NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 — “Keajaiban dari Ruang Harta Han Sunyi”

Pagi itu, mentari baru saja muncul di balik perbukitan lembah Phoenix. Udara segar dan embun masih menempel di dedaunan, namun sesuatu yang berbeda terjadi di paviliun utama.

Yuyi dan Yuyu yang biasanya bangun paling pagi, kali ini justru berdiri mematung di depan pintu ruang penyimpanan besar di belakang paviliun. Mata mereka membulat seperti piring giok.

“Yuyu… aku tidak sedang bermimpi, kan?” bisik Yuyi dengan suara gemetar.

“Kalau ini mimpi, aku minta jangan dibangunkan,” jawab Yuyu lirih, masih tak berkedip menatap pemandangan di depan mata.

Dari dalam ruangan, Han Sunyi keluar perlahan sambil menepuk-nepuk tangannya yang sedikit berdebu. Tapi bukan debu biasa melainkan kilauan halus dari cahaya lembut yang berasal dari benda-benda di belakangnya.

“Baiklah,” katanya tenang. “Akhirnya aku bisa membereskan ruang ini. Sekarang… bantu aku memindahkan semua ke aula utama.”

“NO–NA SUNYI!” seru Yuyu dan Yuyi bersamaan. “Itu semua… apa?!”

Di dalam ruang penyimpanan, tersusun benda-benda yang belum pernah mereka lihat seumur hidup mereka bahkan di istana sekalipun. Ada sofa empuk berwarna biru lembut yang bisa menelan tubuh siapa pun yang duduk di atasnya, meja panjang mengilap dengan permukaan halus seperti kaca, tempat tidur besar dengan tirai putih lembut, dan lemari besi berlapis ukiran halus yang tak tampak terbuat dari kayu maupun batu.

Han Sunyi tersenyum samar. “Aku baru sadar… ternyata ruang harta ini bukan hanya berisi batu giok dan artefak kuno.”

Yuyi menelan ludah. “Tapi, Nona… benda-benda itu… dari dunia mana?”

Han Sunyi menatap sofa biru itu lama. “Dunia yang sangat jauh…. Dunia tempat aku dulu berasal sebelum datang ke sini.”

Semua langsung terdiam bingung.

Jin Yue yang biasanya paling tenang mendekat dan menyentuh sofa itu pelan. “Bahan ini… bukan sutra, bukan kapas. Tapi lembut sekali.”

“Coba duduk,” ujar Sunyi.

Begitu Jin Yue duduk, tubuhnya langsung tenggelam setengah. Ia berseru refleks, “Ya Dewa! Rasanya seperti duduk di awan!”

Yuyu buru-buru menyusul. “Aku juga mau!” Ia langsung melompat dan tenggelam bersama Jin Yue. “Aaaa… ini luar biasa!”

Bai Ren melipat tangan, menatap penuh curiga. “Ini bukan benda beracun, kan?”

“Tidak,” jawab Han Sunyi sambil terkekeh. “Hanya benda yang dibuat dengan cara berbeda dari yang kalian kenal.”

Zhi Dao, yang sejak tadi diam, memperhatikan satu benda berbentuk kotak kecil di tangan Han Sunyi. “Apa itu?”

“Lampu,” jawab Sunyi, menekan tombol di sisi benda itu.

Sekejap, cahaya putih terang memancar dari ujungnya.

Semua orang terlonjak kaget. Yuyi bahkan hampir menjatuhkan teko air di tangannya.

“Dewa Langit! Cahaya tanpa api?! Bagaimana mungkin?!”

Han Sunyi menatapnya sambil tersenyum lembut. “Dulu di dunia asalku, cahaya bisa dipanggil dengan arus halus yang mengalir seperti chi tapi tak terlihat. Mungkin aku akan mempelajari lagi cara membuatnya di sini.”

Feng Yu mendekat, matanya berbinar. “Kalau begitu, Nona… bolehkah aku mempelajari arus halus itu juga?”

Han Sunyi mengangguk pelan. “Kita lihat nanti. Tapi untuk saat ini, bantu aku memindahkan semua benda ini. Kita ubah aula utama jadi tempat istirahat yang lebih nyaman.”

---

Beberapa jam kemudian

Paviliun Cahaya Phoenix kini berubah drastis.

