"Kita akan menikah dua bulan lagi, sampai kapan kita akan merahasiakan ini pada Raya?"
Deg
Raya mematung. Kakinya tiba - tiba melemas. Jantungnya seolah berhenti berdetak mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang sahabat. Haidar dan Sintia akan menikah? Bahkan pernikahan mereka sudah didepan mata. Bukankah itu artinya hubungan mereka sudah pasti terjalin sejak lama? Tersenyum miris, Raya merasa jadi manusia paling bodoh yang mudah dipermainkan.
Pulang dengan luka hati, siapa sangka tiba - tiba datang lamaran dari Axelio, anak sahabat lama Papanya. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan singkat, Raya memutuskan menerima pinangan Axel.
Lantas, akankah kehidupan rumah tangga Raya dan Axel bahagia? Bagaimana cara Axel membuat Raya move on dan berubah mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Kalau kedatangan Tante hanya ingin memintaku mencabut gugatan atas Sintia, dengan tegas aku mengatakan aku menolaknya!"
Deg
Tangis Ida semakin pecah. Kalau Raya menolak untuk membantunya. Pada siapa lagi dia akan meminta tolong?.
"T-tante tahu, kesalahan Sintia sudah sangat besar. Tapi tidak bisakah kamu-"
"Sudah saya katakan! Saya tidak akan mencabut gugatan itu apapun yang terjadi! Sintia bersalah dan dia harus mendapat hukuman atas perbuatannya!"
"Sebaiknya Anda pulang, Nyonya. Anda sudah mendengar sendiri apa yang Raya katakan", ucap Papa Danu menimpali
Ida bergeming, dia hanya bisa menangis. Perempuan itu menatap semua orang bergantian dengan wajah memelas.
"S-saya"
"Anak saya kehilangan calon anaknya karena perbuatan menantu Anda, Nyonya. Anda juga seorang perempuan! Seorang ibu! Jika Sintia yang kehilangan bayinya, apa Anda akan memaafkan pelakunya begitu saja?! Saya tidak yakin Anda akan melakukan hal itu!", seru Mama Raisa
"Saya minta maaf, Saya-"
"Pergilah Nyonya. Kondisi istri saya belum benar - benar stabil. Saya mohon, jangan menambah buruk suasana hatinya", Axel ikut menimpali
Merasa usahanya tak membuahkan hasil, Ida membuang nafas kasar kemudian mengangguk, "Maafkan saya"
Raya tak mau menatap wajah wanita itu. Hingga punggungnya tak terlihat lagi, Raya masih memalingkan wajah.
"Dia sudah pergi"
Raya menghela nafas, "Kenapa dia begitu egois? Dia hanya memikirkan nasib menantunya tanpa tahu bagaimana hancurnya aku kehilangan anakku!"
Axel menenangkan sang istri, membawa Raya dalam pelukannya. "Jangan dihiraukan, Sayang. Yang terpenting adalah kesembuhan kamu"
"Aku hanya kesal, Mas"
"Mas tahu. Jangan memikirkan hal ini lagi. Biarkan masalah ini jadi urusan Mas dan Papa"
"Benar kata Axel, biarkan ini jadi urusan kami. Kamu harus memikirkan kesembuhan kamu, Sayang. Bukankah kamu ingin segera pulang?"
Raya kembali menghela nafas, "Aku hanya terbawa suasana"
"Sebaiknya sekarang kamu istirahat dulu. Besok kalau diizinkan, kita akan pulang kan?" ucap Mama Raisa
"Iya, Ma"
Ditemani Axel, Raya mulai memejamkan mata. Axel mengelus punggung sang istri dengan lembut. Hingga tak membutuhkan waktu lama, Raya pun terlelap.
🌿🌿🌿
Keesokan harinya, usai diperiksa dokter dan diperbolehkan pulang, semua orang sibuk menyiapkan kepulangan Raya. Papa Brama menunggu dirumah untuk menyambut kepulangan menantunya. Sedangkan Papa Danu, Mama Raisa dan Axel mengurus dan menemani kepulangan Raya dari rumah sakit.
"Sudah siap semuanya?"
"Sudah, Ma"
"Ya sudah, ayo kita pulang sekarang"
"Kalian sudah mau pulang? Maaf kami baru sempat datang lagi", ucap Teo dan Camelia
Raya tersenyum, "Katanya kamu sakit? Kenapa kesini? Wajah kamu masih terlihat pucat, Lia" ucap Raya
Camelia mendekati Raya, "Maaf Ray. Maaf. Aku tidak tahu kalau kamu hamil. Andai aku tahu-"
"Sudah Lia, semua sudah takdir. Aku sedang berusaha mengikhlaskannya. Jangan menyalahkan dirimu sendiri"
Camelia tak mengatakan apapun lagi. Dia memeluk sahabatnya, memberi semangat. Sejak hari dimana Raya dirawat, Lia selalu memikirkan Raya, lebih tepatnya merasa bersalah. Momen saat Raya kesakitan dan mengeluarkan banyak darah selalu berputar di ingatan Camelia. Dia sampai drop dan harus dirawat dirumah sakit juga selama dua hari.
"Ya sudah, kita pulang sekarang" putus Axel
Ia mendorong Raya di kursi roda. Dan semua orang ikut berjalan keluar rumah sakit. Papa Danu sudah menunggu dimobil tepat didepan rumah sakit. Usai memasukkan semua barang - barang kedalam bagasi, Papa Danu mulai melajukan mobilnya. Sedangkan Teo dan Camelia naik mobil sendiri. Mereka juga akan mengantar Raya pulang.
