Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gara-gara salah paham
"Dokter jadi bagaimana keadaan nya sekarang?" tanya jendral Rakha kembali.
Dokter Dewi langsung terdiam saat mengingat pasien yang baru saja dia periksa. Dokter Dewi menghela nafas berat sembari menatap Jendral Rakha." Jendral saya berharap anda bisa menjaga istri anda dengan baik, dia saat ini kekurangan vitamin dan gizi? saya harap anda bisa memperhatikan istri anda apalagi dia saat ini sedang hamil muda," Jelas Dokter Dewi kepada Jendral Rakha.
"Apa? hamil Muda bagaimana bisa dokter?" tanya jendral Rakha tidak percaya.
Dokter Dewi yang mendengar perkataan Jendral Rakha memutar bola matanya dengan malas. " Jendral tentu saja bisa, dia kan istri kamu tentu saja kamu yang menyentuhnya."
Arka yang mendengar ucapan Dokter Dewi merasa salah tingkah daun telinganya memerah sampai ke belakang.Wajahnya sudah merah padam bagaikan tomat busuk. Sungguh Arka begitu sangat malu saat ini, ini pertama kalinya Arka terjebak di antara dua orang dewasa yang sedang membicarakan hal-hal yang sangat intim.
"Tapi dia bukan istri saya dokter," jawab jendral Rakha sembari meraup wajahnya dengan kasar.
Waktu itu Jendral Rakha hanya kebetulan lewat saja dan menolong perempuan hamil itu dengan Arka. Bukan berarti dia suami perempuan itu, lagian setelah kepergian Putri Ayu, Jendral Rakha selalu menutup mati dan juga matanya saat melihat perempuan bahkan Jendral Rakha bagaikan sang tiran yang sangat anti perempuan kecuali ibunya dan Putri Ayu.
Sekarang justru Dokter Dewi dan Arka yang terkejut saat mendengar pengakuan Jendral Rakha." Jendral jangan bercanda jika dia bukan istri anda lantas dia siapa?" tanya Dokter Dewi dengan tatapan penuh selidik.
"Tentu saja dia adalah Istri teman saya, kebetulan saat ini dia sedang dinas keluar kota untuk menjalankan misi," jawab sang Jendral. Menjelaskan siapa perempuan itu.
"Ck, kenapa gak bilang dari tadi Jendral, saya kan jadi salah paham, saya kira perempuan itu benar-benar istri Anda," timpal Dokter Dewi menatap Jendral Rakha dengan tatapan malasnya.
Jendral Rakha mendelik, menatap dokter Dewi dengan kesal.
"Lah salah dokter sendiri kenapa coba, dokter nggak nanya sama saya, bukan salah saya dong," kata Jendral Rakha tidak mau kalah.
" Sudahlah lebih baik cepat kamu masuk dan jaga perempuan itu di dalam." Dokter Dewi memangkas pembicaraan dengan Jendral Rakha. Setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan Jendral Rakha dengan Arka.
"Hmm,"
Saat Dokter Dewi akan benar-benar pergi dia kembali menatap ke arah Jendral Rakha dan Arka. Dia terdiam, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya saat melihat Arka dan Jendral Rakha entah kenapa dia merasa kalau Arka itu anak Jendral Rakha.
" Emm, Jendral ngomong-ngomong istri kamu mana, kenapa saya tidak pernah melihat istri kamu lagi?" tanya Dokter Dewi.
Setelah melahirkan Arka waktu itu Putri Ayu tidak pernah membawa Arka ke rumah sakit kita meskipun hanya untuk pemeriksaan sang bayi.
Jendral Rakha terdiam sebelum menjawab ucapan Dokter Dewi." Dia sudah pergi dokter," jawab Jendral Rakha menundukan pandangannya.
"Apa, Astaga saya turut berduk cita Jendral, maaf saya tidak tahu kalau istri kamu sudah meninggal," kata Dokter Dewi.
Sungguh dia begitu sangat syok saat mendengar ucapan Jendral Rakha. Dia mengira Ayu masih di perbatasan bersama dengan Jendral Rakha tapi ternyata Ayu sudah meninggal. Tapi bagaimana dengan bayi itu apakah dia masih hidup?
