengetahuinya,jadi aku membawa ibu kemari.Terlambat sedikit saja,aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ibu" tutur Gino.
Cindy memandang wajah keriput ibunya,matanya tertutup dengan rapat." Aku tidak punya cukup uang untuk membawa ibu ke rumah sakit.Gajiku habis untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari dan membayar hutang-hutang yang ditinggalkan oleh Ayah" ujar Cindy dengan suara bergetar karena berusaha menahan tangisnya.
" Ayah hanya seorang kuli panggul di pasar,sebelum sakit ibu bekerja sebagai tukang cuci dari rumah ke rumah.Demi menghidupi kami mereka rela melakukan apa saja termasuk menyekolahkan aku dan adikku sampai ke jenjang yang lebih tinggi.Kami sudah menolaknya,tapi Ayah memaksa kami,hiks" Cindy mulai menangis ketika menceritakan tentang keluarganya.
Gino membawa Cindy ke dalam pelukannya," Apa karena ini kamu menolakku?" tanya Gino dan Cindy mengangguk dalam pelukan Gino.
Gino melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Cindy menggunakan ibu jarinya.Cindy memalingkan wajahnya,tidak mau Gino melihat wajahnya yang sudah merona.
" Hhh,kamu sungguh menggemaskan kalo sedang malu-malu begini" goda Gino dan Cindy pun tersenyum.
Gino mendudukkan tubuhnya di pinggir brankar ibu Cindy,lalu dia menarik Cindy agar merapat ke tubuhnya.
" Mas,nanti ibu bangun" kata Cindy malu-malu.
" Ibu kritis dan diperkirakan tidak bangun dalam waktu dekat" kata Gino membuat Cindy syok.
" Aku terlambat membawa ibu,hiks..." Cindy kembali menangis,Gino mengusap punggung Cindy dengan lembut.
Kriing,ponsel Cindy berdering.Adiknya yang menelponnya.
" Hallo"
" Kak,Ibu hilang" seru Yoga dari seberang telpon.
" Ibu di rumah sakit,kakak ada bersama ibu sekarang.Kemarilah" kata Cindy.
" Yoga laper kak,dari pagi Yoga belum makan" tutur Yoga.
" Maaf,kakak tidak sempat masak tadi.Kamarilah,kita makan sama-sama"
Cindy mematikan ponselnya dan heran saat melihat Gino menatapnya dengan tajam.
" Jadi,sampai sekarang kamu belum makan?" Lalu apa ibu juga belum makan?" tanya Gino.
" Aku membelikan ibu sarapan tadi pagi sebelum aku berangkat ke kantor" jawab Cindy.
" Tunggu di sini,aku keluar sebentar.Jika terjadi sesuatu pada ibu,tekan tombol ini" kata Gino sambil menunjuk ke arah tombol yang dimaksud,Cindy pun mengangguk.
Gino keluar dari ruang rawat ibu Cindy lalu berjalan menuju parkiran.Gino masuk ke mobilnya dan langsung pergi untuk membeli makanan.
...****************...
Gino menenteng beberapa plastik yang berisi makanan dan membawanya ke kamar rawat ibu Cindy.Saat Gino hendak masuk,Gino tidak sengaja mendengar percakapan antara Cindy dan Yoga.
" Kak,Pihak sekolah sudah menanyakan soal tunggakan biaya sekolah yang belum Yoga bayar. Pak Guru bilang Yoga harus membayarnya paling lambat besok" kata Yoga.
" Nanti sore kakak usahakan uangnya ya,kamu tenang saja" ujar Cindy.
" Lalu,bagaimana dengan biaya rumah sakit ibu kak.Pasti ini sangat mahal" kata Yoga.
" Kamu gak usah mikirin soal ini,biar ini jadi urusan kakak.Kamu fokus saja belajar biar bisa dapat nilai yang bagus saat kelulusan nanti.Kamu harus jadi orang sukses,jangan seperti kakak" tutur Cindy.
" Ya sudah kalo begitu,Yoga pergi kerja dulu ya kak" pamit Yoga.
Cindiy mengeluarkan uang sebesar dua puluh ribu dari dompetnya," Ini yang untuk membeli makanan,tinggal ini yang kakak punya" kata Cindy.
