Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Love story about Aminah Maher
Berawal dari pertemuan tak di sengaja, kini mulai terukir awal dari kisah cinta yang akan di bangun oleh Aminah dan Maher. Tapi diantara keduanya masih merasa malu-malu. Banyak yang di bicarakan, namun pura-pura tak mengerti, meski sudah mendekati titik temu antara Dua Hati menjadi satu.
Pandangan Aminah jatuh pada ketampanan Maher yang tengah sibuk menikmati kue buatan tangan Aminah yang lembut. "Dia itu lain sekali" tutur bahasa Hati Aminah mengaguminya.
Obrolan sederhana di Bengkel milik Maher sangat mengejutkan Perasaan Aminah hingga melayang jauh dan berekspektasi berlebihan.
Dia berandai suaminya dulu adalah Maher, mungkin akan merasakan kebahagian dalam rumah tangganya yang sempurna. Namun, Tuhan menakdirkan jalan cerita yang cukup rumit.
Itulah yang terjadi pada diri Aminah saat bersama Maher di bengkel, begitu pula sama dengan Maher. Ia selalu mencuri pandangan nya di sela obrolan saat Aminah sedang membuang pandangannya ke Arumi dan pekerja Bengkel.
Mencuri pandangannya sekedar untuk meyakinkan perasaan apa yang tumbuh dalam diri Maher, ia berusaha merangkai perselisihan antara Hati dan isi kepalanya. Menyusun kata demi kata yang membentuk kalimat yang istimewa. "Dia adalah perempuan mu" kalimat yang terangkai dalam batin Maher.
"Bos, borong lah kue nya, enak banget ini" kata Maher kepada Robi.
"Maksud mu, Bos?" Jawab Robi kaget atas panggilan kepadanya Bos.
Maher pun mengedipkan sebelah matanya untuk menyembunyikan status aslinya sebagai Bos dan pemilik Bengkel.
"Oh ya ya, tenang aja, Her! Gue traktir semua kalian, hari ini spesial kita makan kue yang dia jual" Kata Robi sok sebagai pahlawan kesiangan didepan mereka.
"Hhmm ..." gumam Maher, "Sue bener dia manggil gue Her, awas aja alo kalo mereka sudah pergi, gue pedesin tuh lidah lo pake cabe" sambung batin Maher dengan ketus.
"Ayok-ayok jangan sungkan, habiskan semuanya, biar gue yang bayar" kata Robi dengan sombong.
"Tuhkan Minah, rejeki itu pasti datang meski tidak sengaja, makanya percaya deh sama omongan gue" ucap Arumi dengan senang atas ucapannya yang terbukti.
"Jadi, nama kamu Minah?" Potong Maher.
"Hehe ..., iya, lebih tepatnya Aminah!" jawab malu-malu Aminah.
"Oh gitu, nama yang bagus, aku Maher! Dan aku disini sebagai pekerja Bengkel. Lalu, mereka itu teman ku sekaligus pekerja disini dan dia, Robi adalah pemilik bengkel ini" Ujar Maher dengan memperkenalkan semua yang ada di bengkel dan berbohong atas status aslinya.
"Ya ..." singkat Aminah.
"Gue Arumi, temen kontrakan Aminah" sambung Arumi dengan perkenalannya.
"Salam kenal ya, Arumi" serobot Robi.
"Nah mulai kan si Bos, jelalatan sama cewe cantik" kata Maher.
"Hehe ..., habisnya yang ada cuma Arumi sih, Her. Kalo Aminah kan sudah punya lo" celetuk Robi.
"Dasar kaum adam, gak bisa lengah dikit apa sama cewe cantik" batin Arumi menyinyir.
Maher pun mulai malu atas ejekan Robi soal Aminah. Ia berusaha membuang pikiran Aminah dan Arumi soal perkataan Robi yang terlalu konyol. "Kalian jangan dengerin Bos gue ya, dia emang konyol" sambung Maher setengah gugup.