"Langsung pulang atau mau mampir kemana dulu?" tanya Papa Danu
"Langsung pulang saja, Pa. Aku ingin segera sampai dirumah" sahut Raya
"Tentu Sayang"
Menempuh perjalanan plus kemacetan hampir satu jam lamanya, akhirnya mereka tiba dikediaman Papa Brama. Pria paruh baya itu sudah menyambut mereka didepan teras. Tak lupa Bi Irma juga ikut menyambut kepulangan majikannya.
"Selamat datang di rumah kita, Sayang", Papa Brama memeluk menantunya
"Terima kasih, Pa"
"Selamat datang kembali ke rumah, Nona. Maaf Bibi tidak menjenguk ke rumah sakit"
Raya tersenyum, "Tidak apa - apa, Bi. Doa Bibi saja sudah cukup"
Mobil Teo memasuki halaman rumah,
"Bagaimana keadaanmu, Lia? Om dengar kamu juga dirawat dirumah sakit"
"Sudah lebih baik, Om"
"Ya sudah, ayo masuk dulu. Kita mengobrol didalam saja"
Mereka semua masuk ke dalam. Raya langsung dibawa ke kamar oleh Axel. Sementara yang lain, duduk diruang tamu. Mereka membicarakan kasus Sintia dan perkembangan penyidikan.
"Selamat siang. Maaf mengganggu waktu kalian"
Semua orang menatap kedatangan pria tak di undang tersebut.
"Mau apa kamu datang kemari? Apa tidak cukup Ibumu datang ke rumah sakit? Sekarang kamu juga datang kemari?!" geram Mama Raisa
"Bunda datang kerumah sakit?"
Lia dan Teo menatap Haidar malas, sementara Papa Brama dan Papa Danu tidak bereaksi apa - apa.
"Pasti Ibumu telah mengadu kan? Usahanya sia - sia sekarang kamupun datang memohon hal yang sama?!"
"Apa maksud Tante? Aku sama sekali tidak paham!"
Mama Raisa tersenyum sinis, "Ibumu yang baik hati itu meminta kami mencabut gugatannya untuk istri tercintamu! Kamu yakin, kamu tidak tahu hal itu? Jangan berpura - pura bodoh, Haidar! Jika kamu bisa merencanakan pernikahanmu dangannya secara diam - diam, tentu kamu juga akan melakukan apapun agar istrimu itu bebas!"
"Aku minta maaf jika Bunda melakukan hal itu. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak tahu akan hal ini. Kedatanganku kemari untuk-"
"Untuk apa?!" sahut Mama Raisa cepat, "Belum puaskah kalian menyakiti Raya. Setelah kehidupan putriku baik - baik saja, istri tercintamu malah membuatnya kehilangan calon bayinya! Sebenarnya, apa salah Raya pada kalian?!"
"Pergilah, Dar. Kamu tidak ada urusan disini. Dan kami tegaskan sekali lagi, kami tidak akan pernah mencabut tuntutan kami terhadap Sintia!", imbuh Papa Danu
Haidar menghela nafas, "Aku datang kemari bukan untuk meminta kalian mencabut tuntutan terhadap Sintia. Tapi aku kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatan Sintia terhadap Raya"
"Pertanggungjawaban apa yang ingin kamu berikan?!", tanya Axel yang baru keluar dari dalam rumah, "Tidak perlu repot - repot Haidar! Biarkan Sintia yang mempertanggungjawabkan perbuatannya!"
"Aku tahu! Sintia memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Aku tidak akan menghalangi proses hukum yang berlaku. Tapi ... Aku juga akan bertanggung jawab"
"Bertanggung jawab seperti apa yang kamu maksud?", tanya Papa Danu, "Kam tidak butuh tanggungjawab darimu. Jadi silahkan pergi dari sini!"
"Aku ingin Raya kembali padaku!"
Deg
Darah Axel terasa mendidih seketika, tidak hanya Axel, semua orang dibuat geram mendengarnya
"Dasar pria gila!!" cemooh Lia
"Tidak tahu malu! Kamu pikir siapa biang kerok atas penderitaan putriku?!" ucap Mama Raisa geram
Haidar menatap semua orang bergantian, dan terakhir dia menatap Axel sembari tersenyum sinis, "Inikah laki - laki yang kalian pilih untuk menjaga putri kalian? Dia bahkan tidak bisa menjaga Raya. Suami macam apa dia ini?", ucapnya remeh, "Sejak awal, dia memang bukan pria yang tepat untuk mendampingi Raya! Aku! Akulah yang seharusnya menjadi suami Raya bukan dia!!"
"Ba*jingan!!"
raya keburu ngambil keputusan Nerima lamaran harusnya meminta penjelasan dulu..
Wkwkwkwkw Seram memang ada mak mak yg begini
Hiiiiiiiii
Orang tua egoissss
Kampreeet
Enakan di axel
klw dandan selalu ditanyak adek mau kemana dandan cantik",, maksud hati mau nyenengin suami tapi kata suami gk usah, nanti klw ada yg naksir gimana?? 😜😜😜😜
suamiku lebai amat yah 😄😄😄😄😄
jgn2 ...nnti kmu mati d tgn sintia pas ngrlindungi raya.gpp kl gitu.biar mamamu nyadar bahwa sintia yg dia elu2kan malah bunuh anaknya