" Kakak simpan saja,semoga banyak motor yang datang hari ini ke doorsmeer,jadi Yoga bisa dapat uang yang banyak" tolak Yoga.
Gino masuk ke ruangan itu," Makanlah dulu,ini sudah waktunya makan siang" kata Gino sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya pada Cindy.
Cindy yang melihat Yoga kebingungan pun memperkenalkan Gino pada adiknya itu," Ini atasan kakak di kantor" kata Cindy.
" Ayo kita makan,setelah itu kamu baru boleh pergi"
Cindy membawa makanan itu ke meja,Yoga mengikutinya.Setelah selesai makan Yoga menghampiri Gino.
" Terima kasih Pak" ucap Yoga sambil membungkuk.
" Hemmm" dehem Gino.
" Kak,Yoga pergi dulu ya" pamit Yoga.
" Hati-hati" pesan Cindy.
" Permisi pak" pamit Yoga pada Gino lalu pergi.
Gino mendekati Cindy yang sedang mengemasi bekas makan Yoga.
" Kamu makanlah dulu,baru setelah itu kamu bersihkan semuanya" kata Gino.
Cindy pun patuh karena memang sudah merasa lapar.Cindy mengambil makanan lalu mengarahkan tangannya ke mulut Gino.
" Mas juga harus makan" ujar Cindy,Gino pun membuka mulutnya.
" Selesai makan tetaplah di sini,kamu tidak perlu kembali ke kantor" ujar Gino.
" Tapi,bagaimana dengan Pak Delon?" tanya Cindy.
" Delon sudah tahu kalau kamu berada di sini" jawab Gino.
Cindy melanjutkan kembali makannya sambil sesekali menyuapi Gino.Dengan senang hati Gino menerima suapan dari tangan Cindy.Selesai makan Gino pun berpamitan.
" Aku harus kembali ke kantor,jika kamu memerlukan sesuatu kamu bisa memintanya pada orang yang berjaga di luar" tutur Gino.
Gino beranjak dari duduknya lalu hendak melangkah ke luar.
" Mas" panggil Cindy dan Gino pun menoleh.
" Terima kasih" ucap Cindy.
" Aku tunggu ucapan terima kasihmu nanti malam" kata Gino yang langsung ke luar dari kamar itu.
Sebelum ke kantor,Gino terlebih dulu mampir ke sekolah Yoga.Gino membayar semua tunggakan uang sekolah Yoga sekaligus membayar semua biaya sekolah Yoga hingga lulus nanti.Setelah itu barulah dia kembali ke kantor.
" Bagaimana kondisi ibunya Cindy?" tanya Delon saat Gino masuk ke ruang kerjanya.
" Ibunya Cindy mengalami gagal ginjal dan harus rutin cuci darah setiap minggunya.Dia juga mengidap kanker hati,harapan untuk hidupnya sangat tipis" jawab Gino.
" Apa Cindy tau?" tanya Delon lagi dan Gino menggeleng.
" Semangat Mas,berjuang.Demi cintamu pada Nyai" kata Meylan.
" Oya dek,nanti tolong belikan baju untuk Cindy,dia tadi tidak membawa pakaian ganti.Antarkan ke kamar rawat bekas Mama dulu" pinta Gino.
" Oke Bos!" sahut Meylan.
Gino dan Delon pun membahas urusan pekerjaan.
" Mas,Renata pergi sama Meylan ya sekalian jenguk ibunya Cindy" kata Renata.
" Iya sayang,hati-hati ya" pesan Delon dan Renata pun mengangguk.
Renata dan Meylan pergi ke pusat perbelanjaan terdekat,mereka membeli beberapa pasang baju untuk Cindy.Tidak sulit memilih baju untuk Cindy karena tubuhnya hampir sama dengan Meylan,hanya Cindy sedikit lebih tinggi dan montok.
" Aku lupa berapa size kacamatanya" ujar Meylan.
" Tanya saja sama Mas Gino,siapa tau aja Mas Gino pernah pegang trus tau ukurannya berapa" saran Renata.
" Pinter juga kamu Re,Aku telpon Mas Gino bentar ya" ujar Meylan.
Meylan mencoba menghubungi Gino,tapi ponsel Gino tidak bisa di hubungi.Meylan mencoba menghubungi Delon,sama saja.Ponsel Delon juga tidak bisa dihubungi.