Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.
Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.
Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara
Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?
Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Two Grandson (Part 1)
Tidak ada suara di antara keduanya nya kecuali ketukan langkah kaki pria itu yang berjalan dengan tegap.
Hinata tidak bisa berkata apapun. Dia masih punya rasa malu atas kejadian sebelumnya. Saat pria itu memergoki~nya tengah menggoda pria paruh baya dalam sebuah Club.
"Ganti pakaian mu! Kita akan pulang ke rumah." Ucap pria itu singkat. Tanpa kata-kata sapaan atau semacamnya.
Dia hanya berjalan menuju Hinata seraya mamasukan sebelah tangan kedalam saku celananya. Dan kemudian menjauh menuju pintu keluar.
Suara beratnya yang dalam membuat Hinata tercekat. Seolah sebuah mantra. Dia hampir saja menuruti apa yang pria itu ucapkan di sana tanpa menunggu lagi.
Hinata menggeleng sarkas. Menyadarkan dirinya.
"Ta_tapi!" Ujar gadis itu hendak menolak namun gerakan Naruto yang kini menghentikan langkahnya dan berbalik membuatnya semakin gugup.
"Aku tidak suka berbasa-basi seperti kedua adik ku!" Ucap Naruto memotong kata-kata yang akan keluar dari bibir gadis itu lagi."... Mereka melakukan hal-hal konyol yang membuang waktu. Kakek memintaku untuk menjemput mu. Kau tidak punya pilihan lain kecuali menurut!"
Wajah~nya yang datar berkata dengan suara yang dalam. Matanya yang sebiru lautan seolah menenggelamkan Iris bulannya perlahan. Hinata memang tidak punya pilihan lain.
"Atau, kau ingin terus hidup dengan Cara mu sendiri? Melayani Pria Tua yang brengsek di sana?" Tanya pria itu seraya mendecih dan dia kembali mendekat."Ahh... Aku bisa membayar mu lebih banyak jika Kau tetap ingin melakukannya. Bermain dengan pria tua tidak semenyenangkan saat kau bersama ku!" Ucap Naruto seraya berbisik di telinga Hinata di akhir kalimatnya.
Membuat gadis itu tercekat dan terus mendecak kesal dalam hati tanpa bisa berkata-kata. Memaki kelakuan pria itu yang telah salah sangka terhadapnya.
'Brengsek! Jadi, dia pikir aku wanita yang seperti itu?!'
Ponsel dalam saku Naruto berbunyi. Dia segera mengangkat panggilan telepon tersebut sebelum Hinata sempat membalas kata-katanya.
"Ya! Aku sudah menjemputnya! Kakek memintaku karena kau yang terus menolak! Jangan terus beralasan Sasuke! Kau membuat ku muak!"
Suara pria itu yang bicara melalui sambungan telepon yang semakin menjauh Terdengar samar. dia segera pergi tanpa berkata-kata lagi.
Hinata mengepalkan tangannya dengan geram. Dia menahan air mata yang sudah menggenang di peluk mata~nya. Gadis itu menarik nafas dalam dan memalingkan wajahnya.
'Dia tidak punya pilihan lain!'
...°°°...
Keduanya menaiki mobil yang sama dalam perjalanan ke rumah keluarga Hashirama. Tidak ada pembicaraan ataupun percakapan di antara~nya.
Naruto hanya sibuk memainkan Tab. dan beberapa telepon bisnis yang terus menganggu nya sepanjang perjalanan.
Mobil berhenti di depan rumah bak istana tersebut.
Akhirnya Hinata menyerah. Dia berada di rumah ini untuk melindungi diri. Dia tidak tahu apa yang sedang menunggunya jika dia kembali ke rumah. Keputusannya untuk menurut pada permintaan ayah dan Tuan Hashirama adalah keputusan terbaik yang bisa dia ambil saat ini.
Hinata mendesah lelah.
Dia melangkah dengan yakin di belakang pria itu, Namikaze Naruto.
Keduanya terus berjalan hingga mereka berada di ruang tengah. Dimana Tuan Hashirama sedang menunggu mereka dengan senyum merekah.
