NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:400
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk OSIS

Sejak saat Nico mengejeknya secara tidak langsung di hadapan semua teman kelasnya, saat itulah Tania terus menggerutu kesal. Lagi-lagi dia menghela napas panjang, lagi-lagi juga dia berdecak sebal. Dia hanya mengaduk-aduk minuman kalengnya tanpa berniat untuk meminumnya. Keramaian kantin dan kehadiran Amanda dan Nabilla yang ada di depannya seolah hanya untuk formalitas. Buktinya pikirannya tidak mengarah ke situ.

"Aduh, Tania, kalau nggak diminum mending buat gue," ujar Nabilla.

"Awas aja si Nico, gue bakal buat dia menderita," ujar Tania menyorot tajam.

Sontak Amanda segera menatap terkejut Tania, sedangkan Nabilla melirik Amanda. Perlahan Nabilla mendekatkan mulutnya di telinga sahabatnya itu. "Mampus lo, Nico tewas di tangan Tania," ujar Nabilla.

"Lihat aja pulang nanti, bakal gue hadang di gerbang," ujar Tania.

"Lo ngapain sih buang-buang waktu dengan kasih pelajaran ke Nico?" tanya Amanda. "Lagi pula dia itu berkata benar," lanjutnya.

"Kenapa lo belain dia? Lo suka ya sama dia?" tanya Tania menyorot tajam.

Amanda langsung menggeleng. "Enggak. Gue cuma berusaha bersikap rasional. Lagi pula untuk apa lo kasih pelajaran ke orang yang benar. Kalau lo nggak suka sama seseorang bukan berarti orang lain yang jadi samsaknya," ujar Amanda panjang lebar.

Tania mengacak rambutnya frustrasi. "Udah deh, gue tuh pusing dengerin ocehan lo tahu nggak? Manas-manasin mulu," ujar Tania. Dari raut wajahnya dia sudah terlihat mengenaskan. Pasti beban Tania begitu berat.

"Maaf. Maaf nih, ya, Tania. Gue lagi nggak manas-manasin. Gue hanya berbicara sesuai fakta yang ada," ujar Amanda.

"Lagian ya, Tan. Kalau lo suka sama kak Kevin harusnya lo dekatin dia, jangan nunggu kapan waktunya lo bisa dekat sama dia," ujar Nabilla.

Tania mengerutkan kening tidak paham. "Gue nggak paham," ujar Tania.

Nabila berdecak sebal dan melenguh. "Dengar ya Tania yang cantik jelita. Lo itu sekarang terlihat mengenaskan, lo suka sama sahabat lo sendiri dan lo cemburu sama dia. Dan cemburu lo itu nggak berdasar. Well, kalian cuma sahabatan, bukan pacaran. Dan lo begitu terlihat bodoh dengan membenci kak Tari. Wajar aja sih kalau kak Kevin suka sama kak Tari, dia 'kan baik, pintar, cantik, ramah. Enggak kayak lo yang bar-bar," jelas Nabilla.

"Yup, jadi menurut gue lo harus akhiri penderitaan lo itu," ujar Amanda.

"Caranya gimana? Gue udah nggak tahu harus gimana," ujar Tania begitu frustrasi.

"Lo harus berubahlah jadi cewek baik. Buang sikap bar-bar lo. Lo harus rajin belajar, bantuin nyokap, nurut apa kata guru, dan ... ya pokoknya jadi lebih baik deh," ujar Amanda.

"Dan kalau lo mau belajar gimana caranya jadi anak baik. Lo bisa belajar sama gue," ujar Nabilla menunjuk dirinya.

Tania diam. Dia berpikir keras bagaimana caranya dia menjadi anak baik dan bisa selalu bersama Kevin. Yang dikatakan kedua temannya sangatlah benar. Dan kali ini, Tania sudah memutuskan ke mana langkahnya harus pergi. Dia meneguk minuman kalengnya lalu menaruh kaleng itu secara kasar.

"Gue tahu gue harus gimana," ujar Tania menatap kedua iris mata Amanda dan Nabilla dengan sorot tajam.

"Gimana?" tanya Nabilla.

Tania bangkit berdiri. "Gue akan jadi anak OSIS," ujar Tania bertekad tinggi. Lantas, dia segera berjalan menuju tempat di mana dia bisa belajar menjadi lebih baik.

Amanda dan Nabilla sama-sama melotot tajam melihat punggung Tania yang kian menjauh dengan rambut yang ada di sebelah sisi.

"Eh, Tania! Pikir matang-matang dulu!"

Sayangnya, teriakan Amanda tidak Tania hiraukan karena gadis itu lebih dulu ditelan masa.

...******...

Ibu Jihan, Kevin, Tari, dan para kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS sedang berada di dalam ruang BK. Mereka duduk di sebuah kursi panjang, tempat yang biasanya disediakan untuk wali murid yang datang. Topik yang mereka bicarakan adalah seputar demokrasi sekolah. Maka jangan heran jika suara bising mereka terdengar hingga keluar ruangan.