"Bener juga gak apa kali Her, lagi pula sama si Minah juga gitu, buktinya ampe susah tidur dia semenjak jauh dari lo" kata Arumi.
Minah mengeluh, "Rum ..., please deh jangan ngaco"
Arumi tertawa sambil mengejeknya, "ingat lo, membohongi perasaan sendiri itu gak boleh, nanti yang ada galau seumur hidup lo"
Candaan keduanya yang saling mengejek membuat suasana semakin terpojok menuju kisah cinta yang sedikit lagi terikat kata. Kata yang mengandung, "mau kah kau jadi kekasih ku" namun, keduanya tampak malu-malu dan tak ada satu pun di antara mereka yang memberanikan diri.
Batin Maher berulah, "mungkin kali ya gue udah jatuh cinta sama, Aminah" sepolos itu kata dalam hatinya.
Pasrah dan hanya diam yang bisa Aminah lakukan di tengah keadaan yang membuatnya terasa sempit untuk bergerak. Ingin berkata takut salah arti, ingin pergi tapi entah kemana arahnya. Hanya itulah yang ada dalam benak Aminah.
"Duh kenapa jadi begini sih, Maher segala ngeliatin aku mulu lagi, kan jadi mali aku" seru batin Aminah.
"Oia, beli bensin dimana ya?" sindir Arumi kepada mereka.
"Astaga, gue jadi lupa" jawab Maher.
"Udah sana beliin Her, kasian mereka, entar gak bisa pulang lagi" celetuk Robi menyuruh Maher.
"Awas lo Rob, enak banget nyuruh gue lo" kesal Maher dalam hatinya sambil melototi Robi.
"Hihihi ..., baru tau rasa lo, emang enak gue kerjain" batin Robi menyinyir.
"oh iya gue lupa, kan pom bensin disini lagi ada perbaikan, gimana kalo minta bensin sama motor lo aja Bos" alasan Maher mengada-ada.
"Apes dah ..., kena lagi kan motor gue" keluh Robi terbalik dengan keadaan yang kurang menguntungkan.
"Ayok lah Bos, jangan pelit, kasian mereka tuh gak bisa pulang" cecar Maher.
Robi pun mau tak mau memberikan bensin yang ada di tangki motornya, "Ya ..., ya ..., ambil botolnya sana"
Maher senang atas kepintarannya membalik kan keadaan terhadap Robi, "nah gitu dong, ini baru namanya Bos yang baik dan pemurah hati" ucapnya Maher.
Robi kesal dan tak bisa berkutik, "Ya lah .."
Motor milik Robi pun mulai di buka penutup pembuangan bensin dan memasukkannya ke dalam botol hingga penuh. "Habiskan bensin gue, alamat nginep deh gue di bengkel, nasib-nasib" keluh batinnya.
Maher serta pekerja bengkel yang lainnya turut menertawakan Robi yang menunjukkan wajah kecutnya soal bensin.
"Nih ..," kata Robi dengan ketus.
"Yes .., makasih ya Bos" jawab Arumi.
"Ya sama-sama. Tapi ada syaratnya ..."
"Apa tuh Bos ..."
"Tukeran nomer Handphone!" Jelas Robi.
Skak mat ... Arumi.
"Dasar ..." batin Arumi, mau tak mau harus memberikan nomer ponselnya ke Robi. "Tapi, boleh juga sih, dia gak jelek-jelek amat" sambungnya.
Robi senang, siasat dalam keadaan sempit membuahkan hasil dengan memiliki nomer ponsel Arumi. "Lancar deh pede kate gue kalo begini"
Kejadian itu mulai membalikkan arah yang saat ini menjadi tranding topik antara Arumi dan Robi. Seketika ejekan serta candaan mulai mendarat kepada keduanya hingga tak enak bersikap.
"Enak kan dalam posisi begini" bisik Aminah kepada Arumi. "Emang dasar lo pada" sambung Arumi terpojok.
"Jadi, boleh ya gue maen kerumah lo kapan-kapan" kata Robi.
"Mmm ...., gimana ya" polos Arumi tak bisa menyelesaikan kata-katanya.