Di tengah aula, sofa biru besar disusun menghadap jendela lebar, dengan meja kaca di tengahnya dan beberapa bantal empuk di sekeliling. Tirai putih lembut menggantung dari langit-langit, bergerak perlahan tertiup angin lembah.

Bai Ren duduk di kursi panjang yang punya sandaran empuk, menatap kosong ke depan. “Aku… tidak mau bangun lagi. Ini kursi terbaik yang pernah kududuki.”

“Jangan sampai ketiduran saat berjaga,” ledek Jin Yue. “Kalau ada musuh datang, mereka akan menemukanmu sedang mendengkur di atas sofa.”

“Kalau musuh mencobanya,” jawab Bai Ren malas, “mereka akan ikut rebahan.”

Yuyu dan Yuyi sedang bermain dengan selimut lembut di ruang tengah. “Nona Sunyi! Ini bantal terlembut di dunia! Bisa aku ambil satu ke kamar?”

Han Sunyi mengangguk sambil tersenyum. “Boleh. Tapi jangan rusak, itu hanya satu-satunya yang tersisa.”

Nuan menatap sekeliling dengan kagum. “Tempat ini sekarang seperti kediaman para dewi. Tapi… Nona, apa tidak berlebihan?”

Han Sunyi menatapnya lembut. “Tidak. Kita sudah melewati banyak pertarungan, luka, dan ketakutan. Sudah waktunya kita belajar hidup nyaman tanpa merasa bersalah karenanya.”

Kata-kata itu membuat semua terdiam sejenak.

Zhi Dao menatap pemimpin mereka itu dengan hormat yang lebih dalam dari sebelumnya. Nona Sunyi bukan hanya pejuang tapi ia seorang permaisuri yang luar biasa pikirnya. Dia adalah cahaya yang memberi kehidupan.

Menjelang siang hari

“Ayo!” seru Han Sunyi sambil mengikat rambutnya ke belakang. “Hari ini kita ke hutan utara. Aku dengar ada kawanan kijang yang mulai muncul lagi.”

“Berburu?” tanya Bai Ren dengan antusias. “Akhirnya! Sudah lama aku tidak mengasah panahku.”

“Dan aku ingin melihat apakah kalian masih tajam setelah lama jadi tukang kayu,” balas Han Sunyi setengah menggoda.

Semua tertawa.

Mereka pun berjalan bersama ke hutan utara. Langit cerah, suara serangga dan burung berpadu, menciptakan irama alam yang damai. Tapi begitu sampai di tepi hutan, Han Sunyi berhenti dan menarik sesuatu dari ruang harta kecil di lengan nya

Seketika semua menahan napas.

Yang ia keluarkan bukan busur kayu biasa, melainkan busur perak berkilau dengan lekukan elegan dan senar tipis berwarna biru muda. Permukaannya memantulkan cahaya matahari hingga tampak seperti benda surgawi.

“Apa itu…” desis Feng Yu pelan. “Itu bahkan bukan logam yang pernah kulihat.”

“Namanya Skyflare Bow,” kata Han Sunyi pelan. “Aku menemukannya bersama benda-benda tadi. Busur ini bisa memancarkan energi sendiri kalau disatukan dengan chi pengguna.”

Bai Ren ternganga. “Nona...Kau… bisa menggunakannya?”

Han Sunyi hanya tersenyum. Ia melangkah maju, menarik senar busur perlahan dari ujungnya muncul cahaya lembut berbentuk anak panah, tapi bukan anak panah.

Zhi Dao dan Jin Yue serempak mundur satu langkah, merasakan tekanan kuat yang keluar dari senjata itu.

Han Sunyi mengarahkan ke pohon jauh di depan, sekitar dua puluh meter. “Lihat baik-baik.”

Ia lepaskan.

Wuussssh—

Anak panah itu melesat cepat dan duarrrr! pohon besar itu bergetar, lalu tumbang perlahan, bagian batangnya terbelah rapi seperti terpotong pedang.

Semua terdiam. Hening beberapa detik.

“...Aku menyerah,” kata Bai Ren akhirnya. “Mulai sekarang, aku tidak akan lagi sombong soal panahku.”

Tawa pecah lagi, namun kali ini disertai decak kagum.

Feng Yu menatap busur itu dengan mata berbinar. “Nona Sunyi… kau seperti dewi perang yang turun dari langit.”