" Sembarangan, Dokter saya bilang istri saya sudah pergi bukan meninggal kenapa dokter mendoakan istri saya meninggal," timpal jendral Rakha sembari mendengus kesal.
Sungguh Jendral Rakha begitu kesal dengan dokter satu ini bagaimana bisa dia mendoakan istrinya yang tidak-tidak. Meskipun banyak yang mengatakan seperti itu kepada Jendral Rakha tapi dia tetap saja tidak percaya kalah Istrinya Putri Ayu meninggal. Jendral Rakha yakin Putri Ayu masih hidup dan suatu saat nanti mereka akan di pertemukan kembali oleh takdir.
"Eh saya kira dia sudah meninggal, maafkan saya Jendral saya tidak tahu, kalau begitu saya permisi."
"Iya."
Setelah kepergian Dokter Dewi Arka segera masuk kedalam diikuti oleh Jendral Rakha.Dia menatap wanita itu dengan lekat." Syukurlah Bibi dan kandungannya baik-baik saja," gumam Arka dengan pelan sembari menatap ke arah wajah pucat wanita itu.
Sedangkan Jendral Rakha dari kejauhan dia diam-diam memperhatikan Arka dengan lekat, entah kenapa saat melihat raut wajah Arka, jendral Rakha merasa sangat tenang dan juga menyayangi Arka dengan sepenuh hati. Saat melihat Arka dia merasa seperti melihat dirinya di waktu muda, apalagi pas Jendral Rakha melihat mata bulat milik Arka itu mengingatkannya akan istrinya Putri Ayu yang hilang entah kemana.
"Apakah benar dia anakku, Tapi Putri Ayu?" tanya Jendral Rakha dalam hati kepada dirinya sendiri.
Entahlah selama ini Jendral Rakha tidak pernah memikirkan perempuan lain yang selalu dia pikirkan adalah Putri Ayu. Jendral Rakha mendekat ke arah Arka lalu menepuk pundaknya dengan pelan. Dia ingin tahu siapa anak itu, kenapa dia sangat mirip sekali dengannya.
"Nak siapa nama kamu?" tanya Pria matang itu yang tak lain adalah Jendral Rakha.
Entah apa yang terjadi dengan Jendral Rakha sampai dia melupakan kenangan dengan Putri Ayu bahkan dia sampai lupa bagaimana wajah Istrinya itu.
"Arka Jendral," jawab Arka sembari menatap Jendral Rakha yang saat ini sedang menatapnya dengan dalam.
Arka terdiam mengamati setiap inci raut wajah Jendral Rakha yang begitu sangat mirip dengannya bahkan Arka sempat curiga kalau Jendral Rakha itu adalah ayahnya.
"Apakah Jendral ini adalah ayahku, tapi margaku kan Pratama," gumam Arka dalam hati.
"Arka, sedang apa kamu di ibu kota?" tanya Jendral Rakha.
Arka menatap Jendral Rakha dengan tatapan rumit. Dia akhirnya mengeluarkan suaranya hanya untuk mengisi kecanggungan. Memberitahukan tujuan dia datang ke ibukota.
"Tentu saja Arka sedang mencari markas militer," jawab Arka.
"Markas militer ? mau ngapain kamu kesana Arka? jangan kau macam-macam ya Arka,"
Sedangkan Arka dia hanya tersenyum tipis menatap JendrL Rakha dengan tennag, sedangkan sang Jendral dia sudah mulai waspada kepada Arka.
"Arka sengaja datang kemari untuk mengikuti pelatihan yang direkomendasikan dari kampung Arka," jawab Arka kepada Jendral Rakha.
"Owh jadi kamu ikut pelatihan juga, keren juga kamu Arka bisa masuk kedalam markas militer, " kata Jendral Rakha dengan rasa kagum dan bangga.
"Iya Jendral."
"Kalau begitu kamu ikut denganku pulang ke markas lalu setelah itu kamu bisa langsung istirahat."
"Oke terima kasih Jendral" kata Arka menatap wajah Jendral Rakha sembari mengernyitkan dahinya heran.
"Jika dia memang bukan ayahku, tapi kenapa wajah kita itu sangat mirip sekali?"