"Oh jelas bisa Bos, tenang ada aku, bisa di aturlah jadwal pertemuan kalian" celetuk Aminah kegirangan.
"Ahh .., sue lo minah" keluh Arumi.
"Hehehe ..., rasain tuh"
Maher turut tertawa atas kejadian mereka yang spontan sedang berbunga-bunga pada perasaannya. Wajah memerah Arumi serta Robi, semakin menunjukkan bahwa mereka mulai tumbuh dengan perasaan yang sama.
"Awas aja lo jelalatan sama gue" kata Arumi terpaksa. "Siap cantik ku, aku akan menutup kedua mata ku dalam sekejap" sambung Robi dengan candanya.
"Oia Aminah, berapa semua kue yang kita makan?" kata Maher.
"Mmm ..., berapa ya? Aku jadi bingung ..." jawab Aminah terasa berat soal memberikan harga semua kuenya.
"Dua Juta semuanya" potong Arumi. "Rum, itu kemahalan" sambung Aminah.
"Gak, itu murah kok kalo buat Bos Bengkel ini mah"
"Hhmm ..." keluh Aminah.
"Tuh Bos, Dua juta semuanya, ayok bayar jangan bikin malu bengkel ini" ujar Maher kepada Robi sambil tertawa.
"Set dah ..., kenapa jadi gue yang kena?"
"Udah bayar sana, tadi kan ada amplop warna coklat berisi duit di kantong lo Bos" sindir Maher kepada Robi, soal amplop coklat yang di berikan Maher tadi pagi adalah gajih miliknya.
"Tata ... Tapi kan ini" patah Robi setengah mati.
"Sudah berikan saja, kan si Bos lagi banyak duit" cecar Maher.
"Hmmm .., ya sudah lah, kena lagi kan gue. Tadi bensin, sekarang duit" keluh Robi dan seger memberikan uang sejumlah yang di maksud Arumi.
Dengan senang hati Arumi menerima uang dari Robi atas pembayaran kue milik Aminah. "Makasih ya, Bos! Sehat selalu, banyak rejeki lancar mengalir deras, pokonya semuanya dah ..." ungkap Arumi.
"Amin ..." serentak mereka dengan kompak.
Robi menggaruk kepalanya yang entah mimpi apa semalam sampai kena apes nya di siang bolong ini. "Huft ..." keluh batinnya.
"Terus kalian mau pulang sekarang?" Tanya Maher.
"Iya deh, ini sudah siang juga, jadi masih banyak kerjaan di rumah" jawab Aminah.
"Ya sudah hati-hati di jalan ya kalian, ingat jangan sampe ketabrak lagi"
"Iya ..." singkat Aminah.
"Oia Aminah, ini nomer handphone ku, jangan lupa hubungi kalau sudah sampai rumah" kata Maher memberikan kertas putih polos berisi nomer ponselnya.
Aminah lekas tersenyum manis sambil menerima kertas yang di berikan Maher. Kali ini, Aminah berniat untuk menyimpannya dan takkan membuang yang kedua kalinya. Lalu, mereka pergi untuk pulang dengan membawa kebahagiaan yang sangat luar biasa.
Maher pun melihat kepergian mereka dengan tak henti tersenyum manis dan hatinya yang berbunga-bunga. Sambung sesekali tatapan Aminah kepada Maher yang tengah di bonceng Arumi.
"Tatapan dan senyumannya meluluhkan hatiku" kata hati Aminah seraya tersenyum.
"Bos ... Duit gimana itu, gajih gue melayang, terus bensin gue abis, gimana ini gue pulang" Gerutu Robi mengeluh.
"Bodo amat ..."
"Bos ...., gantilah duit gue, Dua juta itu melayang hitungan detik" keluh Robi.
"Beresin dulu mobil semuanya, entar gue ganti. Tapi, kapan-kapan ya." jawab Maher mengejeknya dan lekas masuk keruangan.
"Nah lo ..., mulai kan dia aneh-aneh" keluh Robi.