Han Sunyi menatap busur itu dengan tatapan lembut. “Tidak. Aku hanya ingin melindungi tempat ini, agar tak ada lagi yang harus menumpahkan darah.”

Zhi Dao melangkah mendekat. “Nona, ajarkan aku. Aku ingin belajar memanah sepertimu.”

Bai Ren langsung berseru, “Aku juga! Kalau aku bisa menembak seperti itu, aku tak perlu berdebat dengan musuh lagi cukup pohonnya yang bicara!”

Han Sunyi tertawa kecil. “Baiklah. Tapi memanah bukan soal kekuatan tangan. Ini tentang ketenangan hati. Kalau hati kalian goyah, panah kalian juga akan meleset.”

“Kalimat itu… terdengar seperti pelajaran hidup,” bisik Jin Yue pelan.

“Memang,” jawab Sunyi singkat sambil tersenyum.

Sore hari di hutan utara

Latihan dimulai. Han Sunyi berdiri di depan, mengajarkan postur dasar, kaki sejajar bahu, tangan kiri tegap, bahu rileks.

Zhi Dao mengikuti dengan serius, sementara Bai Ren… entah kenapa lebih sibuk memamerkan gaya heroiknya daripada menembak.

“Bai Ren, kau mengarahkan panah ke batu, bukan ke target,” tegur Han Sunyi dengan nada datar.

“Ah… itu uji konsentrasi,” bela Bai Ren.

Panahnya melesat dan mental ke tanah, mengenai kaki Yuyu.

“AW!” jerit Yuyu sambil melompat. “Dasar pemburu bodoh! Aku bukan rusa!”

Semua tertawa terbahak, bahkan Han Sunyi menutupi wajah dengan tangan, menahan tawa.

Zhi Dao menatap targetnya lagi, menarik napas panjang. Panahnya melesat tepat ke tengah papan kayu.

“Bagus,” puji Han Sunyi lembut. “Kau cepat belajar.”

Wajah Zhi Dao memerah sedikit. “Terima kasih, Nona.”

Latihan berlanjut hingga matahari condong ke barat. Han Sunyi memanah beberapa kali untuk menunjukkan teknik arah angin dan getaran energi. Setiap kali anak panah cahaya dilepaskan, burung-burung terbang tinggi seolah ikut menyambut kekuatan yang lahir dari ketenangan.

-----

Mereka kembali ke paviliun membawa hasil buruan beberapa ekor kelinci dan ayam hutan. Han Sunyi memutuskan memasak sendiri malam itu.

“nona mau masak lagi?” tanya Yuyi sambil mengendus aroma rempah dari dapur.

Han Sunyi menoleh, tersenyum. “Tentu... kalian juga ikut masak mulai belajar masak enak.."

Aroma daging panggang madu dan sup herbal kembali memenuhi paviliun. Semua duduk di ruang makan baru di atas sofa biru lembut, di bawah lampu cahaya putih dari alat misterius yang tak lagi menakutkan bagi mereka.

Suasana hangat, tawa terdengar, dan di luar jendela, langit lembah Phoenix memantulkan warna oranye keemasan.

Zhi Dao menatap langit. “Nona Sunyi… aku tak tahu bagaimana menjelaskan ini, tapi… sejak anda bangun dunia kami terasa berbeda.”

Han Sunyi menatapnya lembut. “Mungkin karena kalian semua mau percaya padaku. Dunia yang berbeda bisa hidup berdampingan, kalau hati manusia mau terbuka.”

Bai Ren mengangkat cangkirnya. “Untuk dunia baru, untuk Paviliun Cahaya Phoenix!”

Semua berseru serempak, “Untuk Cahaya Phoenix!”

Angin lembut meniup lentera, membuat nyalanya menari-nari.

Han Sunyi menatap ke arah hutan utara, tempat ia berlatih siang tadi. Di tangannya, busur Skyflare masih bersinar samar. Ia tahu ini baru awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Namun malam itu, ia tidak memikirkan masa depan. Hanya kehangatan keluarga kecilnya, tawa yang menggema di lembah, dan rasa damai yang lama hilang kini benar-benar kembali.

Lembah Phoenix kini tak hanya tempat perlindungan tapi juga rumah, tempat di mana masa lalu dan masa depan bersatu dalam tawa dan cahaya.

Bersambung…

1
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
Wahyuningsih
q mampir thor mga2 critanya seeeeruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!