"Selamat datang di rumah kami Nona Hinata." Ucap pria tua itu dengan memperlihatkan barisan giginya yang rapih. Wajahnya begitu antusias menyambut kedatangan Hinata yang hanya bisa menunduk pelan untuk membalas sambutan dari~nya.
"Aku pergi!" Ucap Naruto beranjak pergi meninggalkan keduanya begitu saja.
"Terima kasih telah membawa calon menantu ku pulang ke rumah ini." ucap kakek yang tidak mendapatkan respon apapun dari sang cucu.
Hinata membulatkan matanya.
Apa dia tidak salah dengar ucapan Tuan Hashirama barusan?
Hinata melirik sekitarnya. Hanya ada dia di sana.
Lalu, apa maksud dari perkataan Tuan Hashirama barusan?
"Maaf Tuan! Apa maksud anda? Apa ada gadis lain yang akan tinggal di sini selain aku?" tanya Hinata menunjuk dirinya sendiri.
"Tidak ada! Putri-putri ku tinggal di rumah mereka masing-masing. Aku mengurus Cucu-Cucu ku di sini untuk mempersiapkan mereka menjadi pewaris ku suatu saat nanti."
Hinata mengerutkan dahinya mendengar pernyataan Tuan Hashirama.
"Jadi...?!!" Lanjut Hinata, dia memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengutarakan perasaannya saat ini.
"Aku berencana menikahkan mu dengan salah satu cucu ku!" Ucap Tuan Hashirama tiba-tiba.
Hinata menangkup mulutnya dengan kedua tangan. Kata-kata tuan Hashirama seperti petir yang menyambar kepalanya di siang bolong.
Apa Tuan Hashirama sedang bercanda?
"Aku sudah membicarakan semua dengan ayah mu. Mungkin kau belum mendengarnya langsung dari Hiashi. Aku mengerti perasaannya. Dia pasti belum siap kehilangan putrinya yang cantik. Karena itu, aku ingin kau dekat dengan Cucu ku. Aku ingin kalian saling mengenal lebih jauh di sini. Secara alami!"
"Ta_tapi Tuan! Maaf! A_aku bahkan masih begitu muda. Aku belum siap untuk menikah dan lagi aku tidak mengenal dengan baik Cucu Tuan! Maaf!" cicit Hinata sembari menggigit bibirnya gugup. Dia hanya bisa menunduk.
"Berapa tahun aku harus menunggu? Usia ku tidak lagi muda. Dan aku tidak tahu dapat melihat kalian hidup bahagia suatu saat nanti atau tidak. Aku tidak meminta jawaban mu. Ini pasti terdengar tidak masuk akal dan sangat sulit bagi mu, aku mengerti! Karena itu, biarkan semua berjalan normal seperti biasa. Buat dirimu nyaman di rumah ini. Mengerti?"
Jelas Tuan Hashirama panjang lebar.
Berjalan normal? Cucu-cucu Tuan Hashirama bukanlah orang normal seperti yang kakek pikir!
Decak Hinata dalam hati.
"Kau sudah bertemu dengan cucu ku Sasuke?" Tanya Tuan Hashirama.
Hinata mengangkat Wajahnya.
"Ya, Tuan!" Sahutnya singkat dengan wajah lusuh.
"Jangan panggil aku Tuan! Panggil aku Kakek mulai sekarang!"
Hinata tidak bisa menolak apapun lagi. Ini hanya akan membuat pembicaraan mereka lebih panjang. Dan itu sangat melelahkan untuk dia dengar.
"Baik! Kakek!" sahut gadis itu lemas.
"Bersikap baiklah dengannya! Aku sudah merencanakan menikahkan kalian sejak lama."
Hinata kembali membulatkan matanya. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Kali ini dia benar-benar butuh bersandar pada ranjang. Dia kehabisan tenaganya. Segala yang terjadi menguras emosi~nya. Dan dia tidak ingin men~debat lebih panjang lagi dengan siapapun. Dia hanya perlu mengistirahatkan tubuh~nya hari ini.