Tetapi seketika suara bising itu terhenti saat mereka sama-sama mendengar suara yang biasanya terdengar kasar sekarang terdengar begitu halus nan lembut. Tingkah yang biasanya sembrono itu mendadak berubah layaknya seorang pelayan yang menjamu majikannya.

"Permisi, selamat siang, Bu."

Seperti mesin otomatis, seperti itulah mata mereka sama-sama menoleh ke arah pintu. Memperlihatkan Tania yang berdiri dengan sangat anggun. Mungkin sesuatu hal yang dilakukan Tania adalah sebuah keajaiban. Lihat saja, betapa takjubnya mereka melihat kedatangan Tania.

"Tania, ada apa?" tanya ibu Jihan.

Tania berjalan maju lalu duduk di lantai tepat di hadapan ibu Jihan. Guru itu sempat terkejut dengan apa yang dilakukan Tania. Dan keterkejutannya bertambah berkali-kali lipat saat Tania mulai mencium punggung tangannya.

"Bu, saya janji bakal sering ngerjain tugas di pelajaran Ibu. Saya juga janji bakal konsentrasi di pelajarannya Pak Wayan. Bantu saya untuk berubah Bu dengan mengizinkan saya masuk OSIS," ujar Tania.

Semua orang yang mendengarnya begitu terkejut. Seorang Tania bisa berkata sedemikian rupanya. Mereka tidak habis pikir dengan Tania. Gadis itu selalu membuat orang terkejut. Ibu Jihan menatap satu per satu anak muridnya. Dan mereka memberikan respons yang sama; terkejut.

"Tania, lo—" ucap Kevin namun terhenti karena Tania sudah memelototinya. Gadis itu kembali menatap guru yang selama ini mungkin jadi musuhnya.

"Izinin saya masuk OSIS, ya, Bu. Dengan begitu saya berjanji akan jadi anak baik," ujar Tania terdengar tulus.

"Tania, kamu baik-baik saja?" tanya ibu Jihan.

"Alhamdulillah, Bu, saya baik," ujar Tania. "Izinin saya, ya, Bu," lanjut Tania.

"Tania, dengar, masuk OSIS itu bukan hanya sekadar merubah sikap. Tapi juga membentuk sikap dan kepribadian baru. Di sana juga ada tugas-tugasnya, Tania," ujar ibu Jihan.

"Saya tahu, Bu. Izinin saya, ya, Bu, saya benar-benar niat dari hati," ujar Tania.

Ibu Jihan menghela napasnya. Memberikan kesempatan baik pada Tania memang bukan hal yang salah. Ibu Jihan mengangguk halus. "Silahkan," ujar ibu Jihan.

Tania langsung mendongak dan menatap ibu Jihan dengan tatapan berbinar cerah. "Serius, Bu?" tanya Tania.

Ibu Jihan mengangguk. "Saya serius, Tania. Tapi kalau seandainya kamu lalai, saya sebagai pembina akan mengeluarkan kamu secara langsung," ujar ibu Jihan memberikan ancaman.

Tania berkali-kali menyalami ibu Jihan. "Makasih, Bu, makasih banyak," ujar Tania.

"Sekarang silahkan kembali," ujar ibu Jihan.

Tania mengangguk semangat. "Iya, Bu. Saya doakan Ibu semoga langgeng sama suami Ibu dan cepat punya anak lagi," ujar Tania mendoakan.

"Tapi Tania, saya belum menikah," ujar Ibu Jihan.

"Iya udah, semoga cepat nikah. Saya pamit dulu, ya, Bu. Terima kasih dan permisi. Awh!" Tania meringis kesakitan saat dia hendak bangkit berdiri dan pinggangnya malah menabrak sudut meja. Orang yang melihatnya menatap prihatin Tania yang terlalu excited itu.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Ibu Jihan.

Tania menggeleng. "Enggak, Bu. Permisi ya," ujar Tania.

Rasa sakit dan rasa malu ini tidak seberapa dengan rasa bahagia Tania. Dia keluar ruangan dan segera berlari di sepanjang lorong untuk menuju kelas. Sesampainya di sana dia langsung berhambur memeluk Amanda dan Nabilla yang baru tiba di dalam kelas.

Tania tidak memedulikan orang-orang yang menatapnya bahkan menganggapnya gila saat dia berlari seraya berjingkrak senang.

"Gue diterima di OSIS!"

Sontak Amanda dan Nabilla sama-sama memandang terkejut. Tania terlihat begitu senang.

"Serius?" tanya Nabilla.

Tania mengangguk. "Iya!"

Amanda menepuk jidatnya. "Ya ampun, Tania, itu bukan kapasitas lo," ujar Amanda.

Tania tidak memedulikan itu. "Tenang saja, Amanda. Tania yang cantik jelita ini akan berubah," ujar Tania seraya menepuk-nepuk pipi kedua sahabatnya, menyadarkan mereka dari rasa tidak percaya. Dia lantas berjalan menuju kursinya.

"Ya ampun, Tania," lirih Amanda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!