Tuan Hashirama melihat wajah Hinata yang kini pucat.
"Kau butuh istirahat! Istirahat lah, kita lanjutkan pembicaraan ini lain kali. Nyonya Mizuke!" Tuan Hashirama memanggil salah seorang pelayannya yang berdiri di belakangnya sejak tadi.
Wanita paruh baya dengan wajah tegas itu segera menghampiri mereka.
"Bisa kau antarkan Nona Hinata ke kamarnya?" Pinta Tuan Hashirama. Pelayan itu hanya menunduk dan menurut dan kemudian menghampiri Hinata."Ahh... Dan maaf aku tidak membawa barang-barang mu ke rumah ini. Kau bisa memakai semua yang baru di kamar mu."
"Baik Tuan!... Tidak! Maksudku kakek!" Sahut Hinata dengan wajah lesu.
Dia benar-benar butuh istirahat sekarang. Semua yang terjadi hari ini terlalu membuat kepalanya sakit.
...°°°...
Hinata memasuki kamarnya bersama dengan pelayan wanita paruh baya itu, Mizuke Miran.
Kamar ini bahkan lebih besar dari ruang utama di rumahnya. Atapnya yang tinggi membuat semua terasa luas. Furnitur yang di gunakan bergaya klasik dengan warna pastel yang memanjakan mata. Hinata begitu takjub dengan semua yang ada di sana.
Gadis itu mengusap sebuah piano berwarna putih yang ada di sudut ruangan. Di sebelah jendela besar yang menghadap taman di belakang.
"Beritahu aku ada berapa kamar di rumah ini Nyonya Mizuke?" Tanya Hinata.
"Jika di total dengan ke-empat Mansion tempat Tuan muda tinggal semua ada 20 kamar Nona." sahut wanita itu singkat.
"Wow!! Hebat!"
Hinata sudah tidak asing dengan keadaan rumah ini yang sangat luar biasa menurutnya. Bahkan tanpa Mizuke memberitahu~nya, dia telah kagum dengan semua yang ada di sini.
Hinata menatap Mizuke Miran sejenak. Wanita ini pasti seumuran ibunya.
"Nyonya, panggil saja aku dengan namaku. Hinata, Hyuuga Hinata. Kau bisa memanggilku dengan nama itu." ucap gadis itu lagi.
"Tidak! Nona!" sangkal Mizuke.
"Jangan sungkan! Aku bukan siapa-siapa di sini. Bersikaplah biasa pada ku. Aku ingin hidup dengan nyaman."
"Anda tidak mengetahui nya?" Tanya Mizuke dengan tanda tanya di wajahnya.
"Um?" Sahut Hinata yang masih fokus dengan piano yang ada di depannya.
"Kami sudah mendengar Tuan Hashirama menyebut nama anda sejak beberapa tahun yang lalu. Meski anda belum menginjakkan kaki di rumah ini. Tuan telah membawa anda ke sini lebih dulu dengan semua rencananya." Jelas Mizuke panjang lebar."Jadi... Maaf! Jika aku lancang!"
Sambung Mizuke lagi seraya menunduk. Hinata menggelengkan kepalanya. Berusaha bersikap tenang. Banyak hal yang terjadi hari ini yang mengejutkan hatinya.
Hinata tersenyum hambar.
"Maaf! Aku tidak tahu akan hal itu." Sahut Hinata tidak enak hati."Aishh! Siapa yang perduli siapa aku di sini! Bersikaplah biasa Nyonya! Aku ingin hidup dengan nyaman di sini. Jadi ku mohon, perlakukan aku dengan biasa saja. Ok?! Tolonglah!" Pinta Hinata dengan mengiba.
Mizuke tersenyum ramah.
"Sejak lama Tuan Hashirama telah menyiapkan kamar ini. Meski sebelum nya pernah ada seseorang yang mengisi~nya. Namun kamar ini akan tetap menjadi milik Nona Hinata. Di depan sana adalah Mansion Tuan Muda Sasuke. Tuan Hashirama sengaja merenovasi~nya agar kalian bisa semakin dekat."
"Hinata Nyonya! Hanya Hinata!" protes gadis itu mengabaikan ucapan membingungkan Mizuke mengenai keluarga Hashirama.
"Maaf!" sahut wanita itu."Walking Closet ada di sebelah jalan menuju kamar. Di sini kau bisa melihat pemandangan taman di belakang dengan nyaman."
"Umm... Boleh aku tahu siapa yang pernah tinggal di kamar ini sebelum nya?" Tanya Hinata dengan rasa penasaran di wajahnya. Dia sempat mendengar wanita itu menyebut hal ini tadi.
Mizuke tidak berani membuka suaranya. Dia hanya diam sembari tersenyum.
"Anda akan tahu seiring berjalannya waktu!"
Jawaban wanita itu semakin membuat rasa penasaran memenuhi kepala Hinata.
"Tolonglah Nyonya! Beritahu aku. Apa sulitnya bercerita? Aku akan jadi pendengar yang baik! Dan... Aku tidak akan memberi tahu siapapun. Percayalah!" rayu Hinata.
Mizuke tersenyum. Dia adalah pelayan kepercayaan Tuan Hashirama di sini selama bertahun-tahun. Dia ingat segala yang terjadi di rumah ini. Namun tidak semudah itu dia bisa membuka mulut~nya.
"Tolonglah! Ceritakan pada ku!" rayu Hinata Lagi dengan mata bulannya yang sayup.
Mizuke tidak menggubris apa yang gadis itu katakan. Dia sibuk mencari topik lain untuk dibicarakan.
"Kau pasti telah bertemu dengan keempat cucu Tuan Hashirama bukan? Maaf jika sikap ke-empatnya menyusahkan mu." Ucap wanita itu dengan suara datar.
Dia pasti pelayan yang baik dan loyal. Dia tidak mudah di rayu agar mau membuka suara dan bercerita mengenai Tuan~nya.
"Dan jangan terluka karena sikap Tuan Muda Sasuke dan Tuan Muda Naruto. Kadang, kedua nya bersikap seperti anak kecil dan kekanakan. Tapi keduanya tidak akan berani melawan Kakek mereka. Kau beruntung Tuan Hashirama menyukaimu."
Sambung Mizuke lagi seraya mengambil selimut dari lemari. Dan wanita itu memasangnya ke atas kasur besar di tengah ruangan.
"Apa hubungan keduanya tidak baik?" tanya Hinata lagi.
"Ya! Keduanya punya sejarah kelam yang pernah membuat suasana di rumah ini amat suram." Jawab wanita itu santai.
Hinata semakin tertarik mendengar cerita Mizuke. Dia semakin penasaran dengan semua yang pernah terjadi di rumah ini.
"Lalu..." sambung Hinata lagi degan wajah antusias. Sebelum akhirnya Mizuke mengakhiri percakapan mereka.
"Cukup!" Potong wanita itu tegas. Setelah dia selesai dengan tugasnya. "Kau bisa beristirahat sekarang Nona Hinata!" Ucap wanita itu dengan ramah sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Hinata dengan seribu tanya di kepalanya.
Wanita itu berbalik setelah beberapa langkah kemudian.
"Panggil aku jika kau butuh sesuatu. Tekah tombol Nol' pada pesawat telepon di samping ranjang mu! Selamat beristirahat!" ucap wanita itu seraya menunduk anggun di akhir kalimatnya.
Hinata tertegun. Banyak pertanyaan berputar di kepalanya tanpa seseorang bisa menjawab.
Apa ini? Dia pikir dengan datang ke sini hidupnya akan semakin tenang! Nyatanya dia malah di hadapkan kembali dengan cerita rumit tentang keluarga Hashirama yang tidak dia mengerti!
Gadis itu memilih merebahkan tubuhnya dengan nyaman pada ranjang empuk yang ada di depannya.
Setidaknya aku telah mendengar suara ayah!
Desisnya dalam hati seraya bersyukur.
To be continued